INFO PRAKIRAAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN(PDPI) dari KKP [13-15 September 2013 ] : DPI Jawa Bali dan Nusa Tenggara : DPI (122’34’’21.9’’’BT, 9’12’’3.1’’’LS) Potensi (111’18’’54.2’’’BT, 8’46’’7.7’’’LS) (112’4’’59.4’’’BT, 8’27’’50.7’’’LS) (115’28’’3.7’’’, 9’7’’43.9’’’LS) (115’26’’37.2’’’BT, 9’26’’27.2’’’LS) (107’17’’23.2’’’BT, 8’0’’2.5’’’LS) DPI Kalimantan : -- DPI Maluku Papua : -- DPI Sumatera : Potensi (104’55’’48.3’’’BT, 6’27’’52.0’’’LS) DPI Sulawesi : Potensi (118’43’’55.8’’’BT, 1’45’’35.1’’’LS)

Sunday, October 30, 2011

GENTONG PENAMPUNGAN CARA CETAKAN (KAPASITAS 250 LITER)

GENTONG PENAMPUNGAN CARA CETAKAN (KAPASITAS 250 LITER)
  1. PENDAHULUAN
    Untuk daerah tropis seperti Indonesia, sebuah keluarga akan membutuhan puluhan liter air bersih per hari untuk minum, membasuh mulut, mencuci, dan memasak, dan kebutuhan yang lain. Dalam sebulan akan dibutuhkan beribu-ribu liter air bersih untuk keperluan lain seperti mandi, mencuci pakaian dan perabotan rumah tangga.
    Untuk daerah pedesaan yang kering di musim kemarau pada waktu hujan hanya sedikit dan persediaan air dalam tanah menurun, akan sulit sekali untuk mendapatkan air yang bersih. Pada musin kemarau sumur menjadi kering, aliran sungai besar berubah menjadi kecil dengan air yang keruh, mengakibatkan timbulnya penyakit yang menuntut banyak korban. Di samping itu pada musim kemarau banyak waktu dan tenaga terbuang untuk mengambil air bersih, karena sumber air biasanya terletak jauh dari tempat tinggal.
    Masalah kebutuhan air bersih dapat ditanggulangi dengan memanfaatkan sumber air dan air hujan. Menampung air hujan dari atap rumah adalah cara lain untuk memperoleh air. Cara yang cukup mudah ini kebanyakan masih diabaikan karena atap rumah yang terbuat dari daun rumbia atau alang-alang tidak memungkinkannya. Namun pada rumah yang beratap genteng atau seng bergelombang, hal ini dengan mudah dapat dilakukan dengan memasang talang air sepanjang sisi atap dan mengalirkan air hujan itu ke dalam tempat penyimpanan.
    Ada 7 cara penyimpanan air yang biasa digunakan atau dipakai di daerah pedesaan di Indonesia. Ke-7 cara tersebut yaitu :
    1. Gentong penampungan air cara cetakan (Kapasitas 250 liter)
    2. Drum air cara kerangka kawat (Kapasitas 300 liter)
    3. Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 2.500 liter)
    4. Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 10.000 liter)
    5. Instalasi air bersih pipa bambu metode tradisional
    6. Instalasi air bersih pipa bambu sistem pengaliran tertutup
    7. Bak penampungan sumber air/mata air
      Umumnya penyimpanan air yang digunakan adalah bak penampung yang dibuat dari drum, genteng dan bambu semen. Bahan ini digunakan karena : relatif murah, tahan lama, konstruksi kuat, mudah dibuat, bahan baku mudah didapat dan air yang ditampung tidak mudah tercemar.
  2. URAIAN SINGKAT
    Penyimpanan air memakai gentong cetakan ini sangat mudah dan sederhana, baik cara pembuatan maupun pemeliharaannya.
  3. BAHAN DAN PERALATAN
    1. Semen ¾ sak
    2. Pasir beton 10 ember kecil
    3. Plat besi tebal 2,5 meter panjang 3 meter
    4. Karung bekas 3 buah ukuran 125 x 112 cm
    5. Sekam padi 2 karung
    6. Jerami dan tali karung
    7. Sendok adukan besar dan kecil
    8. Ember kecil
    9. Plat besi
    10. Skop, pacul dan penyaring pasir
  4. PEMBUATAN
    1. Pembukaan dan penyatuan kembali karung-karung. Tiga karung bekas dibuka dari jahitannya, 2 karung disatukan dengan cara dijahit pada bagian kiri dan kanan, sedang bagian atas dan bawah dibiarkan terbuka, 1 karung dipergunakan untuk alas. Ukuran gentong air seperti Gambar 1.

      Gambar 1. Ukuran Gentong Air dari Ferrocement
    2. Pembuatan patron/model cetakan
      Patron/model dijahit menurut bentuknya seperti Gambar 2 dan 3.

