PENGAMATAN KONDISI ANEMON LAUT DI
AKUARIUM
RECIRCULATION WATER SYSTEM (RWS)
Oleh:
Veronica Stella A.L, Sancha
Sadewa, dan Saifur Rohman
Departemen Ilmu dan Teknologi
Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor 2011
I.
PENDAHULUAN
Anemon laut merupakan hewan dari kelas Anthozoa(Allen,
1974). Bentuk anemon laut terlihat seperti tumbuhan, tapi jika diamati lebih
jauh, anemon merupakan jenis hewan. Beberapa anemon laut dapat bergerak.
Pergerakan anemon laut seperti siput, bergerak secara perlahan dengan cara
menempel. Sebagian besar anemon laut memiliki sel penyengat. Berguna untuk
melindungi dirinya dari predator. Di alam anemon laut berfungsi sebagai tempat
hidup ikan badut. Kedua organisme ini melakukan simbiosis mutualisme (Carson,
1974). Sekarang ini,
anemon laut sudah banyak yang dibudidayakan. Bentuknya yang cantik dan aneh membuat
para penikmat hewan laut terpukau. Beberapa anemon laut yang sudah banyak
dibudidayakan antara lain:
1. Anemon karang
Anemon karang atau lebih dikenal dengan
karang anemon. Bentuknya membulat atau lonjong pada
bagian dasarnya. Badannya dipenuhi puluhan jari-jari berwarna cokelat tua. Di
ujung jari-jari terdapat bintik hitam yang menyerupai mata. Anemon ini menempel
pada karang yang dibentuknya. Anemon karang memakan plankton yang
melayang-layang di dalam air. Jika mati, karang ini membentuk karang yang
keras.
2. Anemon Matahari
Anemon matahari berbentuk bulat,
badannya dipenuhi jari-jari. Berbeda dengan anemon karang, jari-jari anemon
matahari meruncing serta bewarna belang putih dan cokelat muda seperti belali
mini. Jari-jari anemon matahari tidak halus seperti anemon karang, tetapi agak
kasar atau berbintil-bintil. Anemon ini disebut anemon matahari karena apabila
jari-jarinya menjulur seperti matahari yang sedang terbit. Anemon matahari
memakan plankton dan tidak berbahaya bagi ikan dan manusia. Namun, jika mati
anemon ini harus segera diangkat karena menimbulkan bau busuk.
3. Anemon pasir
Anemon pasir berbentuk piringan yang
dipenuhi jari-jari, anemon pasir berwarna cokelat muda hingga cokelat gelap,
jari-jarinya halus tidak berbintik dan diujungnya terdapat titik berwarna
hitam. Anemon pasir juga menjadi tempat berkumpulnya ikan - ikan. Anemon ini
memakan plankton dan tidak berbahaya bagi ikan ataupun manusia(www.stanford.edu).
Teknik pemeliharaan biota laut sedikit berbeda dengan biota
air tawar. Salah satu teknik budidaya hewan laut yang sedang berkembang saat
ini ialah media Recirculation Water System(RWS). Kontrol kualitas air
harus dilakukan secara teratur. Pembersihan akuarium secara teratur merupakan
suatu langkah yang paling efektif dalam menjaga kualitas air dalam
akuarium(o-fish, 2008). RWS merupakan suatu sistem sirkulasi air pada akuarium
yang memanfaatkan filter untuk melakukan penyaringan air secara terus-menerus
tanpa harus melakukan proses pergantian air (Yudha, 2005).
Akuarium RWS dirancang dengan menggunakan beberapa filter
dengan sistem filter terpusat. Filter yang digunakan yaitu filter fisika berupa
pecahan-pecahan karang (rubble), filter biologi berupa bioball, serta
filter kimia berupa arang aktif. Dengan metode ini tidak perlu melakukan
kontrol akuarium secara terus menerus sehingga akan banyak menghemat waktu dan
tenaga. Dalam praktikum ini dilakukan adanya pengamatan kondisi dari anemon
laut yang berada di akuarium RWS dengan parameter yaitu:
- Kondisi dari anemon seperti jumlah mukus, bentuk tentakel, warna anemon, dan mesentrial filamen
- Pengamatan kualitas air dari akuarium seperti suhu, salinitas, pH, amonia, dan nitrit
Tujuan dari praktikum ini yaitu mengamati kondisi dari
anemon laut di dalam akuarium RWS agar mengetahui kendala dan tindakan apa yang
seharusnya dilakukan agar anemon dapat tetap bertahan hidup lebih lama.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Anemon laut
merupakan hewan dari kelas Anthozoa. Bentuk dari anemone laut sekilas terlihat
seperti tumbuhan, tapi jika diamati lebih jauh, anemone laut merupakan jenis
hewan. Beberapa anemon laut dapat bergerak. Pergerakan anemone laut seperti
siput, bergerak secara perlahan dengan cara menempel. Sebagian besar anemon
laut memiliki sel penyengat. Berguna untuk melindungi dirinya dari predator. Di
alam anemone laut berfungsi sebagai tempat hidup dari ikan badut. Kedua
organisme ini melakukan simbiosis mutualisme.
