Pengamatan Pergerakan ROV(Remotely Operated Vehicle)
Abstrak
ROV (Remotely Operated Vehicle) adalah pada
dasarnya sebuah robot bawah laut yang dikendalikan oleh operator ROV, untuk
tetap dalam kondisi yang aman, pada saat ROV bekerja di lingkungan yang
berbahaya. Sistem ROV terdiri atas vehicle (atau sering disebut ROV itu
sendiri), yang terhubung oleh kabel umbilical ke ruangan kontrol dan operator
di atas permukaan air (bisa di kapal, rig atau barge). Yang paling juga adalah
sistem kendali, sistem peluncuran dan sistem suplai tenaga listrik maupun
hidrolik. Melalui kabel umbilical, tenaga listrik dan hidrolik, juga
perintah-perintah, atau sinyal-sinyal kontrol, disampaikan dari ruang kontrol
ke ROV secara dua arah. ROV dilengkapi dengan peralatan atau sensor tertentu
seperti kamera video, transponder, kompas, odometer, bathy (data kedalaman) dan
lain-lain tergantung dari keperluan dan tujuan surveinya.
Kata kunci: ROV, Sistem, Data,
Peralatan
I.
PENDAHULUAN
ROV (Remotely Operated Vehicle) menurut Marine Technology
Society ROV Committee’s dalam “Operational Guidelines for ROVs” (1984)
dan The
National Research Council Committee’s dalam “Undersea Vehicles and
National Needs”
(1996) adalah pada dasarnya sebuah robot bawah laut yang
dikendalikan oleh operator ROV, untuk tetap dalam kondisi yang aman, pada saat
ROV bekerja di lingkungan yang berbahaya.Remote Operation Vehicle (ROV) secara
luas dikenal sebagai nama umum bagi kapal selam mini yang kerap digunakan pada
industri minyak dan gas lepas pantai. Kapal selam ini tak berawak, tapi
dioperasikan dari kapal lain.
Keduanya terhubung melalui kabel yang
berfungsi juga sebagai penambat. ROV tersusun dari satu set pengapung besar di
atas sasis baja atau aluminium agar. Pengapung itu biasanya terbuat dari busa
sintetis. Di bagian bawah konstruksi terpasang alat-alat sensor yang berat.
Komposisi ini–komponen ringan di atas dan berat di bawah–akan menghasilkan
pemisahan yang besar antara pusat apung dan pusat gravitasi. Maka alat ini pun
lebih stabil di dasar laut saat melakukan tugas-tugasnya.ROV memiliki kemampuan
manuver yang tinggi. Kabel tambat berfungsi mengirimkan energi listrik serta
data video dan sinyal. Saat bertugas memasang kabel-kabel listrik tegangan
tinggi, ROV biasanya ditambahkan tenaga hidrolik.
Sistem ROV terdiri atas vehicle (atau
sering disebut ROV itu sendiri), yang terhubung oleh kabel umbilical ke ruangan
kontrol dan operator di atas permukaan air (bisa di kapal, rig atau barge).
Yang paling juga adalah sistem kendali, sistem peluncuran dan sistem suplai
tenaga listrik maupun hidrolik. Melalui kabel umbilical, tenaga listrik dan
hidrolik, juga perintah-perintah, atau sinyal-sinyal kontrol, disampaikan dari
ruang kontrol ke ROV secara dua arah.
ROV dilengkapi dengan peralatan atau
sensor tertentu seperti kamera video, transponder, kompas, odometer, bathy
(data kedalaman) dan lain-lain tergantung dari keperluan dan tujuan surveinya. Kebanyakan
ROV dilengkapi dengan kamera video dan lampu. Kemampuannya bisa ditingkatkan
dengan menambahkan sonar, magnetometer, kamera foto, manipulator atau lengan
robotik, pengambil sampel air, dan alat pengukur kejernihan air, penetrasi
cahaya, serta temperatur. Kabel-kabel ROV dilapisi dengan tabung penuh minyak
agar terhindar dari korosi air laut. Alat pendorong dipasang di tiga lokasi
agar menghasilkan kontrol penuh terhadap alat itu. Adapun kamera, lampu, dan
lengan manipulator berada di bagian depan atau belakang(www.ilmukelautan.com).
Perbedaan
Autonomous Underwater Vehicles (AUV) dan Remoted operated underwater
vehicles (ROV) ialah AUV dapat bergerak secara otomatis yang biasanya
beroperasi di permukaan air dan dapat menyelam tetapi tidak terlalu dalam.