      Gambar 2. Gambar Patron Model Gentong Air Dijahit dengan Tali Karung.
      Dipergunakan dua karung ukuran 125 x 112 cm yang sudah dijahit kembali, kemudian balikkan arah ke dalam

      Gambar 3. Bentuk Patron yang sudah Dibalik Jahitannya
    3. Pembuatan kerangka dasar dan kerangka leher.
      Lingkaran dari plat besi dengan garis tengah 58 cm dimasukkan pada patron/model dengan cara dijahit untuk membentuk kerangka dasar, sedang
      kerangka leher menggunakan lingkaran plat besi dengan garis tengah 35 cm (Gambar 4 dan 5).

      Gambar 4. Patron/model Sesudah Diberi Kerangka Dasar.

      Gambar 5. Patron/model Sudah Diberi Kerangka Dasar dan Kerangka Leher
    4. Pengisian sekam padi atau pasir
      Patron/model dengan kerangka dasar diletakkan pada karung bekas yang dipakai sebagai dasar. Kemudian diisi sekam padi/pasir sampai rata dan padat, sehingga berbentuk gentong, lihat Gambar 6 dan 7.

      Gambar 6. Kerangka Dasar dan Kerangka Leher

      Gambar 7. Patron dengan Kerangka Dasar dan Diisi Sekam Padi
    5. Penyiraman
      Sebelum penempelan/plasteran adonan semen (semen, pasir, air), patron yang sudah diisi sekam disiram dulu dengan larutan semen encer (perbandingan semen : air = 1 : 3), guna memudahkan penempelan adonan pada patron (Gambar 8).

      Gambar 8. Cetakan Gentong
    6. Plasteran
      Adukan semen dengan perbandingan = semen : pasir : air (2:6:5) diplasterkan pada patron secara lapis demi lapis. Plasteran yang agak tebal dihindarkan untuk mencegah perontokan. Pemplasteran dihentikan setelah mencapai tebal ± 2 cm. Setelah plesteran agak kering, bagian luar dioles dengan campuran air dan semen (10:4). Kemudian mulut gentong dibentuk sesuai dengan keinginan, lihat Gambar 9 dan 10.

      Gambar 9. Gentong Air

      Gambar 10. Mulut Gentong
    7. Pengambialn isian dan cetakan
      Setelah 4 atau 5 hari diperkirakan gentong agak kuat, dengan hati-hati gentong dimiringkan untuk mengeluarkan isian dan cetakan dari bagian bawah.
    8. Pembuatan dasar gentong
      Gentong diletakkan di atas karung sebagai dasar, kemudian dasar ditutup dengan adonan semen seperti pada plasteran sampai rata dengan tebal yang sama. Mengerjakannya melalui mulut gentong.
  5. PENGGUNAAN
    Pemakaian gentong untuk penampungan :
    Dibutuhkan 4 gentong. Pemakaiannya seperti pada Gambar 11 dan 12. Pipa dipasang pada dinding gentong dengan melubangi dinding pada waktu masih basah, atau menggunakan pahat dan palu jika dinding sudah terlanjur kering. Agar tidak bocor, sela-selanya dilem semen.

    Gambar 11. Pemakaian Gentong

    Gambar 12. Pemakaian Gentong
    1. Gentong 1
      Digunakan untuk menempatkan air kotor yang baru diambil dari sungai. Kran A dipasang pada dasar gentong untuk membersihkan endapan lumpur. Kran B diletakkan 100 mm di atas kran A, gunanya untuk mengatur aliran air yang masuk ke gentong 2. Gentong 1 diletakkan lebih tinggi dari gentong 2 agar diperoleh tekanan air yang cukup.
    2. Gentong 2
      Berfungsi sebagai saringan pertama yang mampu membersihkan 20 liter air per jam. Sebagai penyaring air paling kotor, gentong 2 harus dibersihkan tiap minggu dengan membuka kran C dan menutup kran B. Air dari gentong 2 ini sudah cukup bersih, meskipun belum cukup sehat. Jika yang dibutuhkan hanya air bersih (bukan sehat), air bisa diperoleh dari kran D.
    3. Gentong 3
      Berfungsi sebagai saringan terakhir. Dapat menyaring dan menyehatkan 20 liter air per jam. Gentong ini harus dibersihkan tiap 2-3 bulan dengan mengeruk lapisan atas pasir sedalam 2 cm.
    4. Gentong 4
      Adalah gentong penampungan air bersih dan sehat. Dari tempat ini bisa dibentuk sesuai dengan selera.
  6. KEUNTUNGAN
    Pembuatan patron/model mudah dan sederhana, karena karung yang digunakan bisa dibentuk sesuai dengan selera.
  7. KERUGIAN
    1. Pengerjaan plasteran agak rumit, karena bentuk patron/model bisa berubah dari bentuk asli gentong.
    2. Pemakaian harus hati-hati, karena mudah pecah
  8. DAFTAR PUSTAKA
    1. Ferro Cement untuk Wadah Air. Bandung : Pusat Informasi Dokumentasi PTP-ITB bekerjasama dengan BUTSI dan TOOl (T.H.E. Negeri Belanda).
    2. Gentong Penampungan Air. Tarik IV (40), 1985 : p. 9-14.
  9. INFORMASI LEBIH LANJUT
    1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250 3052 begin_of_the_skype_highlighting              +62 22 250 3052      end_of_the_skype_highlighting, 250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
    2. Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.
Publisher: Menristek

No comments:

Post a Comment