Modul 5. Karakter Fisik Air Laut
(Oleh
: Mukti Dono Wilopo, S. Pi dan M. Tri Hartanto, S. Pi)
TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah Setelah mengikuti
praktikum ini, mhs dapat menghitung, salinitas berdasarkan konduktivitas, densitas air laut dan cepat rambat suara di
dalam laut, menghitung kedalaman laut berdasarkan tekanan, dan menentukan suhu
potensialnya dengan mengunakan MATLAB.
I. Salinitas
Air laut sebagian besar terdiri dari
air (± 96.5%) dan sisanya terdiri dari komponen anorganik terlarut (3.5%). Telah umum kita ketahui bahwa garam yang
dominan adalah NaCl, sehingga tingkat keasinan (salinitas) di suatu perairan
laut dapat diketahui dengan cara pengukuran.
Salinitas sendiri dapat didefinisikan sebagai jumlah total (gr) dari material padat termasukgaram NaCl yang
terkandung dalam air laut sebanyak 1 kg (dimana bromin dan iodin diganti dengan
klorin dan bahan organik seluruhnya telah dibakar (oksidasi) habis (Forch et al., 1902).
Pengukuran
salinitas semula dilakukan dengan cara tidak langsung, yakni melalui pengukuran
klorinitas. Adapun sistematikanya adalah sbb:
Titrasi: Argentometri
Larutan titran:AgNO3 0.0141 N
Indikator:K-bikhromat (K2CrO7) 3
tetes
Reaksi kimia:
NaCl+AgNO3-------NaNO3+AgCl
K2CrO7+2 AgCl------Ag2CrO7+2
KCl
KCL+AgNO3-------KNO3+AgCl
NaNO3+KCl-----KNO3+NaCl
2 AgNO3+K2CrO7-------2 KNO3+AgCrO7
Akhir dari titrasi adalah terbentuknya endapan Ag2CrO7
berwarna merah.
Klorinitas(‰) = ml
nilai titran terpakai x 0,0141 x 1000 x pengenceran/vol(ml) sampel.
Untuk perhitungan nilai salinitas dari klorinitas pada
awalnya memakai rumus Knudsen dan Sorensen (1902) sebagai berikut:
Salinitas (‰) =
Klorinitas (‰) x 1,8050 + 0,03
Setelah dikoreksi tahun 1967:
Salinitas (‰) =
Klorinitas (‰) x 1,8066
Dengan
metode ini masih ditemui kesalahan menyangkut human error sehingga perlu
dikoreksi dengan angka sebesar 0,005 (‰).
Metode pengukuran salinitas dengan mempergunakan dasar nilai
konduktivitas air laut pertama kali diperkenalkan pada tahun 1930-an (Sverdrup
et al., 1942). Untuk melakukan
perhitungan salinitas sangat tergantung pada faktor suhu sehingga pengukurannya
harus bersamaan dengan pengukuran suhu yang berakurasi yang cukup tinggi. Metode ini dibakukan pada tahun 1978 dengan
sebutan Practical salinity Scale
(PSS78), dengan satuan Psu (Practical
Salinity Unit) atau bisa ditulis tanpa satuan.
UNESCO Practical Salinity Scale of 1978-PSS78
Pengukuran
Nilai Salinitas dengan metode PSS 1978 adalah sebagai berikut:
Dimana
Conductivity ratio (RT)
= (konduktivitas sampel)/(Konduktivitas standar) x RT Standar
Dan
a0 = 0.0080, a1 = 0.1692, a2 = 25.3851, a3 = 14.0941, a4 = -7.0261, a5 = 2.7081
b0 = 0.0005, b1 = -0.0056, b2= -0.0066, b3 = -0.0375, b4= 0.0636, b5 =-0.0144
Standar
konduktivitas air laut adalah 57,015 µS/cm dan Conductivity ratio standar air
laut adalah 0.9973. Sebagai contoh,
sampel air laut pada suhu 28°C dengan conductivity ratio (R28)
0.9398 mempunyai nilai salinitas 32.688 Psu.
II. Kecepatan Suara
Di atmosfer kecepatan suara teratenuasi lebih besar daripada
cahaya (sebagai bagian dari spektrum yang visibel), namun di perairan terjadi
hal sebaliknya. Pada perairan yang
jernih, cahaya dapat masuk hingga kedalaman 100m, ketika seseorang menyelam ia
dapat melihat objek hingga 50m. Dengan
menggunakan media penglihatan, manusia tidak terlalu banyak memperoleh
informasi terutama untuk perairan yang dalam.
Dengan menggunakan echosounder,
dasar perairan dapat diperhitungkan. Dengan
SONAR juga, arah dan tujuan dari kapal selam dapat ditentukan, selain dapat
mendeteksi objek-objek yang ada di sekitarnya. Untuk keperluan itu faktor kecepatan suara di
perairan perlu untuk diketahui, guna memperhitungkan jarak deteksi yang dilakukan suatu
instrumen tergantung dari frekuensi yang dipergunakan (C=n.λ).