Anemon pasir berbentuk piringan yang dipenuhi jari-jari,
anemon pasir berwarna cokelat muda hingga cokelat gelap, jari-jarinya halus
tidak berbintik dan diujungnya terdapat titik berwarna hitam. Anemon pasir juga
menjadi tempat berkumpulnya ikan - ikan. Anemon ini memakan plankton dan tidak
berbahaya bagi ikan ataupun manusia (EOL, 2010). Gambar 2 merupakan contoh
organisme anemon pasir.
Gambar
2. Anemon pasir (Sumber:wikimedia.org)
HETERACTIS malu (Haddon dan Shackleton, 1893) Anemone
Laut Asli deskripsi sebagai malu Discosoma, dari spesimen yang dikumpulkan di
Mer, di Selat Torres. Nama-nama lain yang
sebelumnya digunakan meliputi Macranthea cookei (oleh Reed 1971), Radianthus
papillosa (oleh Dunn 1974, Moyer 1976), Antheopsis papillosa (oleh Cutress
1977). Karakter bidang Diagnostik
Tentacles jarang, gemuk (jarang sampai 40 mm), panjang variabel bahkan dalam
satu baris radial, magenta biasanya berujung. Oral disk terletak di permukaan sedimen
di mana kolom halus yang menyusup. Kolom krim umumnya pucat atau berwarna
kuning, mungkin memiliki bercak kuning atau oranye yang mendalam.
Rincian Tentacles timbul dari coklat atau keunguan disk (jarang hijau cerah) lisan sebanyak 200 mm dengan diameter yang mungkin memiliki tanda radial putih; merata meruncing ke titik atau sedikit meningkat di tengah; bagian warna yang lebih rendah sama dengan disk lisan, tetapi bagian atas mungkin memiliki cincin putih beberapa atau akhir hijau. Sangat tipis kolom dalam ekspansi; bagian atas ungu-coklat (karena zooxanthellae) dengan baris longitudinal verrucae perekat. Anemon dapat menarik kembali sepenuhnya ke dalam sedimen; yang paling umum di dangkal, air yang tenang.
Rincian Tentacles timbul dari coklat atau keunguan disk (jarang hijau cerah) lisan sebanyak 200 mm dengan diameter yang mungkin memiliki tanda radial putih; merata meruncing ke titik atau sedikit meningkat di tengah; bagian warna yang lebih rendah sama dengan disk lisan, tetapi bagian atas mungkin memiliki cincin putih beberapa atau akhir hijau. Sangat tipis kolom dalam ekspansi; bagian atas ungu-coklat (karena zooxanthellae) dengan baris longitudinal verrucae perekat. Anemon dapat menarik kembali sepenuhnya ke dalam sedimen; yang paling umum di dangkal, air yang tenang.
2.2
Parameter yang mempengaruhi
kesehatan anemone
Kesehatan anemone banyak dipengaruhi oleh lingkungan tempat
anemone tersebut hidup. Kondisi lingkungan dapat dinilai dengan mengetahui
parameter perairan. Misalnya suhu, DO, pH, salinitas, nitrit, dan lain-lain. Adapun
kualitas air yang optimum untuk pemeliharaan anemon laut adalah perairan dengan
suhu 24 - 29 °C. Anemon merupakan hewan laut yang membutuhkan perairan dengan
oksigen terlarut 2,4 - 6 mg/l atau 4 - 7 mg/I, nitrit 0,551 - 0,552 mg/I atau
0,5 mg/I, amonia 0,01 - 0,021 mg/l atau 0,1 mg/l. Anemon dapat hidup dengan
baik dengan pH perairan berkisar pH 7,2 - 8,3 atau 8 - 8,3. Syarat hidup
anemon yang baik berada pada kisaran suhu 29-32 °C dan dengan kadar salinitas
berkisar antara 31 - 33 ‰. Anemon akan optimum hidup pada perairan yang
memiliki intensitas cahaya matahari yang hangat dan nutrient yang melimpah,
seperti pada ekosistem
terumbu karang dimana pada ekosistem tersebut memiliki
asupan nutrient yang banyak dan intensitas cahaya matahari yang tinggi (EOL,
2010).
III.
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Pengamatan dilakukan pada tanggal 26 September 2011
bertempat di Laboratorium Basah, Gedung Marine Science and Technology,
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan Lantai 1, FPIK-IPB.
