INFO PRAKIRAAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN(PDPI) dari KKP [13-15 September 2013 ] : DPI Jawa Bali dan Nusa Tenggara : DPI (122’34’’21.9’’’BT, 9’12’’3.1’’’LS) Potensi (111’18’’54.2’’’BT, 8’46’’7.7’’’LS) (112’4’’59.4’’’BT, 8’27’’50.7’’’LS) (115’28’’3.7’’’, 9’7’’43.9’’’LS) (115’26’’37.2’’’BT, 9’26’’27.2’’’LS) (107’17’’23.2’’’BT, 8’0’’2.5’’’LS) DPI Kalimantan : -- DPI Maluku Papua : -- DPI Sumatera : Potensi (104’55’’48.3’’’BT, 6’27’’52.0’’’LS) DPI Sulawesi : Potensi (118’43’’55.8’’’BT, 1’45’’35.1’’’LS)

Thursday, October 27, 2011

Mangrove


Hutan mangrove adalah sebutan untuk sekelompok tumbuhan yang hidup di daerah pasang surut pantai.  Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal woodland, vloedbosschen, atau juga hutan payau.  Kita sering menyebut hutan di pinggir pantai tersebut sebagai hutan bakau.  Sebenarnya, hutan tersebut lebih tepat dinamakan hutan mangrove. Bakau sendiri menunjukkan untuk semua individu tumbuhan sedangkan mangal menunjukkan semua komunitas atau asosiasi yang didominasi oleh tumbuhan ini, sedangkan mangal meliputi pohon dan semak-semak yang rerdapat disana.
Ekosistem mangrove merupakan salah satu dari tiga bagian ekosistem yang termasuk kedalam ekologi laut tropis, keberadaan ekosistem mangrove sendiri sangat penting sekali dikarenakan mangrove memiliki peranan yang sangat penting  sebagai penyusun salah satu ekosistem ekologi laut tropis. Beberapa peranan ekosistem mangrove diantaranya yaitu: sebagai salah satu ekosistem yang dapat menimalisir amukan gelombang yang sangat besar yang menuju ke darat, habitat bagi berbagai macam hewan seperti ikan, udang dan hewan liar lainnya, bahkan dijadikan juga sebagai tempat untuk mencari makan dan untuk bereproduksi oleh hewan-hewan tersebut, fungsi lainnya adalah ekosistem mangrove sebagai penyerap karbon di atmosfer, dan tentunya masih banyak lagi fungsi dari ekosistem mangrove itu sendiri.
Terdapat 12 genera tumbuhan berbunga dan 8 famili yang berbeda di kawasan hutan mangrove ini, dimana 12 genera yaitu : Avicennia, Snaeda, Laguncularia, Lumnitzera , Conocarpus , Xylocarpus ,Aegiceras , Aegialitis, Rhizophora , Bruguiera, Ceriops  dan Sonneratia. Dari ke 12 genera tersebut terdapat  4 genera yang paling utama yaitu  Avicennia,Rhizophora , Bruguiera dan Sonneratia. Pertumbuhan komunitas vegetasi mangrove pada umumnya mengikuti suatu pola zonasi. Pola zonasi berkaitan erat dengan faktor lingkungan seperti tipe tanah (lumpur, pasir atau gambut), keterbukaan terhadap hempasan gelombang, salinitas serta pasang surut Dalam hal penzonasiaan ekosistem mangrove dari lautan ke daratan, pada umumnya urutannya adalah :
·         Avicennia/Sonneratia,
·         Rhizophora
·         Rhizopora/Bruguiera
·         Bruguiera
·         Nypa fruticans
Dari urutan zonasi mangrove tersebut, terdapat tipe pola adaptasi jenis akar dari mangrove yang terdiri dari bentuk- bentuk akar mangrove yang berbeda yang meliputi :
1. Akar cakar ayam (chicken claw root)
Akar pasak berupa akar yang muncul dari sistem akar kabel dan memanjang ke luar ke arah udara seperti pasak. Akar pasak ini terdapat pada Avicennia, Xylocarpus, dan Sonneratia.
2. Akar Lutut (knee root)
Akar lutut merupakan modifikasi dari akar kabel yang pada awalnya tumbuh ke arah permukaan substrat kemudian melengkung menuju ke substrat lagi. Akar lutut seperti initerdapat pada Bruguiera spp.
3. Akar Tongkat (cane root)
Akartongkat merupakan akar (cabang-cabang akar) yang keluar dari batang dan tumbuh ke dalam substrat. Akar ini terdapat pada Rhizophora
4. Akar Papan (Plank root)
Akar papan hampir sama dengan akar tunjang tetapi akar ini melebar menjadi bentuk lempeng, mirip struktur silet. Akar ini terdapat pada Heritiera.


