BUDIDAYA UDANG WINDU
( Palaemonidae / Penaeidae )
( Palaemonidae / Penaeidae )
1. SEJARAH SINGKAT
Udang merupakan jenis ikan konsumsi air payau, badan
beruas berjumlah 13 (5 ruas kepala dan 8 ruas dada) dan seluruh
tubuh ditutupi oleh kerangka luar yang disebut eksosketelon. Umumnya
udang yang terdapat di pasaran sebagian besar terdiri dari udang
laut. Hanya sebagian kecil saja yang terdiri dari udang air tawar,
terutama di daerah sekitar sungai besar dan rawa dekat pantai. Udang
air tawar pada umumnya termasuk dalam keluarga Palaemonidae, sehingga
para ahli sering menyebutnya sebagai kelompok udang palaemonid.
Udang laut, terutama dari keluarga Penaeidae, yang bisa disebut
udang penaeid oleh para ahli. Udang merupakan salah satu bahan makanan
sumber protein hewani yang bermutu tinggi. Bagi Indonesia udang
merupakan primadona ekspor non migas. Permintaan konsumen dunia
terhadap udang rata-rata naik 11,5% per tahun. Walaupun masih banyak
kendala, namun hingga saat ini negara produsen udang yang menjadi
pesaing baru ekspor udang Indonesia terus bermunculan.
2. SENTRA PERIKANAN
Daerah penyebaran benih udang windu antara lain: Sulawesi
Selatan (Jeneponto, Tamanroya, Nassara, Suppa), Jawa Tengah (Sluke,
Lasem), dan Jawa Timur (Banyuwangi, Situbondo, Tuban, Bangkalan,
dan Sumenep), Aceh, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Timur, dan lain-lain.
3. JENIS
Klasifikasi udang adalah sebagai berikut:
Klas : Crustacea (binatang berkulit keras)
Sub-klas : Malacostraca (udang-udangan tingkat tinggi)
Superordo : Eucarida
Ordo : Decapoda (binatang berkaki sepuluh)
Sub-ordo : Natantia (kaki digunakan untuk berenang)
Famili : Palaemonidae, Penaeidae
Klas : Crustacea (binatang berkulit keras)
Sub-klas : Malacostraca (udang-udangan tingkat tinggi)
Superordo : Eucarida
Ordo : Decapoda (binatang berkaki sepuluh)
Sub-ordo : Natantia (kaki digunakan untuk berenang)
Famili : Palaemonidae, Penaeidae
4. MANFAAT
- Udang merupakan bahan makanan yang mengandung protein tinggi,
yaitu 21%, dan rendah kolesterol, karena kandungan lemaknya hanya
0,2%. Kandungan vitaminnya dalam 100 gram bahan adalah vitamin
A 60 SI/100; dan vitamin B1 0,01 mg. Sedangkan kandungan mineral
yang penting adalah zat kapur dan fosfor, masing-masing 136 mg
dan 170 mg per 100 gram bahan.
- Udang dapat diolah dengan beberapa cara, seperti beku, kering,
kaleng, terasi, krupuk, dll.
- Limbah pengolahan udang yang berupa jengger (daging di pangkal
kepala) dapat dimanfaatkan untuk membuat pasta udang dan hidrolisat
protein.
- Limbah yang berupa kepala dan kaki udang dapat dibuat tepung
udang, sebagai sumber kolesterol bagi pakan udang budidaya.
- Limbah yang berupa kulit udang mengandung chitin 25% dan di
negara maju sudah dapat dimanfaatkan dalam industri farmasi, kosmetik,
bioteknologi, tekstil, kertas, pangan, dll.
- Chitosan yang terdapat dalam kepala udang dapat dimanfaatkan
dalam industri kain, karena tahan api dan dapat menambah kekuatan
zat pewarna dengan sifatnya yang tidak mudah larut dalam air.
- Lokasi yang cocok untuk tambak udang adalah pada daerah sepanjang
pantai (beberapa meter dari permukaan air laut) dengan suhu rata-rata
26-28 derajat C.
- Tanah yang ideal untuk tambak udang adalah yang bertekstur
liat atau liat berpasir, karena dapat menahan air. Tanah dengan
tekstur ini mudah dipadatkan dan tidak pecah-pecah.
- Tekstur tanah dasar terdiri dari lumpur liat berdebu atau lumpur
berpasir, dengan kandungan pasir tidak lebih dari 20%. Tanah tidak
boleh porous (ngrokos).
- Jenis perairan yang dikehendaki oleh udang adalah air payau
atau air tawar tergantung jenis udang yang dipelihara. Daerah
yang paling cocok untuk pertambakan adalah daerah pasang surut
dengan fluktuasi pasang surut 2-3 meter.
- Parameter fisik: suhu/temperatur=26-30 derajat C; kadar garam/salinitas=0-35
permil dan optimal=10-30 permil; kecerahan air=25-30 cm (diukur
dengan secchi disk)
- Parameter kimia: pH=7,5-8,5; DO=4-8 mg/liter; Amonia (NH3) < 0,1 mg/liter; H2S< 0,1 mg/liter; Nitrat (NO3-)=200 mg/liter; Nitrit (NO3-)=0,5 mg/liter; Mercuri (Hg)=0-0,002 mg/liter; Tembaga (Cu)=0-0,02 mg/liter; Seng (Zn)=0-0,02 mg/liter; Krom Heksavalen (Cr)=0-0,05 mg/liter; Kadmiun (Cd)=0-0,01 mg/liter; Timbal (Pb)=0-0,03 mg/liter; Arsen (Ar)=0-1 mg/liter; Selenium (Se)=0-0,05 mg/liter; Sianida (CN)=0-0,02 mg/liter; Sulfida (S)=0-0,002 mg/liter; Flourida (F)=0-1,5 mg/liter; dan Klorin bebas (Cl2)=0-0,003 mg/liter
6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
Syarat konstruksi tambak:
- Tahan terhadap damparan ombak besar, angin kencang dan banjir.
Jarak minimum pertambakan dari pantai adalah 50 meter atau minimum
50 meter dari bantara sungai.
- Lingkungan tambak beserta airnya harus cukup baik untuk kehidupan
udang sehingga dapat tumbuh normal sejak ditebarkan sampai dipanen.
- Tanggul harus padat dan kuat tidak bocor atau merembes serta
tahan terhadap erosi air.
- Desain tambak harus sesuai dan mudah untuk operasi sehari-hari,
sehingga menghemat tenaga.
- Sesuai dengan daya dukung lahan yang tersedia.
- Menjaga kebersihan dan kesehatan hasil produksinya.
- Saluran pemasuk air terpisah dengan pembuangan air.
- Tambak Ekstensif atau Tradisional
- Dibangun di lahan pasang surut, yang umumnya berupa rawa-rawa
bakau, atau rawa-rawa pasang surut bersemak dan rerumputan.
- Bentuk dan ukuran petakan tambak tidak teratur.
- Luasnya antara 3-10 ha per petak.
- Setiap petak mempunyai saluran keliling (caren) yang lebarnya
5-10 m di sepanjang keliling petakan sebelah dalam. Di bagian
tengah juga dibuat caren dari sudut ke sudut (diagonal). Kedalaman
caren 30-50 cm lebih dalam dari bagian sekitarnya yang disebut
pelataran. Bagian pelataran hanya dapat berisi sedalam 30-40
cm saja.
- Di tengah petakan dibuat petakan yang lebih kecil dan dangkal
untuk mengipur nener yang baru datang selama 1 bulan.
- Selain itu ada beberapa tipe tambak tradisional, misalnya
tipe corong dan tipe taman yang dikembangkan di Sidoarjo,
Jawa Timur.
- Pada tambak ini tidak ada pemupukan.
- Dibangun di lahan pasang surut, yang umumnya berupa rawa-rawa
bakau, atau rawa-rawa pasang surut bersemak dan rerumputan.