Sedangkan ROV biasanya beroperasi di laut dalam yang dikontrol dari kapal.
Kedua wahana tersebut secara luas sudah banyak diaplikasikan baik untuk
melakukan suatu misi/kegiatan dibawah laut, surveilance, maupun untuk sistem
pertahanan dan keamanan.
Gambar 1. Contoh wahana bawah air tanpa
awak (Sumber: www.expresspcb.com)
Pada
umumnya wahana bawah air harus memiliki beberapa fitur antara lain sumber tegangan,
sistem propulsion ( penggerak wahana bawah air tanpa awak secara
vertikal), sistem kontrol, sistem navigasi, sensor, dan sistem yang berfungsi
sebagai penggerak wahana bawah air tanpa awak secara horisontal. Fitur fitur
tersebut umumnya dimiliki oleh sistem wahana bawah air tanpa awak salah satunya
adalah ROV.
Gambar 2: Contoh fitur yang terdapat pada
wahana bawah air tanpa awak(
Sumber: www.mbari.org)
Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa akan dapat
menunjukkan prinsip kerja dan menginterpretasikan data yang diperoleh ROV
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Hukum Archimedes
Hukum Archimedes menyatakan
sebagai berikut, Sebuah benda yang tercelup sebagian atau seluruhnya ke dalam
zat cair akan mengalami gaya ke atas yang besarnya sama dengan berat zat cair yang
dipindahkannya. Sebuah benda yang tenggelam seluruhnya atau sebagian dalam
suatu fluida akan mendapatkan gaya angkat ke atas yang sama besar dengan berat fluida
fluida yang dipindahkan. Besarnya gaya ke
atas menurut Hukum Archimedes
ditulis dalam persamaan :
Fa = ρ v g
Keterangan :
Fa = gaya ke atas (N)
V = volume benda yang tercelup (m3)
ρ = massa jenis zat cair (kg/m3)
g = percepatan gravitasi (N/kg)
Gambar berikut ini gaya yang
terjadi pada wahana bawah air tanpa awak
Gambar 3. Buoyancy
Hukum ini juga bukan suatu hukum
fundamental karena dapat diturunkan dari hukum newton juga.
· Bila gaya archimedes sama
dengan gaya berat W maka resultan gaya =0 dan benda melayang .
· Bila FA>W maka benda
akan terdorong keatas akan melayang
· Bila FA maka benda
akan terdorong
kebawah dan tenggelam
Jika massa jenis fluida lebih
kecil daripada massa jenis balok maka agar balok berada dalam keadaan seimbang,volume
zat cair yang dipindahkan harus lebih kecil dari pada volume balok. Artinya
tidak seluruhnya berada terendam dalam cairan dengan perkataan lain benda
mengapung.
Agar benda melayang maka volume
zat cair yang dipindahkan harus sama dengan volume balok dan rapat massa cairan
sama dengan rapat rapat massa benda.
Jika rapat massa benda lebih
besar daripada rapat massa fluida, maka benda akan mengalami gaya total ke
bawah yang tidak sama dengan nol. Artinya benda akan jatuh tenggelam.
Berdasarkan Hukum Archimedes,
sebuah benda yang tercelup ke dalam zat cair akan mengalami dua gaya, yaitu
gaya gravitasi atau gaya berat (W) dan gaya ke atas (Fa) dari zat cair itu.
Dalam hal ini ada tiga peristiwa yang berkaitan dengan besarnya
kedua gaya tersebut yaitu seperti
berikut.
• Tenggelam
Sebuah benda yang dicelupkan ke
dalam zat cair akan tenggelam jika berat benda (w) lebih besar dari gaya ke
atas (Fa).
w > Fa
ρb X Vb X g > ρa X Va X g
ρb > ρa
Volume bagian benda yang
tenggelam bergantung dari rapat massa zat cair (ρ)
Gambar 4. Berat benda > Gaya apung
• Melayang
Sebuah benda yang dicelupkan ke
dalam zat cair akan melayang jika berat benda (w)sama dengan gaya ke atas (Fa)
atu benda tersebut tersebut dalam keadaan setimbang
w = Fa
ρb X Vb X g = ρa X Va X g
ρb = ρa
Gambar 5. Berat benda = Gaya apung
• Terapung
Sebuah benda yang dicelupkan ke
dalam zat cair akan terapung jika berat benda (w) lebih kecil dari gaya ke atas
(Fa).
w < Fa
ρb X Vb X g < ρa X Va X g
ρb < ρa
Gambar 6. Berat benda < Gaya apung
Selisih antara W dan FA disebut
gaya naik (Fn). Fn = FA – W
Benda terapung tentunya dalam
keadaan
setimbang, sehingga berlaku :
FA’ = W
rc . Vb2 . g = rb . Vb1. g
FA’ = Gaya ke atas yang dialami
oleh bagian benda yang tercelup di dalam zat cair.