3.2 Pengamatan Fisik Anemon
Pengamatan fisik meliputi yaitu:
- Mukus yang dikeluarkan
- Tentakel
- Warna anemon
- Mesentrial filamen
3.3 Pengamatan Kualitas Air
Untuk pengamatan kualitas air yaitu:
- Pengukuran pH air dengan pH meter
- Pengukuran Salinitas dengan refraktometer
- Pengukuran Suhu dengan termometer
- Pengukuran Amonia (mg/L)
- Pengukuran Nitrit (mg/L)
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan secara fisik dari anemon pasir (Heteractis
malu) diperoleh hasil yaitu sebagai
berikut :
Tabel 1. Pengamatan tingkah laku
anemon
Parameter
|
Ukuran parameter
|
26 September 2011
|
||||||||
Akuarium1
|
Akuarium 2
|
Akuarium 3
|
||||||||
t.1
|
t.2
|
t.3
|
t.1
|
t.2
|
t.3
|
t.1
|
t.2
|
t.3
|
||
Mukus
|
Banyak
|
|||||||||
Sedang
|
||||||||||
Sedikit
|
√
|
|||||||||
Tidak ada
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
|||||
Tentakel
|
Mengembang
|
√
|
||||||||
Setengah mengembang
|
√
|
√
|
√
|
|||||||
Menyusut
|
√
|
√
|
||||||||
Warna
|
Cerah
|
|||||||||
Agak pucat
|
||||||||||
Pucat
|
||||||||||
Memutih
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
|||||
Mesentrial Filamen
|
Abnormal
|
|||||||||
Normal
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
Dari tiap akuarium yang diamati menunjukkan bahwa mukus yang
dikeluarkan dari tiap anemon yang berada di akuarium 1 hingga akuarium 3
kebanyakan tidak ada mukus yang dikeluarkan hanya sedikit yaitu terjadi di
akuarium pertama anemon ke-2. Hal ini menunjukkan bahwa anemon tersebut dalam
kondisi yang cukup baik atau tidak mengalami stress atau gangguan yang berarti
sehingga mukus atau penyengatnya tidak dikeluarkan atau hampir tidak ada.
Untuk tingkah laku dari tentakelnya terlihat bahwa tiga dari
anemon tentakelnya setengah mengembang dan satu anemon tentakelnya mengembang
serta dua anemon tentakelnya menyusut yaitu pada anemon ke-3 di akuarium 1 dan
anemon ke-2 di akuarium 1. Pada dasarnya kondisi dari tentakel yang baik adalah
mengembang sedangkan akan menyusut ketika terjadi gangguan atau stress. Untuk
kasus dari menyusutnya tentakel dari kedua anemon tersebut kemungkinan akibat
dari kondisi anemon yang sudah tidak sehat dan kualitas air yang menurun.
Sehingga anemon tersebut mengalami stress yang berdampak pada menyusutnya
tentakel. Sedangkan untuk pengamatan dari mesentrial filamen diperoleh hasil
untuk semua anemon normal tetapi untuk kondisi warnanya semua dari anemon pasir
ini sudah mengalami pemutihan atau berwarna putih. Kriteria warna dari anemon
pasir yang sehat ialah berwarna cokelat muda hingga cokelat gelap (EOL, 2010).
Gambar
3. Warna dan bentuk dari anemon pasir yang diamati
Dan untuk hasil pengamatan kualitas airnya diperoleh
data sebagai berikut yaitu:
Tabel 2. Pengamatan kualitas air
No
|
Parameter
|
Suhu (°C)
|
Salinitas ( ‰)
|
pH
|
Nitrit (mg/L)
|
Amonia (mg/L)
|
1
|
Akuarium 1
|
28
|
35
|
6.2
|
0.133
|
0.100
|
2
|
Akuarium 2
|
27
|
38.3
|
6.2
|
0.101
|
0.038
|
3
|
Akuarium 3
|
27
|
38.3
|
5.97
|
0.093
|
0.078
|
4
|
Akuarium 4
|
28
|
40
|
5.87
|
-
|
-
|
Untuk
parameter suhu dari air akuarium diperoleh hasil yaitu berkisar antara 27-28 °C
Gambar 4. Grafik nilai suhu air di
tiap akuarium
Sedangkan
nilai suhu untuk syarat pertumbuhan anemon yang baik yaitu berkisar antara 29-32 °C (EOL, 2010). Sehingga dapat dikatakan masih belum optimal
kisaran suhu yang berada di tiap akuarium tersebut.