- Tambak Semi Intensif
- Bentuk petakan umumnya empat persegi panjang dengan luas
1-3 ha/petakan.
- Tiap petakan mempunyai pintu pemasukan (inlet) dan pintu
pengeluaran (outlet) yang terpisah untuk keperluan penggantian
air, penyiapan kolam sebelum ditebari benih, dan pemanenan.
- Suatu caren diagonal dengan lebar 5-10 m menyerong dari
pintu (pipa) inlet ke arah pintu (pipa) outlet. Dasar caren
miring ke arah outlet untuk memudahkan pengeringan air dan
pengumpulan udang pada waktu panen.
- Kedalaman caren selisih 30-50 cm dari pelataran.
- Kedalaman air di pelataran hanya 40-50 cm.
- Ada juga petani tambak yang membuat caren di sekeliling
pelataran.
- Bentuk petakan umumnya empat persegi panjang dengan luas
1-3 ha/petakan.
- Tambak Intensif
- Petakan berukuan 0,2-0,5 ha/petak, supaya pengelolaan air
dan pengawasannya lebih mudah.
- Kolam/petak pemeliharaan dapat dibuat dari beton seluruhnya
atau dari tanah seperti biasa. Atau dinding dari tembok, sedangkan
dasar masih tanah.
- Biasanya berbentuk bujur sangkar dengan pintu pembuangan
di tengah dan pintu panen model monik di pematang saluran
buangan. Bentuk dan konstruksinya menyerupai tambak semi intensif
bujur sangkar.
- Lantai dasar dipadatkan sampai keras, dilapisi oleh pasir/kerikil.
Tanggul biasanya dari tembok, sedang air laut dan air tawar
dicampur dalam bak pencampur sebelum masuk dalam tambak.
- Pipa pembuangan air hujan atau kotoran yang terbawa angin,
dipasang mati di sudut petak.
- Diberi aerasi untuk menambah kadar O2 dalam air.
- Penggantian air yang sangat sering dimungkinkan oleh penggunaan
pompa.
- Petakan berukuan 0,2-0,5 ha/petak, supaya pengelolaan air
dan pengawasannya lebih mudah.
- Petakan Tambak
- Sebaiknya dibuat dalam bentuk unit. Setiap satu unit tambak
pengairannya berasal dari satu pintu besar, yaitu pintu air
utama atau laban. Satu unit tambak terdiri dari tiga macam
petakan: petak pendederan, petak glondongan (buyaran) dan
petak pembesaran dengan perbandingan luas 1:9:90.
- Selain itu, juga ada petakan pembagi air, yang merupakan
bagian yang terdalam. Dari petak pembagi, masing-masing petakan
menerima bagian air untuk pengisiannya. Setiap petakan harus
mempunyai pintu air sendiri, yang dinamakan pintu petakan,
pintu sekunder, atau tokoan. Petakan yang berbentuk seperti
saluran disebut juga saluran pembagi air.
- Setiap petakan terdiri dari caren dan pelataran.
- Sebaiknya dibuat dalam bentuk unit. Setiap satu unit tambak
pengairannya berasal dari satu pintu besar, yaitu pintu air
utama atau laban. Satu unit tambak terdiri dari tiga macam
petakan: petak pendederan, petak glondongan (buyaran) dan
petak pembesaran dengan perbandingan luas 1:9:90.
- Pematang/Tanggul
- Ada dua macam pematang, yaitu pematang utama dan pematang
antara.
- Pematang utama merupakan pematang keliling unit, yang melindungi
unit yang bersangkutan dari pengaruh luar. Tingginya 0,5 m
di atas permukaan air pasang tertinggi. Lebar bagian atasnya
sekitar 2 m. Sisi luar dibuat miring dengan kemiringan 1:1,5.
Sedangkan untuk sisi pematang bagian dalam kemiringannya 1:1.
- Pematang antara merupakan pematang yang membatasi petakan
yang satu dengan yang lain dalam satu unit.
- Ukurannya tergantung keadaan setempat, misalnya: tinggi
1-2 m, lebar bagian atas 0,5-1,5. Sisi-sisinya dibuat miring
dengan kemiringan 1:1. Pematang dibuat dengan menggali saluran
keliling yang jaraknya dari pematang 1 m. Jarak tersebut biasa
disebut berm.
- Ada dua macam pematang, yaitu pematang utama dan pematang
antara.
- Saluran dan Pintu Air
- Saluran air harus cukup lebar dan dalam, tergantung keadaan
setempat, lebarnya berkisar antara 3-10 m dan dalamnya kalau
memungkinkan sejajar dengan permukaan air surut terrendah.
Sepanjang tepiannya ditanami pohon bakau sebagai pelindung.
- Ada dua macam pintu air, yaitu pintu air utama (laban)
dan pintu air sekunder (tokoan/pintu air petakan).
- Pintu air berfungsi sebagai saluran keluar masuknya air
dari dan ke dalam tambak yang termasuk dalam satu unit.
- Lebar mulut pintu utama antara 0,8-1,2 m, tinggi dan panjang
disesuaikan dengan tinggi dan lebar pematang. Dasarnya lebih
rendah dari dasar saluran keliling,serta sejajar dengan dasar
saluran pemasukan air.
- Bahan pembuatannya antara lain: pasangan semen, atau bahan
kayu (kayu besi, kayu jati, kayu kelapa, kayu siwalan, dll)
- Setiap pintu dilengkapi dengan dua deretan papan penutup
dan di antaranya diisi tanah yang disebut lemahan.
- Pintu air dilengkapi dengan saringan, yaitu saringan luar
yang menghadap ke saluran air dan saringan dalam yang menghadap
ke petakan tambak. Saringan terbuat dari kere bambu, dan untuk
saringan dalam dilapisi plastik atau ijuk.
- Saluran air harus cukup lebar dan dalam, tergantung keadaan
setempat, lebarnya berkisar antara 3-10 m dan dalamnya kalau
memungkinkan sejajar dengan permukaan air surut terrendah.
Sepanjang tepiannya ditanami pohon bakau sebagai pelindung.
- Pelindung:
- Sebagai bahan pelindung pada pemeliharaan udang di tambak,
dapat dipasang rumpon yang terbuat dari ranting kayu atau
dari daun-daun kelapa kering. Pohon peneduh di sepanjang pematang
juga dapat digunakan sebagai pelindung.
- Rumpon dipasang dengan jarak 6-15 m di tambak. Rumpon berfungsi
juga untuk mencegah hanyutnya kelekap atau lumut, sehingga
menumpuk pada salah satu sudut karena tiupan angin.
- Sebagai bahan pelindung pada pemeliharaan udang di tambak,
dapat dipasang rumpon yang terbuat dari ranting kayu atau
dari daun-daun kelapa kering. Pohon peneduh di sepanjang pematang
juga dapat digunakan sebagai pelindung.
- Pemasangan kincir:
- Kincir biasanya dipasang setelah pemeliharaan 1,5-2 bulan,
karena udang sudah cukup kuat terhadap pengadukan air.
- Kincir dipasang 3-4 unit/ha. Daya kelarutan O2 ke dalam
air dengan pemutaran kincir itu mencapai 75-90%.
- Kincir biasanya dipasang setelah pemeliharaan 1,5-2 bulan,
karena udang sudah cukup kuat terhadap pengadukan air.
- Menyiapkan Benih (Benur)
Benur/benih udang bisa didapat dari tempat pembenihan (Hatchery) atau dari alam. Di alam terdapat dua macam golongan benih udang windu (benur) menurut ukurannya, yaitu :
- Benih yang masih halus, yang disebut post larva. Terdapat di tepi-tepi pantai. Hidupnya bersifat pelagis, yaitu berenang dekat permukaan air. Warnanya coklat kemerahan. Panjang 9-15 mm. Cucuk kepala lurus atau sedikit melengkung seperti huruf S dengan bentuk keseluruhan seperti jet. Ekornya membentang seperti kipas.