Vb1 = Volume benda yang berada
dipermukaan zat cair.
Vb2 = Volume benda yang tercelup
di dalam zat cair.
Vb = Vb1 + Vb 2
FA’ = rc . Vb2 . g
Berat (massa) benda terapung = berat
(massa) zat cair yang dipindahkan.
Daya apung (bouyancy) ada
3 macam, yaitu :
1. Daya apung positif (positive bouyancy)
: bila suatu benda mengapung.
2. Daya apung negatif (negative bouyancy)
: bila suatu benda tenggelam.
3. Daya apung netral (neutral bouyancy)
: bila benda dapat melayang.
Setiap objek pada kedalaman
tertentu akan
memiliki tekanan yang berbeda.
Perbedaan tekanan menyebabkan terjadinya daya apung ke atas. Besarnya nilai
dari gaya apung keatas dapat deketahui dengan persamaan di bawah ini: B = -ρfVdispg
Dimana ρf adalah densitas dari
fluida, Vdisp adalah volume benda yang tercelup air, dan g adalah percepatan
gravitasi di lokasi tersebut.
Dengan kata lain "gaya
apung" pada benda yang berada didalam air akan memiliki gaya tekan keatas
berlawanan dengan arah gravitasi bumi sehingga didapatkan persamaan dibawah ini
B = ρfVg
Gaya total pada benda harus nol
seperti prinsip Archimedes berlaku, dan dengan demikian jumlah gaya apung dan
berat benda
F = 0 = mg - ρfVg
Jika daya apung dari suatu obyek
(tak terkendali dan unpowered) melebihi berat, ia cenderung naik.
Sebuah objek yang beratnya
melebihi berat apung ini cenderung tenggelam. Perhitungan gaya ke atas pada
objek terendam selama periode percepatan tidak dapat dilakukan oleh prinsip
Archimedes sendiri, maka perlu mempertimbangkan dinamika objek yang melibatkan
daya apung. Setelah itu benda sepenuhnya
tenggelam ke dalam cairan atau
naik ke permukaan dan mengendap,
prinsip
Archimedes dapat diterapkan
sendiri. Untuk objek mengambang, dengan hanya menggantikan volume terendam air.
Agar prinsip Archimedes digunakan
, objek
tersebut harus berada dalam
keseimbangan oleh karena itu;
mg = ρfVg
maka
m = ρfV
Menunjukkan bahwa kedalaman
dimana objek mengambang akan tenggelam, dan volume cairan akan menggantikan,
dan tidak bergantung pada medan gravitasi terlepas dari lokasi geografis.
Hal ini dapat terjadi bahwa tidak
hanya sekedar gaya apung dan gravitasi ikut bermain. Hal ini terjadi jika benda
tersebut tertahan atau tenggelam. Sebuah objek yang cenderung untuk mengapung membutuhkan
T menahan ketegangan memaksa agar tetap sepenuhnya terendam. Sebuah objek yang
cenderung tenggelam pada akhirnya akan memiliki gaya normal dari kendala N
diberikan atasnya oleh lantai yang solid. Gaya kendala dapat ketegangan dalam skala
musim semi mengukur berat di fluida, dan adalah bagaimana berat semu didefinisikan.
Jika objek dinyatakan akan
mengapung, ketegangan untuk mengendalikan sepenuhnya terendam adalah:
T = ρfVg – mg (2.21)
sehingga didapatkan gaya normal :
N = mg- ρfV (2.22)
'Buoyancy gaya = berat benda
dalam ruang kosong
- berat benda tenggelam dalam
fluida'
Gambar 7. Gaya yang terjadi pada benda di
air
III.
