Simmonds dan MacLennan (2005) menjelaskan ada dua jenis dari sonar yaitu
pasif dan aktif. Aktif sonar mentransmisikan sinyal akustik dan mendeteksi
pantulan dari objek di dalam air. Pasif
sonar tidak mentransmisikan sinyal akustik, tetapi hanya mendeteksi sumber
suara yang berasal dari objek yang diamati. Pada penelitian ini hanya dibahas mengenai metode sonar aktif saja.
Multibeam sonar merupakan instrumen hidroakustik
yang menggunakan prinsip yang sama dengan single beam namun perbedaannya
terletak pada jumlah beam yang dipancarkannya lebih dari satu dalam satu
kali pancar. Berbeda dengan Side Scan Sonar pola pancaran yang dimiliki multibeam
sonar melebar dan melintang terhadap badan kapal. Setiap beam memancarkan
satu pulsa suara dan memiliki penerimanya masing-masing. Saat kapal bergerak
hasil sapuan multibeam tersebut menghasilkan suatu luasan area permukaan
dasar laut (Moustier, 2005 dalam
Gumbira, 2011). Transduser yang terdapat di dalam multibeam sonar terdiri dari serangkaian elemen
yang memancarkan pulsa suara dalam sudut yang berbeda. Biasanya hanya satu beam
yang ditransmisikan tetapi menghasilkan banyak pantulan energi dari
masing-masing pulsa suara yang ditransmisikan. Kemampuan setiap elemen transduser menerima kembali pulsa suara yang dipantulkan tergantung kepada metode kalibrasi terhadap gerak
kapal yang diterapkan (Hammerstad, 2000). Gambar 1 merupakan ilustrasi pancaran Multibeam sonar.
Gambar 1. Ilustrasi
pancaran Multibeam sonar untuk mengukur
kedalaman
dari dasar laut (sumber: www.nauticalcharts.noaa.gov).
Multibeam sonar memiliki
kemampuan dalam melakukan pemindaian dasar laut dengan akurasi yang sangat
tinggi, cakupan yang luas, dan pencitraan tiga
dimensi
dengan
interpolasi minimum
(Anderson et al., 2008). Kedalaman diukur melalui cepat rambat gelombang
akustik yang dipancarkan sampai diterima kembali (Gambar 2) dibagi dengan dua kali waktu yang dibutuhkan dalam
perambatan.
R = (1/2) c. ∆t ……………………………….(1)
di mana R = kedalaman (m), c = cepat
rambat gelombang akustik (m/s),
dan ∆t = selang
waktu gelombang yang ditransmisikan dengan diterima kembali (s).
Gambar 2. Ilustrasi pengukuran kedalaman dengan gelombang akustik
(L-3 C SeaBeam Instruments, 2000).
Kedalaman
hasil pengukuran yang didapatkan selanjutnya dilakukan koreksi dari berbagai
kesalahan yang mungkin terjadi. Kesalahan tersebut dapat berasal dari kecepatan
gelombang suara, pasang surut, kecepatan kapal, sistem pengukuran, offset dan
posisi kapal, dan sinkronisasi waktu (diperlukan karena jenis peralatan yang
banyak dan berbeda dan harus terintegrasi dalam satu satuan waktu), sedangkan
sumber kesalahan saat pengolahan data (sesudah survei) adalah kecepatan
gelombang suara, pasang surut, dan offset dan posisi kapal (PPDKK Bakosurtanal,
2010).
No comments:
Post a Comment