- Benih yang sudah besar atau benih kasar yang disebut juvenil. Biasanya telah memasuki muara sungai atau terusan. Hidupnya bersifat benthis, yaitu suka berdiam dekat dasar perairan atau kadang menempel pada benda yang terendam air. Sungutnya berbelang-belang selang-seling coklat dan putih atau putih dan hijau kebiruan. Badannya berwarna biru kehijauan atau kecoklatan sampai kehitaman. Pangkal kaki renang berbelang-belang kuning biru.
- Cara Penangkapan Benur:
- Benih yang halus ditangkap dengan menggunakan alat belabar
dan seser.
- Belabar adalah rangkaian memanjang dari ikatan-ikatan
daun pisang kering, rumput-rumputan, merang, atau pun
bahan-bahan lainnya.
- Kegiatan penangkapan dilakukan apabila air pasang.
- Belabar dipasang tegak lurus pantai, dikaitkan pada
dua buah patok, sehingga terayun-ayun di permukaan air
pasang.
- Atau hanya diikatkan pada patok di salah satu ujungnya,
sedang ujung yang lain ditarik oleh si penyeser sambil
dilingkarkan mendekati ujung yang terikat. Setelah lingkaran
cukup kecil, penyeseran dilakukan di sekitar belabar.
- Belabar adalah rangkaian memanjang dari ikatan-ikatan
daun pisang kering, rumput-rumputan, merang, atau pun
bahan-bahan lainnya.
- Benih kasar ditangkapi dengan alat seser pula dengan
cara langsung diseser atau dengan alat bantu rumpon-rumpon
yang dibuat dari ranting pohon yang ditancapkan ke dasar
perairan. Penyeseran dilakukan di sekitar rumpon. Pembenihan
secara alami dilakukan dengan cara mengalirkan air laut
ke dalam tambak. Biasanya dilakukan oleh petambak tradisional.
Benih udang/benur yang didapat dari pembibitan haruslah
benur yang bermutu baik. Adapun sifat dan ciri benur yang
bermutu baik yang didapat dari tempat pembibitan adalah:
- Umur dan ukuran benur harus seragam.
- Bila dikejutkan benur sehat akan melentik.
- Benur berwarna tidak pucat.
- Badan benur tidak bengkok dan tidak cacat.
- Umur dan ukuran benur harus seragam.
- Perlakuan dan Perawatan Benih
- Cara pemeliharaan dengan sistem kolam terpisah Pemeliharaan
larva yang baik adalah dengan sistem kolam terpisah, yaitu
kolam diatomae, kolam induk, dan kolam larva dipisahkan.
- Kolam Diatomae
Diatomae untuk makanan larva udang yang merupakan hasil pemupukan adalah spesies Chaetoceros, Skeletonema danTetraselmis di dalam kolam volume 1000-2000 liter. Spesies diatomae yang agak besar diberikan kepada larva periode mysis, walaupun lebih menyukai zooplankton.
- Kolam Induk
Kolam yang berukuran 500 liter ini berisi induk udang yang mengandung telur yang diperoleh dari laut/nelayan. Telur biasanya keluar pada malam hari. Telur yang sudah dibuahi dan sudah menetas menjadi nauplius, dipindahkan.
- Kolam Larva
Kolam larva berukuran 2.000-80.000 liter. Artemia/zooplankton diambil dari kolam diatomae dan diberikan kepada larva udang mysis dan post larva (PL5-PL6). Artemia kering dan udang kering diberikan kepada larva periode zoa sampai (PL6). Larva periode PL5-PL6 dipindah ke petak buyaran dengan kepadatan 32-1000 ekor/m 2 , yang setiap kalidiberi makan artemia atau makanan buatan, kemudian PL20-PL30 benur dapat dijual atau ditebar ke dalam tambak.
- Kolam Diatomae
- Cara Pengipukan/pendederan benur di petak pengipukan
- Petak pendederan benur merupakan sebagian dari petak
pembesaran udang (± 10% dari luas petak pembesaran)
yang terletak di salah satu sudutnya dengan kedalaman
30-50 cm, suhu 26-31derajat C dan kadar garam 5-25 permil.
- Petak terbuat dari daun kelapa atau daun nipah, agar
benur yang masih lemah terlindung dari terik matahari
atau hujan.
- Benih yang baru datang, diaklitimasikan dulu. Benih
dimasukkan dalam bak plastik atau bak kayu yang diisi
air yang kadar garam dan suhunya hampir sama dengan keadaan
selama pengangkutan. Kemudian secara berangsur-angsur
air tersebut dikeluarkan dan diganti dengan air dari petak
pendederan.
- Kepadatan pada petak Ini 1000-3000 ekor. Pakan yang
diberikan berupa campuran telur ayam rebus dan daging
udang atau ikan yang dihaluskan.
- Pakan tambahan berupa pellet udang yang dihaluskan.
Pemberian pelet dilakukan sebanyak 10-20 % kali jumlah
berat benih udang per hari dan diberikan pada sore hari.
Berat benih halus ± 0,003 gram dan berat benih
kasar ± 0,5-0,8 g.
- Pellet dapat terbuat dari tepung rebon 40%, dedak halus
20 %, bungkil kelapa 20 %, dan tepung kanji 20%.
- Pakan yang diperlukan: secangkir pakan untuk petak
pengipukan /pendederan seluas 100 m 2 atau untuk 100.000
ekor benur dan diberikan 3-4 kali sehari.
- Petak pendederan benur merupakan sebagian dari petak
pembesaran udang (± 10% dari luas petak pembesaran)
yang terletak di salah satu sudutnya dengan kedalaman
30-50 cm, suhu 26-31derajat C dan kadar garam 5-25 permil.
- Petak terbuat dari daun kelapa atau daun nipah, agar
benur yang masih lemah terlindung dari terik matahari
atau hujan.
- Cara Pengipukan di dalam Hapa
- Hapa adalah kotak yang dibuat dari jaring nilon dengan
mata jaring 3-5 mm agar benur tidak dapat lolos.
- Hapa dipasang terendam dan tidak menyentuh dasar tambak
di dalam petak-petak tambak yang pergantian airnya mudah
dilakukan, dengan cara mengikatnya pada tiang-tiang yang
ditancamkan di dasar petak tambak itu. Beberapa buah hapa
dapat dipasang berderet-deret pada suatu petak tambak.
- Ukuran hapa dapat disesuaikan dengan kehendak, misalnya
panjang 4- 6 m, lebar 1-1,5 m, tinggi 0,5-1 m.
- Kepadatan benur di dalam hapa 500-1000 ekor/m 2 .
- Pakan benur dapat berupa kelekap atau lumut-lumut dari
petakan tambak di sekitarnya. Dapat juga diberi pakan
buatan berupa pelet udang yang dihancurkan dulu menjadi
serbuk.
- Lama pemeliharaan benur dalam ipukan 2-4 minggu, sampai
panjangnya 3-5 cm dengan persentase hidup 70-90%.
- Jaring sebagai dinding hapa harus dibersihkan seminggu
sekali.
- Hapa sangat berguna bagi petani tambak, yaitu untuk
tempat aklitimasi benur, atau sewaktu-waktu dipergunakan
menampung ikan atau udang yang dikehendaki agar tetap
hidup.
- Hapa adalah kotak yang dibuat dari jaring nilon dengan
mata jaring 3-5 mm agar benur tidak dapat lolos.
- Cara pengangkutan:
- Pengangkutan menggunakan kantong plastik:
- Kantong plastik yang berukuran panjang 40 cm, lebar
35 cm, dan tebal 0,008 mm, diisi air 1/3 bagian dan
diisi benih 1000 ekor.
- Kantong plastik diberi zat asam sampai menggelembung
dan diikat dengan tali.