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum
kali ini dilaksanakan pada hari Kamis
tanggal 6 Oktober 2011 di Laboratorium Akustik Kelautan, Gedung Ilmu dan Teknologi
Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan
ialah:
- Komputer
- Software Multimedia
- Data ROV
- ROV
- Alat Ukur atau meteran
Gambar 9. Alur
kegiatan praktikum
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1.Pergerakan
motor pada ROV
Tabel
1. Pergerakan motor sesuai dengan kode inisialisasi program
Pergerakan Motor
|
||
Kode
|
Motor
|
Arah
|
A
|
2
|
Kiri
|
B
|
2
|
Kanan
|
C
|
-
|
-
|
D
|
3
|
Kiri
|
E
|
3
|
Kanan
|
F
|
-
|
-
|
G
|
1
|
Kanan
|
I
|
-
|
-
|
Berikut merupakan tabel pergerakan motor pada ROV sesuai dengan kode inisialisasi program. Dalam pengoperasian ROV ini selain diperlukan software yang dapat dimasukan kode inisialisasi dibutuhkan juga seorang yang ditugaskan dalam mengoperasikan kode inisialisasi yang pada software . Dalam hal ini perlu pengetahuan dan penguasaan kode-kode yang dapat mengendalikan pergerakan motor ROV tersebut.
Pada
table diatas dapat dilihat bahwa pergerakan motor dikendalikan oleh kode dalam
bahasa pemrograman yang dapat diinisialisasi dengan beberapa bahasa/huruf
antara lain A,B,C,D,E,F,G dan I. Bahasa
/ huruf H tidak digunakan karena dapat menggangu seluruh pergerakan motor pada
ROV, hal ini
dapat terjadi karena motor DC yang digunakan tidak cukup
kuat untuk menggerakan kode H tersebut. Masing-masing motor dikendalikan oleh beberapa kode antara lain
untuk motor 1 dikendalikan oleh kode G, motor 2 dikendalikan oleh kode A dan B,
sedangkan untuk motor 3 dikendalikan oleh kode D dan E. kode yang digunakan
untuk menghentikan pergerakan motor. Kode C digunakan untuk membuat gerakan
motor terhenti,kode F untuk menghentikan gerakan motor 3, dan terakhir kode I
digunakan untuk menghentikan gerakan motor 1. Pergerakan maju pada ROV apabila
gerakan baling-baling motor bergerak ke kanan, hal ini karena akan member
dorongan pada air sehingga ROV bergerak maju. Sedangkan untuk pergerakan mundur
terjadi apabila baling-baling motor bergerak ke kiri karena air tertarik.
4.2. Kombinasi kode
Pergerakan ROV
Kombinasi kode pergerakan ROV dikendalikan dengan
bahasa pemrograman. Berikut merupakan kombinasi kode pergerakan ROV yang dapat
kita lihat pada tabel 2.
Tabel 2. Kombinasi kode pergerakan ROV
Kombinasi
|
|
Kode
|
Pergerakan
|
W
|
Maju
|
S
|
Mundur
|
D
|
Kanan
|
A
|
Kiri
|
T
|
Atas
|
G
|
Bawah
|
E
|
Mati
|
Kombinasi kode bahasa pemrograman yang
dapat mengendalikan pergerakan ROV berdasarkan table diatas terdapat 7
kombinasi kode inisial, yang masing-masing adalah kombinasi B-E-G untuk
pergerakan maju, A-D-I untuk pergerakan mundur, E-C-I untuk pergerakan membelok
ke kanan, B-F-I untuk pergerakan ke kiri,C-F-G untuk pergerakan ke atas, C-F-G
untuk pergerakan ke bawah dan kombinasi C-F-I untuk berhenti. Pada saat
dioperasikan menggunakan kode bahasa tersebut dilakukan juga pengukuran jarak
tempuh ROV dengan membebtangkan roll meter dan dihitung pula waktu tempuh
pergerakan ROV tersebut, namun demikian pada saat melakukan uji praktikum ROV
ini pergerakan ROV tidak sesuai
orientasi atau selalu kehilangan orientasi, hal ini diduga dikarenakan
perputaran motor yang tidak sama yang menyebabkan pergerakan ROV tidak sesuai
dengan perintah program.
44.3
Kecepatan
Pergerakan ROV
Dalam pengamatan pergerakan ROV ini juga
dilakukan penghitungan kecepatan
pergerakan ROV . Dengan mengetahui panjangnya lintasan dan waktu yang
diperlukan untuk mencapai jarak tersebut maka kita dapat menentukan kecepatan
pergerakan ROV. Kecepatan pergerakan ROV tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel
3. Tabulasi Jarak dan Waktu Terhadap Kecepatan ROV
Pergerakan ROV
|
||
Jarak (m)
|
Waktu (s)
|
Kecepatan (m/s)
|
2.6
|
62.81
|
0.041394682
|
2.5
|
31.22
|
0.080076874
|
1.9
|
26.02
|
0.073020753
|
Pada tabel di atas dapat
disimpulkan bahwa kecepatan pergerakan ROV sangat lambat karena pada
masing-masing jarak tempuh ROV
kecepatannya hanya 0.04-0.08 m/s. Hal tersebut kemungkinan karena pergerakan
motor yang lemah.