Selain itu mangrove juga memiliki pola adaptasi yang memungkinkan mereka dapat hidup di perairan laut dangkal antara lain :
ü Akar pendek.
ü Menyebar luas dengan akar penyangga atau tudung akarnya yang khas tumbuh dari batang dan atau batang (pneumatofor) yang memungkinkannya mendapatkan oksigen dalam lumpur yang bersifat anoksik di mana pohon-pohon ini tumbuh.
ü Daun-daunnya kuat mengandung banyak air dan mempunyai jaringan internal penyimpan air dan konsentrasi garamnya tinggi.
ü Beberapa bakau mempunyai kelenjar garam yang menjaga keseimbangan osmotik dengan mengeluarkan garam.
ü Bruguiera dan  Rhizophora memiliki benih yang dapat mengapung dan dapat menemukan sendiri substrat yang akan ditumbuhinya.
Jika hutan mangrove hilang maka yang akan terjadi adalah sebagai berikut :
1.    Abrasi pantai
2.    Dapat mengakibatkan intrusi air laut lebih jauh ke daratan
3.    Dapat mengakibatkan banjir
4.    Perikanan laut menurun
5.    Sumber mata pencaharian penduduk setempat berkurang
6.    Dan lain-lain.

          LOKASI DAN WAKTU

            Pratikum dan pengambilan data akan dilaksanakan pada tanggal 27-28 Desember 2010 bertempat di pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta. Gugus Pulau Pari terletak pada bagian paling Selatan dari Pulau-Pulau di Kepulauan Seribu, sekitar 40 km sebelah barat laut kota Jakarta, dengan batas-batas yang terletak pada 05o46’15’’ LS – 05o59’30’’ dan 106026’00’’ BT-106034’22’’ BT. Gugus Pulau Pari merupakan sekumpulan dari Pulau-Pulau seperti : Pulau Tikus, Pulau Burung, Pulau Tengah, dan Pulau Pari. Pulau Pari merupakan terbesar dari ke lima pulau penyusun Gugus Pulau Pari. Panjangnya sekitar 2,5 km, lebar bagian terpendek sekitar 60 m dan bagian terpanjang sekitar 400m

  TUJUAN

            Pratikum ini bertujuan untuk mengkaji struktur komunitas ekosistem mangrove di perairan Pulau Pari , Kepulauan Seribu, Jakarta serta menganalisis parameter pendukung dari komunitas lamun itu sendiri.

 METODOLOGI
3.1. Alat dan Bahan
            Alat dan bahan yang dipergunakan dalam praktikum ini yaitu tali rafia 100 meter( tiap 10 meter ditandai), meteran jahit, kamera, alat tulis, dan data sheet.
3.2. Pembuatan Transek Kuadrat 
            Langkah-langkah pembuatan transek kuadrat 5x5 m2, 2x2 m2, dan 1x1 m2pada lokasi pengamatan  simulasi mangrov

3.3. Pengamatan Mangrove
            Langkah-langkah praktikum pada simulasi pengamatan  data mangrove adalah sebagai berikut :
-          Penentuan transek pengamatan, beserta luas transek yang akan diamati.
-          Mengamati mana yang termasuk kriteria pohon, anakan, dan semai
-          Hitung jumlah pohon, anakan, dan semai serta menghitung diameter batangnya
-          Hitung nilai kerapatan jenis, kerapatan jenis relatif, frekuensi jenis, frekuensi jenis relatif, penutupan jenis, penutupan jenis relatif, serta indeks nilai penting dari spesies mangrove.

            Daftar Pustaka
Ferianita, Melati. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta : Bumi Aksara.
Mukhtasor. 2007. Pencemaran pesisir dan Laut. Jakarta : Pradnya Paramita.
Wibisono, M.S. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. Jakarta:  PT Gramedia.
http://www.imred.org/?q=content/ekosistem-mangrove-di-indonesia[diunduh 23 November 2010].










                                                                                                        

















Tuesday, October 25, 2011

BUDIDAYA IKAN GURAME ( Osphronemus gouramy )