- Kantong plastik tersebut dimasukkan dalam kotak
kardus yang diberi styrofore foam sebagai penahan
panas dan kantong plastik kecil yang berisi pecahan-pecahan
es kecil yang jumlahnya 10% dari berat airnya.
- Benih dapat diangkut pada suhu 27-30 derajat C selama 10 jam perjalanan dengan angka kematian 10-20%.
- Kantong plastik yang berukuran panjang 40 cm, lebar
35 cm, dan tebal 0,008 mm, diisi air 1/3 bagian dan
diisi benih 1000 ekor.
- Pengangkutan dengan menggunakan jerigen plastik:
- Jerigen yang digunakan yang berukuran 20 liter.
- Jerigen diisi air setengah bagiannya dan sebagian
lagi diisi zat asam bertekanan lebih.
- Jumlah benih yang dapat diangkut antara 500-700
ekor/liter. Selama 6- 8 jam perjalanan, angka kematiannya
sekitar 6%.
- Dalam perjalanan jerigen harus ditidurkan, agar
permukaannya menjadi luas, sehingga benurnya tidak
bertumpuk.
- Untuk menurunkan suhunya bisa menggunakan es batu.
- Jerigen yang digunakan yang berukuran 20 liter.
- Pengangkutan menggunakan kantong plastik:
- Waktu Penebaran Benur
Sebaiknya benur ditebar di tambak pada waktu yang teduh.
- Cara pemeliharaan dengan sistem kolam terpisah Pemeliharaan
larva yang baik adalah dengan sistem kolam terpisah, yaitu
kolam diatomae, kolam induk, dan kolam larva dipisahkan.
- Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk mendorong pertumbuhan makanan alami, yaitu: kelekap, lumut, plankton, dan bentos. Cara pemupukan:- Untuk pertumbuhan kelekap
- Tanah yang sudah rata dan dikeringkan ditaburi dengan
dedak kasar sebanyak 500 kg/ha.
- Kemudian ditaburi pupuk kandang (kotoran ayam, kerbau,
kuda, dll), atau pupuk kompos sebanyak 1000 kg/ha.
- Tambak diairi sampai 5-10 cm, dibiarkan tergenang dan
menguap sampai kering.
- Setelah itu tambak diairi lagi sampai 5-10 cm, dan
ditaburi pupuk kandang atau pupuk kompos sebanyak 1000
kg/ha.
- Pada saat itu ditambahkan pula pupuk anorganik, yaitu
urea 75 kg/ha dan TSP (Triple Super Phosphate) 75 kg/ha.
- Sesudah 5 hari kemudian, kelekap mulai tumbuh. Air
dapat ditinggikan lagi secara berangsur-angsur, hingga
dalamnya 40 cm di atas pelataran. Dan benih udang dapat
dilepaskan.
- Selama pemeliharaan, diadakan pemupukan susulan sebanyak
1-2 kali sebulan dengan menggunakan urea 10-25 kg/ha dan
TSP 5-15 kg/ha.
- Tanah yang sudah rata dan dikeringkan ditaburi dengan
dedak kasar sebanyak 500 kg/ha.
- Untuk pertumbuhan lumut
- Tanah yang telah dikeringkan, diisi air untuk melembabkannya,
kemudian ditanami bibit lumut yang ditancapkan ke dalam
lumpur.
- Air dimasukkan hingga setinggi 20 cm, kemudian dipupuk
dengan urea 14 kg/ha dan TSP 8 kg/ha.
- Air ditinggikan sampai 40 cm setelah satu minggu.
- Mulai minggu kedua, setiap seminggu dipupuk lagi dengan
urea dan TSP, masing-masing 10 takaran sebelumnya.
- Lumut yang kurang pupuk akan berwarna kekuningan, sedangkan
yang dipupuk akan berwarna hijau rumput yang segar. Lumut
yang terlalu lebat akan berbahaya bagi udang, oleh karena
itu lumut hanya digunakan untuk pemeliharaan udang yang
dicampur dengan ikan yang lain.
- Tanah yang telah dikeringkan, diisi air untuk melembabkannya,
kemudian ditanami bibit lumut yang ditancapkan ke dalam
lumpur.
- Untuk pertumbuhan Diatomae
- Jumlah pupuk nitrogen (N) dan pupuk fosfor (P) menghendaki
perbandingan sekitar 30:1. Apabila perbandingannya mendekati
1:1, yang tumbuh adalah Dinoflagellata.
- Sebagai sumber N, pupuk yang mengandung nitrat lebih
baik daripada pupuk yang mengandung amonium, karena dapat
terlarut lebih lama dalam air.
- Contoh pupuk:
- Urea-CO(NH2)2: prosentase N=46,6.
- Amonium sulfat-ZA-(NH4)2SO4: prosentase N=21.
- Amonium chlorida-NH4Cl: prosentase N=25
- Amonium nitrat-NH4NO3: prosentase N=37
- Kalsium nitrat-Ca(NO3)2: prosentase N=17
- Double superphosphate-Ca(H2PO4): prosentase P=26
- Triple superphosphate-P2O5: prosentase P=39
- Urea-CO(NH2)2: prosentase N=46,6.
- Pemupukan diulangi sebanyak beberapa kali, sedikit
demi sedikit setiap 7-10 hari sekali.
- Pemupukan pertama, digunakan 0,95 ppm N dan 0,11 ppm
P. Apabila luas tambak 1 ha dan tinggi air rata-rata 60
cm, membutuhkan 75-150 kg pupuk urea dan 25-50 kg TSP.
- Pertumbuhan plankton diamati dengan secci disc. Pertumbuhan
cukup bila pada kedalaman 30 cm, secci disc sudah kelihatan.
- Takaran pupuk dikurangi bila secci disc tidak terlihat
pada kedalaman 25 cm. Sedangkan apabila secci disc tidak
kelihatan pada kedalaman 35 cm, maka takaran pupuk perlu
ditambah.
- Jumlah pupuk nitrogen (N) dan pupuk fosfor (P) menghendaki
perbandingan sekitar 30:1. Apabila perbandingannya mendekati
1:1, yang tumbuh adalah Dinoflagellata.
- Untuk pertumbuhan kelekap
- Pemberian Pakan
Makanan untuk tiap periode kehidupan udang berbeda-beda. Makanan udang yang dapat digunakan dalam budidaya terdiri dari:
- Makanan alami:
- Burayak tingkat nauplius, makanan dari cadangan isi
kantong telurnya.
- Burayak tingkat zoea, makanannya plankton nabati, yaitu
Diatomaeae (Skeletonema, Navicula, Amphora, dll) dan Dinoflagellata
(Tetraselmis, dll).
- Burayak tingkat mysis, makanannya plankton hewani,
Protozoa, Rotifera, (Branchionus), anak tritip (Balanus),
anak kutu air (Copepoda), dll.
- Burayak tingkat post larva (PL), dan udang muda (juvenil),
selain makanan di atas juga makan Diatomaee dan Cyanophyceae
yang tumbuh di dasar perairan (bentos), anak tiram, anak
tritip, anak udanng-udangan (Crustacea) lainnya, cacing
annelida dan juga detritus (sisa hewan dan tumbuhan yang
membususk).
- Udang dewasa, makanannya daging binatang lunak atau
Mollusca (kerang, tiram, siput), cacing Annelida, yaitut
cacing Pollychaeta, udang-udangan, anak serangga (Chironomus),
dll.
- Dalam usaha budidaya, udang dapat makan makanan alami
yang tumbuh di tambak, yaitu kelekap, lumut, plankton,
dan bentos.
- Burayak tingkat nauplius, makanan dari cadangan isi
kantong telurnya.
- Makanan Tambahan
Makanan tambahan biasanya dibutuhkan setelah masa pemeliharaan 3 bulan. Makanan tambahan tersebut dapat berupa:
- Dedak halus dicampur cincangan ikan rucah.