Ukuran Voltase dan Arus yang
dipakai:
1.
Mikrokontroler memakai 9 volt dan 5 ampere
2.
Motor atas dan bawah memakai 9 volt dan 5 ampere
3.
Motor kanan dan kiri memakai 12 volt dan 12 ampere
Perhitungan:
Rumus
V= s/t
dimana v=
kecepatan, s = jarak, dan t=waktu
Sudut yang dibentuk
Cos a= x/r, x= jarak lurus, r = kemiringan
4.4 Sejarah ROV
Secara pasti siapa yang pertama kali
membuat ROV tidak diketahui secara jelas. Namun setidaknya ada dua peristiwa penting,
ketika diluncurkannya PUV (Programmed Underwater Vehicle) yang dibuat oleh
Luppis-Whitehead Automobile di Austria pada tahun 1864. Sebutan ROV sendiri
pertama kali dibuat oleh Dimitri Rebikoff tahun 1953, yang membuat ROV dengan
nama POODLE. (Marine Technology Society).
Angkatan Laut Amerika Serikat
selajutnya mengembangkan teknologi ini. Dengan dukungan teknologi tinggi dasn
pendanaan besar mereka mengembangkan ROV untuk mengangkat ranjau-ranjau di
dasar laut dan peristiwa hilangnya
bom atom di Spanyol pada kecelakaan pesawat di tahun 1966. Teknologi ROV
ini dikembangkan sejak 1960-an oleh Angkatan Laut Amerika Serikat dengan
tujuan awalnya untuk operasi penyelamatan dan pengambilan obyek di dasar laut.
Generasi berikutnya dengan semakin berkembangnya teknologi, ROV banyak digunakan untuk mendukung pekerjaan di pengeboran minyak lepas pantai. ROV pertama kali yang dilibatkan dalam hal tersebut adalah RCV-225 dan RCV-150 yang dibuat oleh HydroProducts, Amerika Serikat. Saa ini, pada saat kecenderungan eksplorasi minyak dan gas semakin dilakukan pada laut dalam, ROV telah menjadi suatu bagian yang penting dari operasional tersebut.
Generasi berikutnya dengan semakin berkembangnya teknologi, ROV banyak digunakan untuk mendukung pekerjaan di pengeboran minyak lepas pantai. ROV pertama kali yang dilibatkan dalam hal tersebut adalah RCV-225 dan RCV-150 yang dibuat oleh HydroProducts, Amerika Serikat. Saa ini, pada saat kecenderungan eksplorasi minyak dan gas semakin dilakukan pada laut dalam, ROV telah menjadi suatu bagian yang penting dari operasional tersebut.
V.
KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa mahasiswa telah mampu mengoperasikan dan mengetahui pola pergerakan ROV.
Pergerakan ROV terjadi karena adanya pengontrol berupa bahasa pemrograman yang
dimasukan pada software. Dalam hasil uji coba yang dilakukan pergerakan ROV
tidak semua dapat berjalan sesuai dengan perintah. Selain itu kecepatan
pergerakan ROV ini sangat lambat hal ini dimungkinkan karena motor ROV yang
sudah lemah.
DAFTAR PUSTAKA
Chandra Y, Purnomo D.S, Suryawati E. 2010. Rancang Bangun
Sistem Ballast pada ROV. Jurusan Teknik Mekatronika – Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
(ITS) Surabaya. http://www.eepis-its.edu/uploadta/downloadmk.php?id=1315[ diakses 5 Oktober 2011].
Derenzo, S.E. 1990. Interfacing a laboratory approach
using the microcomputer for instrumentation data analysis and control. Prentice
Hall Inc. California.
Curtis, J.D. 1991. Process control instrumentation
technology. 5 th edition. Univ. of Houston. Prentice Hall Inc. USA.
www. ilmukelautan.com [diakses 5 Oktober 2011].
www.expresspcb.com/Feedback/ROV/ROV.htm [diakses 5 Oktober 2011].
www.mbari.org/auv/mappingauv/vehicle_s
pecs.htm [diakses 5 Oktober 2011].