Untuk
nilai dari salinitas dan pH diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut:
Gambar 5. Grafik nilai salinitas air
di tiap akuarium
Gambar 6. Grafik nilai pH air di
tiap akuarium
Dari
gafik tersebut terlihat bahwa nilai dari salinitas dari tiap akuarium adalah 35 ‰ untuk akuarium pertama, 38.3‰
untuk akuarium kedua dan ketiga, dan 40‰ untuk akuarium keempat. Dan untuk pH
airnya yaitu berkisar antara 5.87 hingga 6.2. Hal ini masih kurang dengan
kisaran pH dan salinitas yang baik bagi pertumbuhan anemon yaitu dengan pH
perairan berkisar pH 7,2 - 8,3 atau 8 - 8,3 dan dengan kadar salinitas berkisar
antara 31 - 33 ‰ (EOL, 2010).
Kondisi ini terjadi dapat dikarenakan lamanya air laut yang digunakan dan belum
pernah diganti sehingga terjadi penguapan yang sedikit demi sedikit
mengakibatkan naiknya salinitas dari air tersebut dan juga dapat dikarenakan
rusak atau menurunnya kualitas dari sistem penyaring air yang terjadi karena
sudah lama tidak diperbaiki sitem filtrasinya sehingga pH dari air tersebut menurun
karena kotor atau menumpuknya limbah dari kotoran anemon tersebut. Sedangkan
untuk nilai dari Nitrit dan Amonianya diperoleh data sebagai berikut:
Gambar 7. Grafik nilai nitrit air di
tiap akuarium
Dari
masing-masing akuarium diperoleh nilai dari nitrit sebesar 0.133 mg/L untuk
akuarium pertama, 0.101 mg/L untuk akuarium kedua, dan 0.093 mg/L untuk
akuarium ketiga. Dan juga diperoleh nilai dari amonia yaitu 0.1 mg/L untuk
akuarium pertama, 0.038 mg/L untuk akuarium kedua, dan 0.078 mg/L untuk
akuarium yang ketiga.
Gambar 8. Grafik nilai amonia air di
tiap akuarium
Untuk
kadar dari kandungan nitrit sendiri masih jauh dari kadar optimal untuk
pertumbuhan yang baik bagi anemon yaitu 0,551 - 0,552 mg/I atau 0,5 mg/I
(EOL, 2010). Tetapi untuk nilai dari amonianya cukup baik untuk
pertumbuhan anemon yaitu 0,01 - 0,021 mg/l atau 0,1 mg/l (EOL, 2010).
Dari parameter-parameter yang telah diamati dapat dikatakan
bahwa kondisi fisik dari pertumbuhan anemon pasir yang sudah memutih cukup
sehat tetapi kualitas air untuk pertumbuhan optimalnya masih kurang baik atau
kualitas dari airnya sudah mengalami penurunan baik dari segi salinitas, pH,
nitrit, dan suhu dari air tersebut. Sehingga untuk menjamin kelangsungan hidup
dari anemon tersebut diperlukan pergantian air atau perbaikan dan pembersihan
dari alat filtrasi kualitas airnya agar kondisi dari kualitas airnya dapat
normal kembali atau cocok untuk mendukung pertumbuhan anemon pasir tersebut.
V.
KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan kondisi fisik anemon pasir(Heteractis
malu) dan kualitas air akuarium dapat disimpulkan bahwa kondisi anemon
telah memutih dari warna awalnya tetapi cukup normal atau sehat. Sedangkan
untuk kualitas air dari akuariumnya sudah mengalami penurunan atau tidak sesuai
dengan kualitas optimum bagi pertumbuhan anemon yang baik sehingga diperlukan
perbaikan kualitas airnya.
DAFTAR PUSTAKA
Allen,
G.R. 1974. Damselfishes of the South Seas. T.FH. Publications, Inc. Sydney,
Australia P:50-62.
Yudha,
Indra Gumay. 2005. Aplikasi Sistem Resirkulasi Tertutup (Closed Resirculation
System) dalam Pengelolaan Kualitas Air Tambak Udang Intensif. Seminar Hari Air
Sedunia 2005. Lampung.
Carson,
R. 1974. The Edge of The Sea Dengerous Sea Creatures. Time Life Tele-vision USA
p: 90-i77.
Indra AS, Adam LN, Miswanto, Shofyan A, Ferry F, dan La Ode
R A. 2010. Pemanfaatan Sistem Double Filter terhadap kelangsungan hidup
anemon dalam akuarium[PKMT-2-4-1]. http://www.ipb.ac.id
[2 Oktober 2011].
Wikimedia.2010.
Heteractis malu, with shorter tentacles and a sturdier body. http://wikimedia.org [2 Oktober 2011].
Aorisan,
Y. 2009. Anemon laut yang sudah dibudidayakan. http://www.stanford.edu
[1 Oktober
2011].
EOL.
2010. Heteractis malu (Haddon and Shackleton, 1893). http://eol.org/pages [1 Oktober 2011].
Http:
/www. o-fish.com [ 2 Oktober 2011].