INFO PRAKIRAAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN(PDPI) dari KKP [13-15 September 2013 ] : DPI Jawa Bali dan Nusa Tenggara : DPI (122’34’’21.9’’’BT, 9’12’’3.1’’’LS) Potensi (111’18’’54.2’’’BT, 8’46’’7.7’’’LS) (112’4’’59.4’’’BT, 8’27’’50.7’’’LS) (115’28’’3.7’’’, 9’7’’43.9’’’LS) (115’26’’37.2’’’BT, 9’26’’27.2’’’LS) (107’17’’23.2’’’BT, 8’0’’2.5’’’LS) DPI Kalimantan : -- DPI Maluku Papua : -- DPI Sumatera : Potensi (104’55’’48.3’’’BT, 6’27’’52.0’’’LS) DPI Sulawesi : Potensi (118’43’’55.8’’’BT, 1’45’’35.1’’’LS)

Thursday, October 27, 2011

Mangrove


Hutan mangrove adalah sebutan untuk sekelompok tumbuhan yang hidup di daerah pasang surut pantai.  Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal woodland, vloedbosschen, atau juga hutan payau.  Kita sering menyebut hutan di pinggir pantai tersebut sebagai hutan bakau.  Sebenarnya, hutan tersebut lebih tepat dinamakan hutan mangrove. Bakau sendiri menunjukkan untuk semua individu tumbuhan sedangkan mangal menunjukkan semua komunitas atau asosiasi yang didominasi oleh tumbuhan ini, sedangkan mangal meliputi pohon dan semak-semak yang rerdapat disana.
Ekosistem mangrove merupakan salah satu dari tiga bagian ekosistem yang termasuk kedalam ekologi laut tropis, keberadaan ekosistem mangrove sendiri sangat penting sekali dikarenakan mangrove memiliki peranan yang sangat penting  sebagai penyusun salah satu ekosistem ekologi laut tropis. Beberapa peranan ekosistem mangrove diantaranya yaitu: sebagai salah satu ekosistem yang dapat menimalisir amukan gelombang yang sangat besar yang menuju ke darat, habitat bagi berbagai macam hewan seperti ikan, udang dan hewan liar lainnya, bahkan dijadikan juga sebagai tempat untuk mencari makan dan untuk bereproduksi oleh hewan-hewan tersebut, fungsi lainnya adalah ekosistem mangrove sebagai penyerap karbon di atmosfer, dan tentunya masih banyak lagi fungsi dari ekosistem mangrove itu sendiri.
Terdapat 12 genera tumbuhan berbunga dan 8 famili yang berbeda di kawasan hutan mangrove ini, dimana 12 genera yaitu : Avicennia, Snaeda, Laguncularia, Lumnitzera , Conocarpus , Xylocarpus ,Aegiceras , Aegialitis, Rhizophora , Bruguiera, Ceriops  dan Sonneratia. Dari ke 12 genera tersebut terdapat  4 genera yang paling utama yaitu  Avicennia,Rhizophora , Bruguiera dan Sonneratia. Pertumbuhan komunitas vegetasi mangrove pada umumnya mengikuti suatu pola zonasi. Pola zonasi berkaitan erat dengan faktor lingkungan seperti tipe tanah (lumpur, pasir atau gambut), keterbukaan terhadap hempasan gelombang, salinitas serta pasang surut Dalam hal penzonasiaan ekosistem mangrove dari lautan ke daratan, pada umumnya urutannya adalah :
·         Avicennia/Sonneratia,
·         Rhizophora
·         Rhizopora/Bruguiera
·         Bruguiera
·         Nypa fruticans
Dari urutan zonasi mangrove tersebut, terdapat tipe pola adaptasi jenis akar dari mangrove yang terdiri dari bentuk- bentuk akar mangrove yang berbeda yang meliputi :
1. Akar cakar ayam (chicken claw root)
Akar pasak berupa akar yang muncul dari sistem akar kabel dan memanjang ke luar ke arah udara seperti pasak. Akar pasak ini terdapat pada Avicennia, Xylocarpus, dan Sonneratia.
2. Akar Lutut (knee root)
Akar lutut merupakan modifikasi dari akar kabel yang pada awalnya tumbuh ke arah permukaan substrat kemudian melengkung menuju ke substrat lagi. Akar lutut seperti initerdapat pada Bruguiera spp.
3. Akar Tongkat (cane root)
Akartongkat merupakan akar (cabang-cabang akar) yang keluar dari batang dan tumbuh ke dalam substrat. Akar ini terdapat pada Rhizophora
4. Akar Papan (Plank root)
Akar papan hampir sama dengan akar tunjang tetapi akar ini melebar menjadi bentuk lempeng, mirip struktur silet. Akar ini terdapat pada Heritiera.