Perhitungan kecepatan suara adalah sebagai berikut :
C = 1449 + 4,6 T – 0,55T2 + 1,4 (S-35) + 0,017 D
Dimana :
C = Kecepatan
suara (m/s)
T = Suhu (°C)
S = Salinitas (‰)
D = Kedalaman
Ket : 1 bar = 1019.7466 cm H2O
III. Konversi dari Tekanan (Pressure, desibar) ke Kedalaman
(Depth, meter)
1. Perairan Tawar
Dikarenakan perairan air tawar biasanya dangkal, maka presisi yang
tinggi tidak terlalu diperlukan, sehingga biasanya sebagian besar peralatan
mengacu pada rumus sebagai berikut:
Kedalaman (meters) = Tekanan (decibars) * 1.019716
2.
Perairan Laut
Pada perairan laut, kedalaman dihitung dengan mengansumsikan
perairan pada suhu 0 °C (T = 0) dan 35 PSU (S = 35). Formula berdasarkan UNESCO Technical Papers in
Marine Science No. 44 (1983).
Variasi gaya
gravitasi pada lintang dan tekanan yang berbeda dihitung dengan:
g (m/sec2) = 9.780318 * [ 1.0 + ( 5.2788x10-3
+ 2.36x10 -5 *x)* x + 1.092x10-6 *p]
kemudian, kedalaman dihitung dari tekanan:
Kedalaman = [(((-1.82x10-15*P + 2.279x10-12
)*P - 2.2512x10 -5 )*P + 9.72659)*P]/g
dimana
x = [sin (latitude / 57.29578)] 2
P = tekanan (decibars)
g = gravitasi (m/sec2)
IV. Suhu Potensial (θ)
Suhu potensial didefinisikan sebagai suhu suatu perairan laut pada
tekanan tertentu yang dipindahkan secara adiabatik tanpa perubahan salinitas ke
tekanan atmosferik. Secara lebih umum
suhu potensial dapat didefinisikan sebagai suhu hasil pemindahan adiabatik ke
tekanan referensi (Pr) dari tekanan mula-mula P, suhu potensial dapat dihitung
dari laju perubahan adiabatik ().
dengan
mengintegrasikan sepanjang adiabatik pada tekanan P hingga Pr, dimana = .
Suhu potensial
dapat ditentukan dengan menggunakan sebuah rumus empiris atau dengan integrasi
numerik. Untuk menghitung persamaan
tersebut digunakan metode Runge Kutta dan iterasi Newton Raphson berdasarkan
Bryden (1973) .
Gradien suhu
adiabatik dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
(S , T ,P) = a0 + (a1 + (a2 + a3*T)*T)*T
+ (b0 + b1*T)*(S-35) +
((c0
+ (c1 + (c2 + c3.*T)*T)*T) + (d0 +
d1*T)*(S-35))*P
+ (e0
+ (e1 + e2*T)*T)*P*P
Dimana :
a0 = 3.5803E-5: c0
= +1.8741E-8; e0
= -4.6206E-13;
a1 = +8.5258E-6; c1
= -6.7795E-10; e1
= +1.8676E-14;
a2 = -6.836E-8; c2
= +8.733E-12; e2
= -2.1687E-16;
a3 = 6.6228E-10; c3
= -5.4481E-14;
b0 = +1.8932E-6; d0
= -1 1351E-10;
b1 = -4.2393E-8; d1
= 2.7759E-12;
Untuk menghitung suhu potensial θ (S,T,P,Pr) pada tekanan referensi Pr dengan ketelitian yang
cukup digunakan metode Runge Kutta ordo ke-4 (Fofonoff, 1977). Jika So,To,Po
adalah nilai insitu, maka suhu potensial θ pada Pr dihitung dengan :
Δθ1 = ΔP . F (So,To,Po) θ1 = To+ 1/2 . Δθ1
Δθ2 = ΔP . F (So,θ1,Po
+ 1/2 ΔP ) θ2 = θ1 + (1
- 1/√2)( Δθ2 - q1)
Δθ3 = ΔP . F (So,θ2,Po
+ 1/2 ΔP) θ3 = θ2 + (1 + 1/N2)( Δθ3
– q2)
Δθ4 = ΔP . F (So,θ3,Po
+ ΔP) θ4
=
θ3 + 1/6 (Δθ4
– 2q3)
q1 = Δθ1
q2 = (2 - √2) Δθ2
+ (-2 – 3/√2) q1
q3 = (2 + √2) Δθ3
+ (-2 – 3/√2) q2
ΔP = Pr Po
θ (S,T,P,Pr) = θ4
Error dari
perhitungan di atas adalah kurang dari 0,1 x 10-3 °C untuk ΔP=10000
decibar. Standar untuk menguji rumus tersebut suhu potensial untuk perairan pada
salinitas S=40‰, suhu T = 40°C, dan tekanan P=10000 decibar adalah θ=36,89073 °C.