BUDIDAYA IKAN GURAME
( Osphronemus gouramy )
1. SEJARAH SINGKAT
Gurame merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, bentuk badan pipih lebar, bagian punggung berwarna merahsawo dan bagian perut berwarnakekuning-kuningan/ keperak-perakan. Ikan gurame merupakan keluarga Anabantidae, keturunan Helostoma dan bangsa Labyrinthici. Ikan gurami berasal dari perairan daerah Sunda (Jawa Barat, Indonesia), dan menyebar ke Malaysia, Thailands, Ceylon dan Australia. Pertumbuhan ikan gurame agak lambat dibanding ikan air tawar jenis lain. Di Indonesia, orang Jawa menyebutnya gurami, Gurameh, orang Sumatra ikan kalau, kala, kalui, sedangkan di Kalimantan disebut Kalui. Orang Inggris menyebutnya “Giant Gouramy”, karena ukurannya yang besar sampai mencapai berat 5 kg.
2. SENTRA PERIKANAN
Daerah di Indonesia yang menjadi sentra perikanan yaitu: Sumatera, NTB dan Jawa. Sedangkan di luar negeri yaitu: Thailand, Jepang dan Filipina.
3. JENIS
Klasifikasi ikan gurame adalah sebagai berikut:
Klas : Pisces
Sub Kelas : Teleostei
Ordo : Labyrinthici
Sub Ordo : Anabantoidae
Famili : Anabantidae
Genus : Osphronemus
Species : Osphronemus goramy (Lacepede)
Jenis gurami yang sudah dikenal masyarakat diantaranya: gurami angsa, gurami jepun, blausafir, paris, bastar dan porselen. Empat terakhir banyak dikembangkan di Jawa Barat, khususnya Bogor. Dibanding gurame jenis lain, porselen lebih unggul dalam menghasilkan telur. Jika induk bastar dalam tiap sarangnya hanya mampu menghasilkan 2000-3000 butir telur, porselen mampu 10.000 butir. Karena itu masyarakat menyebutnya sebagai top of the pop, dan paling banyak diunggulkan.
4. MANFAAT
Sebagai sumber penyediaan protein hewani.
5. PERSYARATAN LOKASI
  1. Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos dan cukup mengandung humus. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
  2. Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
  3. Ikan gurame dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada ketinggian 50-400 m dpl.
  4. Kualitas air untuk pemeliharaan ikan gurame harus bersih dan dasar kolam tidak berlumpur, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.
  5. Kolam dengan kedalaman 70-100 cm dan sistem pengairannya yang mengalir sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik ikan gurame. Untuk pemeliharaan secara tradisional pada kolam khusus, debit air yang diperkenankan adalah 3 liter/detik, sedangkan untuk pemeliharaan secara polikultur, debit air yang ideal adalah antara 6-12 liter/detik.
  6. Keasaman air (pH) yang baik adalah antara 6,5-8.
  7. Suhu air yang baik berkisar antara 24-28 derajat C.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
  1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
    1. Kolam
      Jenis kolam yang umum dipergunakan dalam budidaya ikan gurame antara lain:
      1. Kolam penyimpanan induk
        Kolam ini berfungsi untuk menyimpan induk dalam mempersiapkan kematangan telur dan memelihara kesehatan induk, kolam berupa kolam tanah yang luasnya sekitar 10 meter persegi, kedalamam minimal 50 cm dan kepadatan kolam induk 20 ekor betina dan 10 ekor jantan.
      2. Kolam pemijahan
        Kolam berupa kolam tanah yang luasnya 200/300 meter persegi dan kepadatan kolam induk 1 ekor memerlukan 2-10 meter persegi (tergantung dari sistim pemijahan). Adapun syarat kolam pemijahan adalah suhu air berkisar antara 24-28 derajat C; kedalaman air 75-100 cm; dasar kolam sebaiknya berpasir. Tempatkan sarana penempel telur berupa injuk atau ranting-ranting.
      3. Kolam pemeliharaan benih/kolam pendederan
        Luas kolam tidak lebih dari 50-100 meter persegi. Kedalaman air kolam antara 30-50 cm. Kepadatan sebaiknya 5-50 ekor/meter persegi. Lama pemeliharaan di dalam kolam pendederan/ipukan antara 3-4 minggu, pada saat benih ikan berukuran 3-5 cm.
      4. Kolam pembesaran
        Kolam pembesaran berfungsi sebagai tempat untuk memelihara dan membesarkan benih selepas dari kolam pendederan. Adakalanya dalam pemeliharaan ini diperlukan beberapa kolam jaring 1,25–1,5 cm. Jumlah penebaran bibit sebaiknya tidak lebih dari 10 ekor/meter persegi.
      5. Kolam/tempat pemberokan
        Merupakan tempat pembersihan ikan sebelum dipasarkan Adapun cara pembuatan kolam adalah sebagai berikut:
        1. Ukurlah tanah 10 x 10 m (100 m 2 ).
        2. Buatlah pematangnya dengan ukuran; bagian atas lebarnya 0,5 m, bagian bawahnya 1 m dan tingginya 1 m.
        3. Pasanglah pipa/bambu besar untuk pemasukan dan pengeluaran air. Aturlah tinggi rendahnya, agar mudah memasukkan dan mengeluarkan air.