- Dedak halus dicampur cincangan ikan rucah, ketam, siput,
dan udang-udangan.
- Kulit kerbau atau sisa pemotongan ternak yang lain.
Kulit kerbau dipotong-potong 2,5 cm 2 , kemudian ditusuk
sate.
- Sisa-sisa pemotongan katak.
- Bekicot yang telah dipecahkan kulitnya.
- Makanan anak ayam.
- Daging kerang dan remis.
- Trisipan dari tambak yang dikumpulkan dan dipech kulitnya.
- Dedak halus dicampur cincangan ikan rucah.
- Makanan Buatan (Pelet):
- Tepung kepala udang atau tepung ikan 20 %.
- Dedak halus 40 %.
- Tepung bungkil kelapa 20 %.
- Tepung kanji 19 %.
- Pfizer premix A atau Azuamix 1 %.
- Tepung kepala udang atau tepung ikan 20 %.
- Cara pembuatan:
- Tepung kanji diencerkan dengan air secukupnya, lalu
dipanaskansampai mengental.
- Bahan-bahan yang dicampurkan dengan kanji diaduk-aduk
dan diremas-remas sampai merata.
- Setelah merata, dibentuk bulat-bulat dan digiling dengan alat penggiling daging. Hasil gilingan dijemur sampai kering, kemudian diremas-remas sampai patah-patah sepanjang rata-rata 1-2 cm.
- Tepung kanji diencerkan dengan air secukupnya, lalu
dipanaskansampai mengental.
- Takaran Ransum Udang dan Cara Pemberian Pakan:
- Udang diberi pakan 4-6 x sehari sedikit demi sedikit.
- Jumlah pakan yang diberikan kepada benur 15-20% dari
berat tubuhnya per hari.
- Jumlah pakan udang dewasa sekitar 5-10% berat tubuhnya/
hari.
- Pemberian pakan dilakukan pada sore hari lebih baik.
- Udang diberi pakan 4-6 x sehari sedikit demi sedikit.
- Makanan alami:
- Pemeliharaan Kolam/Tambak
- Penggantian Air. Pembuangan air sebaiknya melalui bagian
bawah, karena bagian ini yang kondisinya paling buruk. Tapi
apabila air tambak tertutup air hujan yang tawar, pembuangannya
melalui lapisan atas, sedangkan pemasukannya melalui bagian
bawah.
- Pengadukan secara mekanis (belum biasa dilakukan). Dengan
pengadukan, air dapat memperoleh tambahan zat asam, atau tercampurnya
air asin dan air tawar. Pengadukan dapat menggunakan mesin
pengaduk, mesin perahu tempel, atau kincir angin.
- Penambahan bahan kimia (belum biasa dilakukan). Kekurangan
zat asam, dapat ditambah dengan Kalium Permanganat (PK/KMnO4).
Takaran 5-10 ppm (5-10 gram/1 ton air), masih belum mampu
membunuh udang. Kapur bakar sebanyak 200 kg/ha dapat juga
untuk mengatasi O2.
- Penambahan volume air. Bila suhu air tinggi, penambahan
jumlah volume air dapat dikurangi. Perlu diberi pelindung.
- Menghentikan pemupukan dan pemberian pakan. Pemupukan dan
pemberian pakan dihentikan apabila udang nampak menderita
dan tambak dalam kondisi buruk.
- Singkirkan ikan dan ganggang yang mati dengan menggunakan
alat penyerok.
- Penambahan pemberian pakan. Udang diberi tambahan pakan apabila menunjukkan gejala kekurangan makan, sampai pertumbuhan makanan alami normal kembali.
- Penggantian Air. Pembuangan air sebaiknya melalui bagian
bawah, karena bagian ini yang kondisinya paling buruk. Tapi
apabila air tambak tertutup air hujan yang tawar, pembuangannya
melalui lapisan atas, sedangkan pemasukannya melalui bagian
bawah.
- Perbaikan saluran irigasi tambak untuk memungkinkan petakan-petakan
tambak memperoleh air yang cukup kualitas dan dan kuantitasnya,
selama masa pemeliharaan.
- Pompanisasi, bagi tambak-tambak di daerah yang perbedaan pasang
surutnya rendah (kurang dari 1 m), yang setiap waktu diperlukan
pergantian air ke dalam atau keluar tambak.
- Perbaikan konstruksi tambak, yang meliputi konstruksi tanggul,
pintu air saringan masuk ke dalam tambak agar tambak tidak mudah
bocor, dan tanggul tidak longsor.
- Perbaikan manajemen budidaya yang meliputi: cara pemupukan,
padat penebaran yang optimal, pemberian pakan, cara pengelolaan
air dan cara pemantauan terhadap pertumbuhan dan kesehatan udang.
- Hama
- Lumut
Lumut yang pertumbuhannya berlebihan. Pengendalian: dapat dengan memelihara bandeng yang berukuran 8-12 cm sebanyak 200 ekor/ha.
- Bangsa ketam
Membuat lubang di pematang, sehingga dapat mengakibatkan bocoran-bocoran.
- Udang tanah (Thalassina anomala),
Membuat lubang di pematang.
- Hewan-hewan penggerek kayu pintu air
Merusak pematang, merusak tanah dasar, dan merusak pintu air seperti remis penggerek (Teredo navalis), dan lain-lain.
- Tritip (Balanus sp.) dan tiram (Crassostrea sp.)
Menempel pada bangunan-bangunan pintu air. Pengendalian hama bangsa ketam, udang tanah, hewan-hewan penggerek kayu pintu air sama dengan pengendalian lumut.
- Lumut
- Golongan pemangsa (predator), dapat memangsa udang secara langsung,
termasuk golongan buas, antara lain:
- Ikan-ikan buas, seperti payus (Elops hawaiensis), kerong-kerong
(Tehrapon tehraps), kakap (Lates calcarifer), keting (Macrones
micracanthus), kuro (Polynemus sp.), dan lain-lain.
- Ketam-ketaman, antara lain adalah kepiting (Scylla serrata).
- Bangsa burung, seperti blekok (Ardeola ralloides speciosa),
cangak (Ardea cinera rectirostris), pecuk cagakan (Phalacrocorax
carbo sinensis), pecuk ulo (Anhinga rufa melanogaster), dan
lain-lain.
- Bangsa ular, seperti ular air atau ular kadut (Cerberus
rhynchops, Fordonia leucobalia, dan Chersidrus granulatus).
- Wingsang, wregul, sero, atau otter (Amblonyx cinerea dan
Lutrogale perspicillata).
- Ikan-ikan buas, seperti payus (Elops hawaiensis), kerong-kerong
(Tehrapon tehraps), kakap (Lates calcarifer), keting (Macrones
micracanthus), kuro (Polynemus sp.), dan lain-lain.
- Golongan penyaing (kompetitor) adalah hewan yang menyaingi udang
dalam hidupnya, baik mengenai pangan maupun papan.
- Bangsa siput, seperti trisipan (Cerithidea cingulata),
congcong (Telescopium telescopium).
- Ikan liar, seperti mujair (Tilapia mosambica), belanak
(Mugil spp), rekrek (Ambassis gymnocephalus), pernet (Aplocheilus
javanicus), dan lain-lain.
- Ketam-ketaman, seperti Saesarma sp. dan Uca sp.
- Udang, yaitu udang kecil-kecil terutama jenis Cardina denticulata,
dan lain-lain.
- Pengendalian:
- Ikan-ikan buas dapat diberantas dengan bungkil biji
teh yang mengandung racun saponin.
- Bungkil biji teh adalah ampas yang dihasilkan dari
biji teh yang diperas minyaknya dan banyak diproduksi
di Cina.
- Kadar saponin dalam tiap bungkil biji teh tidak
sama, tetapi biasanya dengan 150-200 kg bungkil biji
teh per Ha tambak sudah cukup efektif mematikan ikan
liar/buas tanpa mematikan udang yang dipelihara.