Selain itu mangrove juga memiliki pola adaptasi yang memungkinkan mereka dapat hidup di perairan laut dangkal antara lain :
ü Akar pendek.
ü Menyebar luas dengan akar penyangga atau tudung akarnya yang khas tumbuh dari batang dan atau batang (pneumatofor) yang memungkinkannya mendapatkan oksigen dalam lumpur yang bersifat anoksik di mana pohon-pohon ini tumbuh.
ü Daun-daunnya kuat mengandung banyak air dan mempunyai jaringan internal penyimpan air dan konsentrasi garamnya tinggi.
ü Beberapa bakau mempunyai kelenjar garam yang menjaga keseimbangan osmotik dengan mengeluarkan garam.
ü Bruguiera dan  Rhizophora memiliki benih yang dapat mengapung dan dapat menemukan sendiri substrat yang akan ditumbuhinya.
Jika hutan mangrove hilang maka yang akan terjadi adalah sebagai berikut :
1.    Abrasi pantai
2.    Dapat mengakibatkan intrusi air laut lebih jauh ke daratan
3.    Dapat mengakibatkan banjir
4.    Perikanan laut menurun
5.    Sumber mata pencaharian penduduk setempat berkurang
6.    Dan lain-lain.

          LOKASI DAN WAKTU

            Pratikum dan pengambilan data akan dilaksanakan pada tanggal 27-28 Desember 2010 bertempat di pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta. Gugus Pulau Pari terletak pada bagian paling Selatan dari Pulau-Pulau di Kepulauan Seribu, sekitar 40 km sebelah barat laut kota Jakarta, dengan batas-batas yang terletak pada 05o46’15’’ LS – 05o59’30’’ dan 106026’00’’ BT-106034’22’’ BT. Gugus Pulau Pari merupakan sekumpulan dari Pulau-Pulau seperti : Pulau Tikus, Pulau Burung, Pulau Tengah, dan Pulau Pari. Pulau Pari merupakan terbesar dari ke lima pulau penyusun Gugus Pulau Pari. Panjangnya sekitar 2,5 km, lebar bagian terpendek sekitar 60 m dan bagian terpanjang sekitar 400m

  TUJUAN

            Pratikum ini bertujuan untuk mengkaji struktur komunitas ekosistem mangrove di perairan Pulau Pari , Kepulauan Seribu, Jakarta serta menganalisis parameter pendukung dari komunitas lamun itu sendiri.

 METODOLOGI
3.1. Alat dan Bahan
            Alat dan bahan yang dipergunakan dalam praktikum ini yaitu tali rafia 100 meter( tiap 10 meter ditandai), meteran jahit, kamera, alat tulis, dan data sheet.
3.2. Pembuatan Transek Kuadrat 
            Langkah-langkah pembuatan transek kuadrat 5x5 m2, 2x2 m2, dan 1x1 m2pada lokasi pengamatan  simulasi mangrov

3.3. Pengamatan Mangrove
            Langkah-langkah praktikum pada simulasi pengamatan  data mangrove adalah sebagai berikut :
-          Penentuan transek pengamatan, beserta luas transek yang akan diamati.
-          Mengamati mana yang termasuk kriteria pohon, anakan, dan semai
-          Hitung jumlah pohon, anakan, dan semai serta menghitung diameter batangnya
-          Hitung nilai kerapatan jenis, kerapatan jenis relatif, frekuensi jenis, frekuensi jenis relatif, penutupan jenis, penutupan jenis relatif, serta indeks nilai penting dari spesies mangrove.

            Daftar Pustaka
Ferianita, Melati. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta : Bumi Aksara.
Mukhtasor. 2007. Pencemaran pesisir dan Laut. Jakarta : Pradnya Paramita.
Wibisono, M.S. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. Jakarta:  PT Gramedia.
http://www.imred.org/?q=content/ekosistem-mangrove-di-indonesia[diunduh 23 November 2010].










                                                                                                        

















No comments:

Post a Comment