        4. Cangkullah tanah dasar kolam induk agar gembur, lalu diratakan lagi. Tanah akan jadi lembut setelah diairi, sehingga lobang-lobang tanah akan tertutup, dan air tidak keluar akibat bocor dari pori-pori itu. Dasar kolam dibuat miring ke arah pintu keluar air.
        5. Buatlah saluran ditengah-tengah kolam induk, memanjang dari pintu masuk air ke pintu keluar. Lebar saluran itu 0,5 m dan dalamnya 15 cm.
        6. Keringkanlah kolam induk dengan 2 karung pupuk kandang yang disebarkan merata, kemudian air dimasukkan. Biarkan selama 1 minggu, agar pupuk hancur dan meresap ke tanah dan membentuk lumut, serta menguji agar kolam tidask bocor. Tinggi air 0,75-1 m.
    2. Peralatan
      Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan gurame diantaranya adalah: jala, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu untuk menampung sementara induk maupun benih), seser, ember-ember, baskom berbagai ukuran, timbangan skala kecil (gram) dan besar (Kg), cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk mengukur kadar kekeruhan. Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk memanen/menangkap ikan gurame antara lain adalah warring/scoopnet yang halus, ayakan panglembangan diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat menyimpan ikan, keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk mengangkut ikan jarak dekat), kekaban (untuk tempat penempelan telur yang bersifat melekat), hapa dari kain tricote (untuk penetasan telur secara terkontrol) atau kadang-kadang untuk penangkapan benih, ayakan penyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok (untuk pengangkut benih), sirib (untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas), anco/hanco (untuk menangkap ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi), scoopnet (untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas), seser (gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring berbentuk segiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).
  2. Pembibitan
    1. Pemilihan Induk
      Ciri-ciri induk ikan gurame yang baik adalah sebagai berikut:
      1. Memiliki sifat pertumbuhan yang cepat.
      2. Bentuk badan normal (perbandingan panjang dan berat badan ideal).
      3. Ukuran kepala relatif kecil
      4. Susunan sisik teratur,licin, warna cerah dan mengkilap serta tidakluka.
      5. Gerakan normal dan lincah.
      6. Bentuk bibir indah sepertipisang, bermulut kecil dan tidak berjanggut.
      7. Berumur antara 2-5 tahun.
        Adapun ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah sebagai berikut:
        • Betina
          • Dahi meninjol.
          • Dasar sirip dada terang gelap kehitaman.
          • Dagu putih kecoklatan.
          • Jika diletakkan pada tempat datar ekor hanya bergerak-gerak.
          • Jika perut distriping tidak mengeluarkan cairan.
        • Jantan
          • Dahi menonjol.
          • Dasar sirip dada terang keputihan.
          • Dagu kuning.
          • Jika diletakkan pada tempat datar ekor akan naik.
          • Jika perut distriping mengeluarkan cairan sperma berwarna putih.
    2. Pemeliharaan Induk
      Induk-induk terpilih (20-30 ekor untuk kolam seluas 10 m 2 ) disimpan dalam kolam penyimpanan induk. Beri makanan selama dalam penampungan. Untuk setiap induk dengan berat antara 2-3 kg diberi makanan daun-daunan sebanyak 1/3 kg setiap hari pada sore hari. Makanan tambahan berupa dedak halus yang diseduh air panas diberikan 2 kali seminggu dengan takaran 1/2 blekminyak tanah setiap kali pemberian.
    3. Pembenihan
      Bila proses pematangan gonada (kandung telur dan sperma) di kolam penampungan sudah mencapai puncaknya, induk segera dimasukkan dalam kolam pemijahan. Adapun cara pemijjahan ikan gurame adalah sebagai berikut:
      1. Kolam dikeringkan terlebih dahulu selama 5 hari, perbaiki tanggul dan dasar kolam.
      2. Lakukan pengapuran dan pemupukan. Pemupukan dasar dengan pupuk kandang dosis 7,5 kg/100 meter persegi dan biarkan selama 3 hari.
      3. Tanami dasar kolam dengan tanaman ganggang buntut anjng
      4. Isikan air yang telah dicampur dengan pupuk buatan TSP sebantak 500 gram/100 meter persegi, biarkan selama 1 minggu kemudian isikan air hingga kedalaman 75 cm.
      5. Untuk kolam seluas 100 meter persegi bisa disebar induk sebanyak 30 ekor betina dan 10 ekor jantan. Setelah pemijahan berlangsung, 1-2 hari induk betina akan melepaskan telur-telurnya ke dalam sarang yangkemudian disemproti sperma oleh si jantan sehingga terjadi pembuahan sel telur. 20-30 hari kemudian, induk-induk yang terpelihara baik akan berpijah lagi dan beberapa hari kemudian telur akan menetas.
    4. Pemeliharaan Bibit