- Daya racun saponin terhadap ikan 50 kali lebih
besar daripada terhadap udang.
- Daya racun saponin akan hilang sendiri dalam waktu
2-3 hari di dalam air. Setelah diracun dengan bungkil
biji teh, air tambak tidak perlu dibuang, sebab residu
bungkil itu dapat menambah kesuburan tambaknya.
- Daya racun saponin berkurang apabila digunakan
pada air dengan kadar garam rendah. Tambak dengan
kedalaman 1 meter dan kadar garam air tambak >
15 permil, bungkil biji teh yang digunakan cukup 120
kg/Ha saja, sedangkan kalau lebih rendah harus 200
kg/Ha. Untuk penghematan air tambak dapat diturunkan
sampai 1/3-nya, sehingga bungkil yang diberikan hanya
1/3 yang seharusnya. Setelah 6 jam air tambak dinaikkan
lagi, sehingga kadar saponin menjadi lebih encer.
- Penggunaan bungkil ini akan lebih efektif pada
siang hari, pukul 12.00 atau 13.00.
- Sebelum digunakan bungkil ditumbuk dulu menjadi
tepung, kemudian direndam dalam air selama beberapa
jam atau semalam. Setelah itu air tersebut dipercik-percikan
ke seluruh tambak. Sementara menabur bungkil, kincir
dalam tambak diputar agar saponin teraduk merata.
- Bungkil biji teh adalah ampas yang dihasilkan dari
biji teh yang diperas minyaknya dan banyak diproduksi
di Cina.
- Rotenon dari akar deris (tuba).
- Akar deris dari alam mengandung 5-8 %o rotenon.
Akar yang masih kecil lebih banyak mengandung rotenon.Zat
ini dapat membunuh ikan pada kadar 1-4 ppm, tetapi
batas yang mematikan udang tidak jauh berbeda.
- Dalam air berkadar garam rendah, daya racunnya
lebih baik/lebih kuat daripada yang berkadar garam
tinggi.
- Sebelum digunakan, akar tuba dipotong kecil-kecil, kemudian direndam dalam dalam air selama 24 jam. Setelah itu akar ditumbuk sampai lumat, dimasukkan ke dalam air sambil diremas-remas sampai air berwarna putih susu.
- Dosis yang diperlukan adalah 4-6 kg/Ha tambak,
apabila kedalaman air 8 cm. Daya racun rotenon sudah
hilang setelah 4 hari.
- Akar deris dari alam mengandung 5-8 %o rotenon.
Akar yang masih kecil lebih banyak mengandung rotenon.Zat
ini dapat membunuh ikan pada kadar 1-4 ppm, tetapi
batas yang mematikan udang tidak jauh berbeda.
- Ikan liar, ikan buas, dan siput dapat juga diberantas
dengan nikotin pada takaran 12-15 kg/Ha atau sisa-sisa
tembakau dengan takaran antara 200- 400 kg/Ha.
- Sisa-sisa tembakau ditebarkan di tambak sesudah
tanah dasar dikeringkan dan kemudian diairi lagi setinggi
± 10 cm.
- Setelah ditebarkan, dibiarkan selama 2-3 hari,
agar racun nikotinnya dapat membunuh hama. Sementara
itu airnya dibiarkan sampai habis menguap selama 7
hari.
- Setelah itu tambak diairi lagi tanpa dicuci dulu,
sebab sisa tembakau sudah tidak beracun lagi dan dapat
berfungsi sebagai pupuk.
- Sisa-sisa tembakau ditebarkan di tambak sesudah
tanah dasar dikeringkan dan kemudian diairi lagi setinggi
± 10 cm.
- Brestan-60 dapat digunakan untuk memberantas hama,
terutama trisipan.
- Brestan-60 adalah semacam bahan kimia yang berupa
bubuk berwarna krem dan hampir tidak berbau. Bahan
aktifnya adalah trifenil asetat stanan sebanyak 60%.
- Takaran yang dibutuhkan adalah 1 kg/Ha, apabila
kedalaman air 16-20 cm dan kadar garamnya 28-40%.
Makin dalam airnya dan makin rendah kadar garamnya,
takaran yang dibutuhkan makin banyak.
- Daya racunnya lebih baik pada waktu terik matahari.
- Cara penggunaan:
- Air dalam petakan disurutkan sampai ±
10 cm. Pintu air dan tempat yang bocor ditutup.
- Bubuk Brestan-60 yang telah ditakar dilarutkan
dalam air secukupnya, kemudian dipercik-percikkan
ke permukaan air.
- Air dibiarkan menggenang selama 4-10 hari, agar siputnya mati semua.
- Setelah itu tambak dicuci 2-3 kali, dengan
memasukkan dan mengeluarkan air pada waktu pasang
dan surut.
- Air dalam petakan disurutkan sampai ±
10 cm. Pintu air dan tempat yang bocor ditutup.
- Brestan-60 adalah semacam bahan kimia yang berupa
bubuk berwarna krem dan hampir tidak berbau. Bahan
aktifnya adalah trifenil asetat stanan sebanyak 60%.
- Sevin dicampur dengan cincangan daging ikan, kemudian
dibentuk bulatan, dapat digunakan sebagai umpan untuk
meracuni kepiting. Karbid (Kalsium karbida) dimasukkan
ke dalam lubang kepiting, disiram air dan kemudian. Gas
asetilen yang timbul akan membunuh kepiting. Abu sekam
yang dimasukkan ke dalam lubang kepiting, akan melekat
pada insang dan dapat mematikan.
- Usaha untuk mengusir burung adalah dengan memasang
pancang-pancang bambu atau kayu di petakan tambakan.
- Cara memberantas udang renik (wereng tambak): menggunakan
Sumithion dengan dosis 0,002 mg/liter pada hari pertama
dan ditambah 0,003 mg/liter pada hari kedua. Kadar yang
dapat mematikan udang adalah 0,008 mg/liter. Selalu memeriksa
lokasi baik siang maupun malam.
- Ikan-ikan buas dapat diberantas dengan bungkil biji
teh yang mengandung racun saponin.
- Bangsa siput, seperti trisipan (Cerithidea cingulata),
congcong (Telescopium telescopium).
- Penyakit asal virus.
- Monodon Baculo Virus (MBV)
Keberadanya tidak perlu dikhawatirkan, karena tidak berpengaruh terhadap kehidupan udang. Penyebab: kondisi stres saat pemindahan post larva ke kolam pembesaran.
- Infectious Hypodermal Haematopoietic Necrosis Virus (IHHNV)
Gejala:- udang berenang tidak normal, yaitu sangat perlahan-lahan, muncul ke permukaan dan mengambang dengan perut di ata;
- bila alat geraknya (pleopod dan Periopod) berhenti bergerak, udang akan tenggelam di bawah kolam;
- udang akan mati dalam waktu 4-12 jam sejak mulai timbulnya gejala tersebut. Udang penderita banyak yang mati pada saat moulting;
- pada kondisi yang akut, kulitnya akan terlihat keputih-putihan dan tubuhnya berwarna putih keruh;
- permukaan tubuhnya akan ditumbuhi oleh diatomae, bakteri atau parasit jamur;
- pada kulit luar terlihat nekrosis pada kutikula, syaraf,
antena, dan pada mukosa usus depan dan tengah. Pengendalian:
perbaikan kualitas air.
- Hepatopancreatic Parvo-like Virus
Gejala: terutama menyerang hepatopankreas, sehingga dalam pemeriksaan hepatopankreasnya secara mikroskopik terlihat degenerasi dan adanya inklusion bodies dalam se-sel organ tersebut. Pengendalian: perbaikan kualitas air.
- Cytoplamic Reo-like Virus
Gejala:- udang berkumpul di tepi kolam dan berenang di permukaan
air;
- kematian udang di mulai pada hari 7-9 setelah penebaran
benih (stocking) di kolam post larva umur 18 hari. Pengendalian:
belum diketahui secara pasti, yang penting adalah perbaikan
kualitas air.