V. Densitas Air Laut
Densitas, ρ didefinisikan sebagai massa per satuan volume (g cm-3). Densitas air laut tergantung pada suhu t dan
salinitas s sampel dan juga tekanan air laut p sebagai hasil dari
kompresibilitas air. Densitas air laut
lebih besar dari pada densitas air murni karena adanya kandungan garam (Neuman
dan Pierson, 1966). Di permukaan laut,
rata-rata densitas sekitar 1.025 g cm-3. Di dalam oseanografi fisik dibutuhkan akurasi
penulisan densitas air laut sekitar lima tempat desimal. Sebagai contoh, suhu air laut adalah t=20 oC
dan salinitas S=35‰, densitas air laut pada tekanan atmosfer ρ=0 adalah 1.02478 g cm-3. Karena penulisan angka dari densitas air laut selalu dimulai dari
1.0... (dengan pengecualian pada suhu tinggi dan salinitas < 5 ‰) maka untuk
menyederhanakan angka tersebut dikenalkan besaran :
σ s,t,p =
(ρs,t,p – 1 ) X 103
dimana ρs,t,p adalah fungsi dari
salinitas, suhu dan tekanan air laut. Jika densitas air contoh ditentukan pada
tekanan atmosfer (pada tekanan air laut p=0), maka cara penulisan densitas air
laut adalah :
σ s,t,0 = (ρs,t,0 – 1 ) X 103
dan nilai tersebut disebut
nilai sigma-t (s-t). Nilai s-t hanya tergantung pada densitas dengan suhu dan salinitas yang
berbeda. Nilai s-t dari contoh air
dengan suhu 20oC dan salinitas 35 ‰
(ρ= 1.02478) didapatkan s-t = 24.78. Sigma-t selalu mengacu densitas pada tekanan atmosfer
dimana nilai ss,t,p mendapat tambahan
karena pengaruh tekanan laut. Densitas,
ρs,t,p atau dikenal dengan ss,t,p disebut densitas insitu.
Penentuan densitas secara langsung dengan metode fisika
seperti hydrostatic weighing, yang
menggunakan prinsip Archimedes, atau dengan menggunakan piknometer adalah tidak
praktis dalam oseanografi. Metode fisika tersebut tidak cocok dilakukan di kapal
karena metode tersebut berat untuk dilakukan. Cara lain yaitu dengan perubahan
dari indeks refraktif terhadap densitas dengan menggunakan interferometer dan
kemudian ditentukan densitas contoh. Hubungan
antara densitas pada suhu 0°C dan salinitas (s), pertama kali ditentukan oleh
Knudsen (1902). Jika σ0 dinyatakan
dengan nilai (ρs, t, p -1)x 103, yaitu pendekatan
penulisan dari ρs, 0, 0 yang merupakan fungsi s saja:
σ0 =
-0.093+0.8149S-0.000482S2+0.0000068S3
Perhitungan pengaruh suhu terhadap densitas membutuhkan
pengetahuan tentang ekspansi termal air laut. Hubungan ini pertama kali diteliti oleh Forch
(1902) in Neumann and Pierson (1966)
di bawah tekanan atmosfer dalam laboratorium, yang menghasilkan suatu fungsi
empiris untuk menghitung nilai σt dan dari nilai σ0 yang
diketahui
σt = A
+ B σ0 + C σ02
koefisien A, B dan C masing-masing merupakan fungsi suhu
yang berdasarkan persamaan :
A = (4.53168t – 0.545939t2 – 1.98248x10-3t3
– 1.438x10-7)/(t+67.26)
B = 1 – A t C = B t
Dimana t menyatakan suhu (oC) dan A t,
B t diperoleh dari persamaan berikut :
A t= t (4.7867 – 0.098185t + 0.0010843t2)x10-3
B t= t
(18.030 – 0.8164t + 0.01667t2)x10-6
Nilai αs, t, p dapat
ditulis αs, t, p = α35
+ Δs, 0 + Δt, 0 +Δp dimana Δs,
Δt, Δp adalah deviasi salinitas, suhu dan tekanan di laut
yang sesungguhnya dari nilai S= 35 0/00, t=0 0C,
dan p=0 (tekanan nol laut).
Daftar Pustaka
Bryden,
H. L., 1973. New polynomials for thermal expansion, adiabatic temperature
gradient
and potential temperature of seawater. Deep Sea Res., 20, 401-408.
Fofonoff_,
N. P., 1977. Computation of potential temperature of seawater for an arbitrary
reference pressure. Deep Sea Res., 24, 489-491.
Knudsen,
M., C. Forsch and S. P. L. Sorensen, 1902. Berichte uber die
Konstantenbestimmungen
zur Aufstellung der Hydrographischen Tabellen. D. Kgl. Danske
Vidensk.Selsk. Skrifter, Naturvidensk. og mathem., Afd. XII, 1, 1-151.
Neumann,
G dan Pierson, J. r. 1996. Principle of oceanography. Prentice Hall, Inc.
Engglewood Cliff.
Sverdrup, H. U., M.
W. Johnson, and R. H. Fleming, 1942. The Oceans, Prentice-Hall, New Jersey, 1087 pp.
~ Selamat Belajar~
No comments:
Post a Comment