      Benih-benih yang telah berumur 1-2 bulan sejak menetas dapat dibesarkan pada kolam pendederan atau disawah sebagai penyelang. Dalam pelaksanaan pendederan adalah melakukan pengeringan kolam atau sawah, pemupukan, perbaikan pematang dan pemasangan saringan atau perbaikan pipa-pipa pada pintu pemasukan atau pengeluaran air. Setelah persiapan selesai, benih ditebarkan dengan kepadatan 30 ekor/meter persegi dengan ukuran benih 5-10 cm pada kolam pendederan. Makanan yang dapat diberikan selama pemeliharaan adalah rayap atau daun-daunan yang telah dilunakkan dengan dosis 20-30% berat badan rata-rata. Makanan tambahan berupa dedak halus yang diseduh air panas diberikan 1 kali seminggu dengan takaran 1 blek minyak tanah untuk 100 ekor benih. Lamanya pendederan sekitar 1-2 bulan.
  3. Pemeliharaan Pembesaran
    1. Pemeliharaan pembesaran dapat dilakukan secara polikultur maupun monokultur.
      1. Polikultur
        Ikan gurame dipeliharan bersama ikan tawes, ikan mas, nilem, mujair atau lele. Cara ini lebih menguntungkan karena pertumbuhan ikan gurame yang cukup lambat.
      2. Monokultur
        Pada pemeliharaan gurame tersendiri, bibit yang disebar minimal harus berumur 2 bulan. Penebaran bibit sejumlah 500 ekor (ukuran 10-15 cm) diperlukan luas kolam sekitar 1500 meter persegi
    2. Pemupukan
      Pemupukan dapat dilakukan dengan bahan kimia dan pupuk kandang. Pada umumnya pemupukan hanya dilakukan 1 kali dalam setiap pemeliharaan, dengan maksud untuk meningkatkan makanan alami bagi hewan peliharaan. Tahap pertama pemupukan dilakukan pada waktu kolam dikeringkan. Pada saat ini pupuk yang diberikan adalah pupuk kandang sebanyak 7,5 kg untuk tiap 100 m 2 kolam, air disisakan sedikit demi sedikit sampai mencapai ketinggian 10 cm dan dibiarkan selama 3 hari. Pada tahap berikutnya pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk buatan seperti TSP atau pupuk Urea sebanyak 500 gram untuk setiap 100 m 2 kolam. Pemberian kedua pupuk tersebut ditebarkan merata ke setiap dasar dan sudut kolam.
    3. Pemberian Pakan
      Makanan pokok ikan gurame berupa pelet yang dapat diatur gizinya, namun di daerah yang agak sulit memperoleh pelet, daun-daunan merupakan alternatif yang sangat baik untuk dijadikan makanan ikan, diantaranya: daun pepaya, keladi, ketela pohon, genjer, kimpul, kangkung, ubi jalar, ketimun, labu dan dadap. Pemberian makanan yang teratur dengan kualitas dan kuantitas yang tinggi dapat meningkatkan pertumbuhan tubuh ikan lebih cepat. Induk-induk gurame yang sehat dan terjamin makanannya dapat dipijahkan dua kali setahun berturut-turut selama 5 tahun.
    4. Pemeliharaan Kolam/Tambak
      Setiap habis panen, kolam dibersihkan/kuras. setelah itu dilakukan pemupukan agar mempengaruhi kesuburan kolam, sehingga bila benih disebarkan, kesuburan ikan akan terjamin dan pertumbuhan ikan akan cepat.
7. HAMA DAN PENYAKIT
  1. Penyakit
    Gangguan yang dapat menyebabkan matinya ikan adalah penyakit yang disebut penyakit non parasiter dan penyakit yang disebabkan parasit. Gangguan-gangguan non parasiter bisa berupa pencemaran air seperti adanya gas-gas beracun berupa asam belerang atau amoniak; kerusakan akibat penangkapan atau kelainan tubuh karena keturunan. Penanggulangannya adalah dengan mendeteksi keadaan kolam dan perilaku ikan-ikan tersebut. Memang diperlukan pengetahuan dan pengalaman yang cukup untuk mengetahuinya. ikan-ikan yang sakit biasanya menjadi kurus dan lamban gerakannya. Gangguan lain yang berupa penyakit parasiter, yang diakibatkan oleh bakteri, virus, jamur dan berbagai mikroorganisme lainnya. Bila ikan terkena penyakit yang disebabkan parasit, dapat dikenali sebagai berikut:
    1. Penyakit pada kulit; pada bagian-bagian tertentu berwarna merah terutama di bagian dada, perut dan pangkal sirip.
    2. Penyakit pada insang; tutup insang mengembang. Lembaran insang menjadi pucat, kadang-kadang tampak semburat merah dan kelabu
    3. Penyakit pada organ dalam; perut ikan membengkak, sisik berdiri. Pencegahan timbulnya penyakit ini dapat dilakukan dengan mengangkat ikan dan melakukan penjemuran kolam beberapa hari agar parasit pada segala stadium mati. Parasit yang menempel pada tubuh ikan dapat disiangi dengan pinset. Pengobatan bagi ikan-ikan yang sudah cukup memprihatikan keadaannya, dapat dilakukan dengan menggunakan bahan kimia diantaranya:
      1. Pengobatan dengan Kalium Permanganat (PK)
        1. Sediakan air sumur atau sumber air lainnya yang bersih dalam bak penampungan sesuai dengan berat ikan yang akan diobati.
        2. Buat larutan PK sebanyak 2 gram/10 liter atau 1,5 sdt/100 l air.
        3. Rendam ikan yang akan diobati dalam larutan tersebut selama 30-60 menit dengan diawasi terus menerus.