- udang berkumpul di tepi kolam dan berenang di permukaan
air;
- Ricketsiae
Gejala:- udang berenang di pinggir kolam dalam keadaan lemah;
- udang berwarna lebih gelap, tak ada nafsu makan, pada beberapa udang terlihat benjolan-benjolan kecil keputih-putihan pada dinding usus bagian tengah (mid gut);
- adanya koloni riketsia, peradangan dan pembengkakan jaringan ikat;
- kematian udang mulai terjadi pada minggu ke-7 atau
9 setelah penebaran benih (post larva hari ke-15-25).
Angka kematian naik pada hari ke-5 sampai 7, sejak mulai
terjadi kematian, kemudian menurun sampai tak ada kematian.
Tiga hari kemudian kematian timbul lagi, begitu seterusnya
sampai udang dipanen. Pengendalian: menggunakan antibiotik
(oksitetrasiklin, sulfasoxasol, dan nitrofurazon) dicampur
makanan dapat mengurangi angka kematian, tetapi bila konsentrasi
antibiotik menurun, kematian akan timbul lagi.
- Monodon Baculo Virus (MBV)
- Penyakit asal Bakteri
- Bakteri nekrosis
- Penyebab:
- bakteri dari genus Vibrio;
- merupakan infeksi sekunder dari infeksi pertama
yang disebabkan oleh luka, erosi bahan kimia atau
lainnya.
- Gejala:
- muncul beberapa nekrosis (berwarna kecoklatan) di beberapa tempat (multilokal), yaitu pada antena, uropod, pleopod, dan beberapa alat tambahan lainnya;
- usus penderita kosong, karena tidak ada nafsu makan.
- Pengendalian:
- Pemberian antibiotik dalam kolam pembenihan, miaslnya furanace 1 mg/l, oksitetrasiklin 60-250 mg/l dan erytromycin 1 mg/l;
- Pengeringan, pembersihan dan disinfeksi dalam kolam pembenihan, serta menjaga kebersihan alat-alat yang digunakan;
- pemeliharaan kualias air dan sanitasi yang baik.
- Penyebab:
- Bakteri Septikemia
- Penyebab:
- Vibrio alginolictus, V. parahaemolyticus, Aeromonas sp., dan Pseudomonas sp.;
- merupakan infeksi sekunder dari infeksi pertama
yan disebabkan defisiensi vitamin C, toxin, luka dan
karena stres yang berat.
- Gejala:
- menyerang larva dan post larva;
- terdapat sel-sel bakteri yang aktif dalam haemolymph (sistem darah udang).
- Pengendalian:
- pemberian antibiotik dalam kolam pembenihan, misalnya furanace 1 mg/l, oksitetrasiklin 60-250 mg/l dan erytromycin 1 mg/l;
- pemeliharaan kualias air dan sanitasi yang baik.
- Penyebab:
- Bakteri nekrosis
- Penyakit asal Parasit
Dapat menyebabkan penurunan berat badan, penurunan kualitas, kepekaan terhadap infeksi virus/bakteri dan beberapa parasit dapat menyebabkan
kemandulan (Bopyrid).- Parasit cacing
- Cacing Cestoda, yaitu
- Polypochepalus sp., bentuk cyste dari cacing ini
terdapat dalam jaringan ikat di sepanjang syaraf bagian
ventral.
- Parachristianella monomegacantha, berparasit dalam
jaringan inter-tubuler hepatopankreas.
- Polypochepalus sp., bentuk cyste dari cacing ini
terdapat dalam jaringan ikat di sepanjang syaraf bagian
ventral.
- Cacing Trematoda: Opecoeloides sp., yang ditemukan pada
dinding proventriculus dan usus.
- Cacing Nematoda: Contracaecum sp., menyerang hepatopankreas
udang yang hidup secara alamiah.
- Cacing Cestoda, yaitu
- Parasit Isopoda
Dapat menghambat perkembangan alat reproduksi udang. Parasit ini menempel di daerah branchial insang (persambung antara insang dengan tubuh udang), sehingga menghambat perkembangan gonad (sel telur) pada udang.
- Parasit cacing
- Penyakit asal Jamur
- Menyerang udang periode larva dan post larva yang dapat
mati dalam waktu 24 jam.
- Penyebab:
- Jamur Phycomycetes yang termasuk genus Lagenedium dan Sirolpidium;
- penyebarannya terjadi pada waktu pemberian pakan.
- Pengendalian:
- pemberian malachite green (0,006-0,1 mg/l) atau trifuralin (0,01 pp,) 3-6 kali sehari akan mencegah penyebaran jamur ke larva yang sehat;
- jalan filtrasi air laut untuk pembenihan;
- pencucian telur udang berkali-kali dengan air laut
yang bersih atau air laut yang diberi malachite green
atau trifuralin, karena dapat menghilangkan zoospora dari
jamur.
- Menyerang udang periode larva dan post larva yang dapat
mati dalam waktu 24 jam.
Udang yang siap panen adalah udang yang telah berumur 5-6 bulan masa pemeliharaan. Dengan syarat mutu yang baik, yaitu:
- ukurannya besar
- kulitnya keras, bersih, licin, bersinar dan badan tidak cacat
- masih dalam keadaan hidup dan segar.
- Penangkapan
- Penangkapan sebagian
- Dengan menggunakan Prayang, yang terbuat dari bambu,
yang terdiri dari dua bagian, yaitu kere sebagai pengarah
dan perangkap berbentuk jantung sebagai tempat jebakan.
Prayang dipasang di tepi tambak, dengan kerenya melintang
tegak lurus pematang dan perangkapnya berada di ujung
kere. Pemasangan prayang dilakukan malam hari pada waktu
ada pasang besar dan di atasnya diberi lampu untuk menarik
perhatian udang. Lubang prayang dibuat 4 cm, sehingga
yang terperangkap hanya udang besar saja. Pada lubang
mulut dipasang tali nilon atau kawat yang melintang dengan
jarak masing-masing sekitar 4 cm.
- Dengan menggunakan jala lempar. Penangkapan dilakukan
malam hari. Air tambak dikurangi sebagian untuk memudahkan
penangkapan. Penangkapan dilakukan dengan masuk ke dalam
tambak. Penangkapan dengan jala dapat dilakukan apabila
ukuran udang dalam tambak tersebut seragam.
- Dengan menggunakan tangan kosong. Dilakukan pada siang
hari, karena udang biasanya berdiam diri di dalam lumpur.
- Dengan menggunakan Prayang, yang terbuat dari bambu,
yang terdiri dari dua bagian, yaitu kere sebagai pengarah
dan perangkap berbentuk jantung sebagai tempat jebakan.
Prayang dipasang di tepi tambak, dengan kerenya melintang
tegak lurus pematang dan perangkapnya berada di ujung
kere. Pemasangan prayang dilakukan malam hari pada waktu
ada pasang besar dan di atasnya diberi lampu untuk menarik
perhatian udang. Lubang prayang dibuat 4 cm, sehingga
yang terperangkap hanya udang besar saja. Pada lubang
mulut dipasang tali nilon atau kawat yang melintang dengan
jarak masing-masing sekitar 4 cm.
- Penangkapan total
- Penangkapan total dapat dilakukan dengan mengeringkan
tambak. Pengeringan tambak dapat dilakukan dengan pompa
air atau apabila tidak ada harus memperhatikan pasang
surut air laut. Malam/dini hari menjelang penangkapan,
air dikeluarkan dari petak tambak perlahan-lahan waktu
air surut. Pada tambak semi intensif, air disurutkan sampai
caren, sehingga kedalaman air 10-20 cm.
- Dengan menggunakan seser besar yang mulutnya direndam
di lumpur dasar tambak/caren, lalu didorong sambil mengangkatnya
jika diperkirakan sudah banyak udang yang masuk dalam
seser. Dan cara tersebut dilakukan berulang-ulang.
