Tawarkan Konsep Budidaya Udang Windu Ramah Lingkungan, Fakhrudin Al Rozi Raih Juara Nasional
Pria kelahiran Bantul, 10 Januari 1985 ini dalam karya tulisnya
yang berjudul ”Penerapan Budidaya Udang Ramah Lingkungan dan
Berkelanjutan melalui Aplikasi Bakteri Antagonis untuk Biokontrol
Vibriosis Udang Windu” menawarkan solusi penggunaan bakteri yang
terdapat di alam seperti Lactobacillus spp, Bacillus spp dan
Staphylococcus spp untuk menghambat pertumbuh bakteri vibriosis yang
bersifat merugikan petani dimana membunuh 90 persen populasi larva udang
windu yang berumur di bawah satu bulan.
”Pertumbuhan bakteri vibriosis ini sangat merugikan petani
tambak udang windu bahkan mengakibatkan gagal panen. Bakteri Vibrio ini
melakukan serangan secara ganas dan cepat sehingga dapat menimbulkan
kematian total serta menyerang udang di pembenihan maupun pembesaran,”
katanya.
Serangan bakteri vibriosis ini diakui Rozi, merupakan masalah
utama yang dihadapi petambak udang windu pada awal tahun 1990 hingga
sekarang. Penyakit ini di kalangan petani tambak lebih dikenal dengan
nama serangan penyakit udang menyala, karena udang yang sudah terserang
pada lingkungan gelap akan tampak bercahaya.
Sebelumnya, berbagai penelitian sudah dilakukan untuk
mendapatkan suatu metode pencegahan dan penanggulangan penyakit udang
windu, antara lain penggunaan obat-obatan dan antibiotik. Penggunaan
antibiotik dan bahan kimia kini tidak efektif lagi karena tidak
memberikan hasil yang memuaskan, yaitu pada dosis tertentu justru
berdampak negatif yaitu meningkatkan resistensi bakteri-bakteri patogen
terhadap konsentrasi antibiotik.
Menurut Rozi, penggunaan antibiotik dan bahan kimia tidak
efektif lagi karena tidak memberikan hasil yang memuaskan, yaitu pada
dosis tertentu justru berdampak negatif karena meningkatkan resistensi
bakteri-bakteri patogen terhadap konsentrasi antibiotik. Sementara di
lain pihak antibiotik bersifat persisten di alam dan bahkan menjadi
bumerang terhadap ekspor udang Indonesia.
”Di negara uni Eropa sudah menerapkan zero percent untuk penggunaan antibiotik pada udang windu,” tambahnya.
Diakui oleh anak ketiga dari empat bersaudara ini, udang windu
merupakan primadona komoditas perikanan yang sangat populer dan memiliki
nilai tinggi dalam perdagangan internasional. Sehingga usaha budidaya
udang windu berkembang cepat karena selain merupakan salah satu
komoditas hasil perikanan yang potensial untuk ekspor, udang windu juga
berperan dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat.
”Adanya kecenderungan perubahan pola konsumsi dunia dari daging
ke produk ikan dan udang juga semakin memperluas peluang pasar. Hal ini
sesuai dengan kebijakan pembangunan perikanan yang mengupayakan
peningkatan ekspor,” jelasnya.
Diakui Rozi, pemanfaatan bakteri antagonis sebagai agen
biokontrol akan semakin penting dari segi ekosistem akuakultur,
mengurangi bahkan menghilangkan penggunaan antibiotik sehingga tercipta
sistem budidaya ramah lingkungan sekaligus menerapkan sistem biosecurity
untuk mengurangi risiko kontaminasi penyakit pada produksi budidaya
udang.
Adapun aplikasi bakteri antagonis dalam budidaya udang windu
dapat diterapkan dalam bentuk pembuatan pakan obat dengan menambah
probiotik dari bakteri antagonis. Sementara pada tahap pemeliharaan,
dapat dilakukan secara langsung melalui pemberian bakteri antagonis
dengan dosis tertentu. (Humas UGM/Gusti Grehenson)
Sumber : http://www.ugm.ac.id
No comments:
Post a Comment