        4. Bila belum sembuh betul, pengobatan ulang dapat dilakukan 3 atau 4 hari kemudian.
      2. Pengobatan dengan Neguvon. Ikan direndam pada larutan neguvon dengan 2-3,5% selama 3 mernit. Untuk pembe-rantasan parasit di kolam, bahan tersebut dilarutkan dalam air hingga konsentrasi 0,1% Neguvon lalu disiramkan ke dalam kolam yang telah dikeringkan. Biarkan selama 2 hari.
      3. Pengobatan dengan garam dapur. Hal ini dilakukan di pedesaan yang sulit mendapatkan bahan-bahan kimia. Caranya:
        1. siapkan wadah yang diisi air bersih. setiap 100 cc air bersih dicampurkan 1-2 gram (NaCl), diaduk sampai rata;
        2. ikan yang sakit direndam dalam larutan tersebut. Tetapi karena obat ini berbahaya, lamanya perendaman cukup 5-10 menit saja.
        3. Setelah itu segera ikan dipindahkan ke wadah yang berisi air bersih untuk selanjutnya dipindahkan kembali ke dalam kolam;
        4. pengobatan ulang dapat dilakukan 3-4 hari kemudian dengan cara yang sama.
  2. Hama
    Bagi benih gurame musuh yang paling utama adalah gangguan dari ikan liar/pemangsa dan beberapa jenis ikan peliharaan seperti tawes, gurame dan sepat. Musuh lainnya adalah biawak, katak, ular dan bermacam-macam burung pemangsa.
8. PANEN
  1. Penangkapan
    Pemanenan benih dapat dilakukan setelah benih berumur 1 bulan. Caranya dengan menyurutkan air sedikit demi sedikit sementara saluran air masuk diperkecil. Pasanglah jaring lembut di pintu pengeluaran untuk menampung benih atau bisa juga dengan membuat parit di tengah kolam menuju ke lubang pengeluaran. Bibit yang terawat baik bisa mencapai bobot 0,3 gram/ekor pada saat dipanen. Pemanenan hasil pembesaran ikan gurame sangat tersantung dari ukuran yang diminta konsumen. Umumnya pemanenan dilakukan setelah ikan berumur 2-3 tahun, ikan yang berumur 2 tahun mempunyai panjang sekitar 25 cm dan berat 0,3 kg/ekor, sedangkan untuk ikan yang berumur 3 tahun panjangnya sekitar 35 cm dan berat badan 0,7 kg/ekor. Untuk ikan berumur 4 tahun panjangnya dapat mencapai 40 cm dan berat 1.5 kg/ekor. Adapun cara penangkapan: air disurutkan sedikit demi sedikit, penangkapan dilakukan pada pagi hari. Hindari cara penangkapan yang dapat menyebabkan ikan terluka.
  2. Pembersihan
    Setelah air kolam surut, benih digiring masuk ke petak kecil. Kemudian diserok dan dimasukkan ke dalam keranjang panen. Biasanya waktu panen tidak hanya gurame saja yang tertangkap, sehingga sebelum ikan dimasukkan ke kolam pemberokan, harus diseleksi dan dibersihkan terlebih dahulu. Pembersihan benih dilakukan selama 1 hari. tujuannya agar ikan tidak mabuk sewaktu diangkut ke pasar. Lamanya pembersihan disesuaikan dengan besarnya benih.
9. PASCAPANEN
  1. Penanganan ikan hidup
    Adakalanya ikan konsumsi ini akan lebih mahal harganya bila dijual dalam keadaan hidup. Hal yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai ke konsumen dalam keadaan hidup, segar dan sehat antara lain:
    1. Dalam pengangkutan gunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20 derajat C.
    2. Waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari.
    3. Jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak terlalu padat.
  2. Penanganan ikan segar
    Ikan segar mas merupakan produk yang cepat turun kualitasnya. Hal yang perlu diperhatikan untuk mempertahankan kesegaran antara lain:
    1. Penangkapan harus dilakukan hati-hati agar ikan-ikan tidak luka.
    2. Sebelum dikemas, ikan harus dicuci agar bersih dan lendir.
    3. Wadah pengangkut harus bersih dan tertutup. Untuk pengangkutan jarak dekat (2 jam perjalanan), dapat digunakan keranjang yang dilapisi dengan daun pisang/plastik. Untuk pengangkutan jarak jauh digunakan kotak dan seng atau fiberglass. Kapasitas kotak maksimum 50 kg dengan tinggi kotak maksimum 50 cm.
  3. Ikan diletakkan di dalam wadah yang diberi es dengan suhu 6-7 derajat C.
    Gunakan es berupa potongan kecil-kecil (es curai) dengan perbandingan jumlah es dan ikan=1:1. Dasar kotak dilapisi es setebal 4-5 cm. Kemudian ikan disusun di atas lapisan es ini setebal 5-10 cm, lalu disusul lapisan es lagi dan seterusnya. Antara ikan dengan dinding kotak diberi es, demikian juga antara ikan dengan penutup kotak. Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pananganan pascapanen benih adalah sebagai berikut:
    1. Benih ikan harus dipilih yang sehat yaitu bebas dari penyakit, parasit dan tidak cacat. Setelah itu, benih ikan baru dimasukkan ke dalam kantong plastik (sistem tertutup) atau keramba (sistem terbuka).
    2. Air yang dipakai media pengangkutan harus bersih, sehat, bebas hama dan penyakit serta bahan organik lainya. Sebagai contoh dapat digunakan air sumur yang telah diaerasi semalam.