- Dengan menggunakan jala, biasanya dilakukan banyak
orang.
- Dengan menggunakan kerei atau jaring yang lebarnya
sesuai dengan lebar caren. Lumpur dasar tempat udang bersembunyi
didorong beramai-ramai oleh beberapa orang yang memegangi
kerei atau jaring itu, menuju ke depan pintu air. Di depan
pintu air udang dicegat dengan kerei lainnya. Udang terkumpul
di kubangan dekat pintu ai, sehingga dengan mudah ditangkap.
- Dengan memasang jaring penadah yang cukup luas atau
panjang di saluran pembuangan air. Pintu air dibuka dan
diatur agar air mengalir perlaha-lahan, sehingga udang
tidak banyak tertinggal bersembunyi dalam lumpur. Udang
akan keluar bersama air dan tertadah dalam jaring yang
terpasang dan dengan mudah ditangkapi dengan seser.
- Dengan menggunakan jaring (trawl) listrik. Jaring ini
berbentuk dua buah kerucut. Badan kantung mempunyai bukaan
persegi panjang. Mulut kantung yang di bawah di pasang
pemberat agar dapat tenggelam di lumpur. Bagian atas mulut
jaring diberi pelampung agar mengambang di permukaan air.
Bagian bibir bawah mulut jaring dipasang kawat yang dapat
dialiri listrik berkekuatan 3-12 volt. Listrik yang mengaliri
kawat di dasar mulut jaring akan mengejutkan udang yang
terkena, lalu udang akan meloncat dan masuk ke dalam jaring.
- Penangkapan total dapat dilakukan dengan mengeringkan
tambak. Pengeringan tambak dapat dilakukan dengan pompa
air atau apabila tidak ada harus memperhatikan pasang
surut air laut. Malam/dini hari menjelang penangkapan,
air dikeluarkan dari petak tambak perlahan-lahan waktu
air surut. Pada tambak semi intensif, air disurutkan sampai
caren, sehingga kedalaman air 10-20 cm.
- Penangkapan sebagian
- Pembersihan
Udang yang telah ditangkap dikumpulkan dan dibersihkan sampai bersih. Kemudian udang ditimbang dan dipilih menurut kualitas ukuran yang sama dan tidak cacat.
Beberapa hal yang penting yang perlu diperhatikan dalam penanganan pasca panen:
- Alat-alat yang digunakan harus bersih.
- Penanganan harus cepat, cermat, dan hati-hati.
- Hindarkan terkena sinar matahari langsung.
- Cucilah udang dari kotoran dan lumpur dengan air bersih.
- Masukkan ke dalam keranjang, ember, atau tong, dan siram dengan
air bersih.
- Selalu menggunakan es batu untuk mendinginkan dan mengawetkan
udang.
- Selain didinginkan, dapat juga direndam dalam larutan NaCl
100 ppm untuk mengawetkan udang pada temperatur kamar dan untuk
membunuh bakteri pembusuk (Salmonella, Vibrio, Staphylococcus).
- Kelompokan menurut jenis dan ukurannya.
- Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis usaha pembesaran Udang Galah di Desa Tangkil Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Selama 2 musim (1 tahun) pada tahun 1999 adalah sebagai berikut:
- Biaya Produksi
- Lahan
- Sewa lahan 2 tahun Rp. 3.200.000,-
- Pengolahan lahan Rp. 125.000,-
- Bibit
- Benur 60.000 ekor Rp. 16,- Rp. 960.000,-
- Pakan
- UG 801 86,40 kg @ Rp 2.600,- Rp. 224.460,-
- UG 802 590,40 Kg Rp. 2.400,- Rp. 1.416.960,-
- UG 803 1.882,57 kg Rp. 2.300,- Rp. 4.329.900,-
- Obat-obatan dan pupuk
- BCK 4 liter @ Rp. 12.500,- Rp 50.000,-
- Sanponin 40 kg @ Rp 1500,- Rp. 60.000,-
- Urea 10 kg @ Rp 2000,- Rp. 20.000,-
- KCL 10 kg @ Rp 2.500,- RP. 25.000,-
- Pupuk kandang 20 kg @ Rp 500,- Rp. 10.000,-
- Kapur 100 kg @ Rp. 1000,- Rp. 100.000,-
- Alat
- Timbangan 1 Unit @ Rp. 100.000,- Rp. 100.000,-
- pH Pen 1 Unit @ Rp. 50.000,- Rp. 50.000,-
- Jala/Jaring 2 Unit @ Rp. 25000,- Rp. 50.000,-
- Cangkul 3 Unit @ Rp. 6.000,- Rp. 18.000,-
- Skoop 1 Unit @ Rp. 6.000,- Rp. 6.000,-
- Serok 3 Unit @ Rp. 4.500,- Rp. 13.500,-
- Plastik 20 meter @ Rp. 2.000,- Rp. 40.000,-
- Saringan 10 meter @ Rp. 2.500,- Rp. 25.000,-
- Ember Plastik 3 unit @ Rp. 5.000,- Rp. 15.000,-
- Keranjang 5 unit @ Rp. 5.500,- Rp. 16.500,-
- Tenaga kerja
- Tenaga Tetap 12 MM @ Rp 250.000,- Rp. 1.500.000,-
- Tenaga Tak Tetap 10 OH @ Rp 8.000,00 Rp. 80.000,-
- Lain-lain
- Rekening Listrik 6 bulan @ Rp 15.000,- Rp. 90.000,-
- Transportasi Rp. 20.000,-
- Biaya tak terduga 10% Rp. 1.254.532,-
Jumlah biaya produksi Rp 12.545.320,-
- Lahan
- Pendapatan 2 musim/th:1912,3 kg @ Rp 19.000,- Rp.34.463.700,-
- Keuntungan per tahun/2 musim Rp.21.918.380,-
Keuntungan per musim (6 bulan) Rp. 4.686.530,- - Parameter kelayakan
- B/C ratio per musim 1,37
- Atas dasar Unit :BEP = FC/P-V 206,4 kg
- Atas dasar Sales : BEP = FC/1-(VC/R) Rp 3.688.540,-10.2.
- B/C ratio per musim 1,37
- Biaya Produksi
Sampai saat ini udang merupakan komoditi budidaya yang mempunyai prospek cukup baik, baik untuk komsumsi dalam negeri maupun komsumsi luar negeri. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya permintaan ekspor untuk udang.
11. DAFTAR PUSTAKA
- Brahmono. 1994. Limbah Udang Untuk Pembuatan Tepung. Dalam
Kumpulan Kliping Udang II. Trubus.
- Darmono. 1991. Budidaya Udang Penaeus . Kanisius. Yogyakarta.
- Hanadi, S. 1992. Pengolahan Udang Beku. Karya Anda. Surabaya.
- Heruwati, E.S. dan Rahayu, S. 1994. Penanganan dan Pengelolaan
Pasca Panen Udang unutuk Meningkatkan Mutu dan Mendapatkan Nilai
Tambah. Dalam Kumpulan Kliping Udang II. Trubus.
- Mudjiman, A. 1987. Budidaya Udang Galah. Penebar Swadaya. Jakarta.
- __________ . 1988. Budidaya Udang Windu. Penebar Swadaya. Jakarta.
- __________ . 1994. Udang yang Bikin Sehat. Dalam Kumpulan Kliping
Udang II. Trubus.
- Murtidjo, B.A. 1992. Budidaya Udang Windu Sistem Monokultur.
Kanisius. Yogyakarta.
- Purnomo. 1994. Limbah Udang Potensial untuk Industri. Dalam
Kumpulan Kliping Udang II. Trubus.
- Suyanto, S.R. dan Mudjiman, A. 1999. Budidaya Udang Windu.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS;
Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas
No comments:
Post a Comment