    3. Sebelum diangkut benih ikan harus diberok dahulu selama beberapa hari. Gunakan tempat pemberokan berupa bak yang berisi air bersih dan dengan aerasi yang baik. Bak pemberokan dapat dibuat dengan ukuran 1 m x 1 m atau 2 m x 0,5 m. Dengan ukuran tersebut, bak pemberokan dapat menampung benih ikan mas sejumlah 5000–6000 ekor dengan ukuran 3-5 cm. Jumlah benih dalam pemberokan harus disesuaikan dengan ukuran benihnya.
    4. Berdasarkan lama/jarak pengiriman, sistem pengangkutan benih terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
      1. Sistem terbuka
        Dilakukan untuk mengangkut benih dalam jarak dekat atau tidak memerlukan waktu yang lama. Alat pengangkut berupa keramba. Setiap keramba dapat diisi air bersih 15 liter dan dapat untuk mengangkut sekitar 5000 ekor benih ukuran 3-5 cm.
      2. Sistem tertutup
        Dilakukan untuk pengangkutan benih jarak jauh yang memerlukan waktu lebih dari 4-5 jam, menggunakan kantong plastik. Volume media pengangkutan terdiri dari air bersih 5 liter yang diberi buffer Na2(hpo)4.1H2O sebanyak 9 gram. Cara pengemasan benih ikan yang diangkut dengan kantong plastik:
        1. masukkan air bersih ke dalam kantong plastik kemudian benih;
        2. hilangkan udara dengan menekan kantong plastik ke permukaan air;
        3. alirkan oksigen dari tabung dialirkan ke kantong plastik sebanyak 2/3 volume keseluruhan rongga (air:oksigen=1:2);
        4. kantong plastik lalu diikat.
        5. kantong plastik dimasukkan ke dalam dos dengan posisi membujur atau ditidurkan. Dos yang berukuran panjang 0,50 m, lebar 0,35 m, dan tinggi 0,50 m dapat diisi 2 buah kantong plastik.
          Beberapa hal yang perlu diperhatikan setelah benih sampai di tempat tujuan adalah sebagai berikut:
          1. Siapkan larutan tetrasiklin 25 ppm dalam waskom (1 kapsul tertasiklin dalam 10 liter air bersih).
          2. Buka kantong plastik, tambahkan air bersih yang berasal dari kolam setempat sedikit demi sedikit agar perubahan suhu air dalam kantong plastik terjadi perlahan-lahan.
          3. Pindahkan benih ikan ke waskom yang berisi larutan tetrasiklin selama 1-2 menit.
          4. Masukan benih ikan ke dalam bak pemberokan. Dalam bak pemberokan benih ikan diberi pakan secukupnya. Selain itu, dilakukan pengobatan dengan tetrasiklin 25 ppm selama 3 hari berturut-turut. Selain tetrsikli dapat juga digunakan obat lain seperti KMNO4 sebanyak 20 ppm atau formalin sebanyak 4% selama 3-5 menit.
          5. Setelah 1 minggu dikarantina, tebar benih ikan di kolam budidaya.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
10.1. Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya ikan gurame untuk 6 empang selama 1 bulan di daerah Jawa Barat pada tahun 1999 adalah sebagai berikut:
  1. Biaya produksi
    1. Sewa lahan 6 empang @ Rp. 80.000,-/bulan Rp. 480.000,-
    2. Benih per empang 4000 ekor @Rp 150,- Rp. 3.600.000,-
    3. Pakan
      • Postal per empang 7 karung @ Rp 10.000,- Rp. 420.000,-
      • Rambo per empang 5 karung @ Rp 2.500,- Rp. 75.000,-
    4. Obat
      • Super tetra per empang 2 tablet @ Rp 1.000,- Rp 12.000,-
    5. Tenaga kerja 2 OH @ Rp 20.000,- Rp. 40.000,-
    6. Lain-lain (pemeliharaan) Rp. 460.700,-
      Jumlah biaya produksi Rp. 5.089.700,-
  2. Penerimaan per empang 4000 ekor @ Rp. 400,- Rp. 9.600.000,-
  3. Keuntungan Rp. 4.510.300,-
  4. Parameter kelayakan usaha : B/C Rasio = 1,89
10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Budidaya ikan gurame, mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi. disamping rasanya yang lezat dan empuk, ikan ini pun digemari banyak orang. Sudah menjadi tradisi dalam setiap kendurian, ikan gurame selalu menjadi syarat utama hidangan. Disamping rasanya itu, perawatannya pun tidak terlalu sulit dan tidak memakan banyak biaya, sehingga banyak petani ikan yang mulai menggemari, membudidayakan ikan ini, karena harga dari setiap bibitnya yang murah dapat menghasilkan keuntungan 3 kali lipat dari harga bibit. Harga dari ikan gurame di pasaran sangat bervariasi tergantung dari bobot ikan tersebut. Ikan gurame dengan berat 1,5 kg dapat mencapai harga Rp 6.000-Rp 8.000 tergantung keadaan pada saat itu.
11. DAFTAR PUSTAKA
  1. RUSDI, Taufiq. Usaha budidaya Ikan Gurame. Jakarta : CV. simplek, 1987
  2. SITANGGANG, M. Budidaya Gurame. Jakarta : Penerbit Swadaya, 1999
  3. ____________. Kumpulan Gurame Kliping Ikan. Jakarta : trubus, 1997
12. KONTAK HUBUNGAN
Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS; Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas

Makalah 2
BUDIDAYA IKAN GURAME
(Osphronemus gouramy)
1. PENDAHULUAN
Gurame merupakan ikan yang memiliki pertumbuhan agak lambat namun harganya relatif meningkat setiap saat. Untuk DKI Jakarta, jenis ikan ini cocok
karena tidak memerlukan air yang mengalir. Untuk memberi petunjuk bagi masyarakat yang berminat di bawah ini diuraikan tata cara budidayanya.
2. JENIS
Jenis ikan gurame yang dikenal masyarakat berdasarkan bentuknya ada 2 (dua) yaitu:
  1. Gurame angsa (soang) : badan relatif panjang, sisik relatif lebar. Ukuran yang bisa dicapainya berat 8 kg, panjang 65 cm.
  2. Gurame Jepang : badan relatif pendek dan sisik lebih kecil. Ukuran yang dicapai hanya 45 cm dengan berat kurang dari 4,5 kg. Jika dilihat dari warnanya terdapat gurame hitam, putih dan belang.
3. MEMILIH INDUK
Induk yang dipakai sebaiknya mencapai umur 3 tahun. Untuk membedakan induk jantan dan betina bisa dilihat dari ciri-ciri sebagai berikut:
  1. Induk betina
    Ikan betina mempunyai dasar sirip dada yang gelap atau berwarna kehitaman, warna dagu ikan betina keputih-putihan atau sedikit coklat, jika diletakkan di lantai maka ikan betina tidak menunjukan reaksi apa-apa. Sebaiknya sudah berumur 3~7 tahun.
  2. Induk jantan
    Ikan jantan mempunyai dasar sirip berwarna terang atau keputih-putihan, mempunyai dagu yang berwarna kuning, lebih tebal daripada betina dan menjulur. Induk jantan apabila diletakkan pada lantai atau tanah akanmenunjukan reaksinya dengan cara mengangkat pangkal sirip ekornya ke atas. Selain mengetahui perbedaan induk jantan dan betina, perlu juga diketahui demi keberhasilan pembenihan gurame ini. Induk telah berumur 3~7 tahun. Berbeda dengan induk ikan tambakan, induk ikan gurame ini semakin bertambah umurnya akan mengeluarkan telur semakin banyak, perut akan membulat dan relatif penjang dengan warna badan terang. Sisik-sisiknya usahakan tidak cacat/hilang dan masih dalam keadaan tersusun rapi. Induk betina yang cukup umur dan matang kelamin ditandai dengan perutnya akan membesar ke belakang atau di dekat lubang dubur. Pada lubang anus akan nampak putih kemerah- merahan. Dan apabila kita coba untuk meraba perutnya akan teras lembek.
4. PEMIJAHAN
Pemasukan air dilakukan pagi-pagi sekali, sehingga menjelang jam 10.00 kolam telah berisi air setengahnya. Induk-induk yang telah lolos seleksi dimasukkan dalam kolam dengan hati-hati dan penuh kasih sayang. Perbandingan jumlah antara induk jantan dan betina biasa 1 : 1 - 14. Dengan harapan induk jantan paling sedikit bisa mengawini dua ekor induk betina dalam satu tarikan. Setelah dilepaskan dalam kolam pemijahan biasanya induk jantan tidak otomatis langsung membuat sarang, tetapi terlebih dahulu berjalan-jalan, berenang kesana-sini mengenal wilayahnya. Setelah 15 hari sejak dilepaskan, induk jantan biasanya sudah langsung disibukkan oleh kegiatannya membuat sarang. Garis tengah sarang biasanya kurang lebih 30 cm, yang biasanya dikerjakan oleh induk jantan ini selama seminggu (7 hari). Setelah sarang selesai dibuat, induk jantan cepat-cepat mencari dan merayu induk betina untuk bersama-sama memijah disarang. Induk betina ini akan menyemprotkan telur-telurnya kedalam sarang melalui lubang sarang yang kecil, kemudian jantan akan menyemprotkan spermanya, yang akhirnya terjadilah pembuahan didalam istana ijuk ini. Tidak seperti halnya ikan mas yang pemijahannya hanya beberapa jam saja, pemijahan ikan gurame ini biasanya berlangsung cukup lama. Induk jantan bertugas menjaga sarang selama pemijahan berlangsung. Setelah pemijahan selesai, biasanya giliran induk betina yang bertugas menjaga keturunannya, dengan terlebih dulu menutup lubang sarang dengan ijuk atau rumputan kering.Dengan nalurinya sebagai orang tua yang baik, biasanya induk betina ini menjaga anaknya dengan tak lupa mengipaskan siripnya terutama sirip ekor kearah sarang. Gerakan sirip induk betina ini akan meningkatkan kandungan oksigen terlarut dalam air. Air dengan kandungan oksigen yang cukup akan membantu menetaskan telur-telur dalam sarang. Sebab seperti diketahui, telurpun butuh oksigen dalam prosesnya menjadi benih ikan. Sementara dengan kasih sayang induk betina menjaga keturunanya, induk jantan akan kembali menyusun sarang dan memikat induk betina yang lainnya untuk melanjutkan keturunannya. Dari atas kolam kita bisa mengetahui induk-induk yang telah memijah tanpa turun ke kolam dengan melihat adanya bau amis, dan terlihat adanya lapisan minyak tepat di atas sarang pemijahan.
5. PENETASAN
Penetasan telur bisa dilakukan di paso, aquarium atau pun ember-ember plastik. Cara memindahkan telur dari dalam sarang ke paso/aquarium dilakukan dengan hati-hati tidak terlalu kasar untuk menghindari agar telur tidak pecah. Sarang bahan dari ijuk yang ada 5 cm dibawah permukaan air dan telah ditutup rapat, diangkat dengan cara dimasukkan kedalam ember yang berisi 3/4 bagian ember. Sarang menghadap ke atas dan ditenggelamkan kemudian perlahan-lahan tutup sarang dibuka, maka telur-telur akan keluar dan mengambang dipermukaan air. Selanjutnya telur diangkat dengan mengunakan piring kecil untuk dipindahkan ke pasoaquarium atau ember bak yang telah diisi air bersih yan sudah diendapkan. Penggantian air dilakukan secara rutin agar telur-telur menetas dengan sempurna dan telur yang tidak menetas segera dikeluarkan. Telur akan menetas dalam tempo 30 ~ 36 jam.
6. PENDEDERAN
Selama 5 hari benih-benih belum membutuhkan makanan tambahan, karena masih mengisap kuning telur (yolk sack). Setelah lewat masa itu benih membutuhkan makanan yang harus disuplai dari luar. Oleh karenya jika masih belum ditebarkan di kolam harus diberi makan infusoria. Jika benih hendak ditebarkan di kolam, kolam harus dikeringkan dan dipupuk dengan pupuk kandang 1 kg/m 2 . Setelah seminggu benih ditebarkan, yaitu ketika air kolam sudah berubah menjadi kehijau-hijauan. Benih gurame umur 7 hari dapat dipasarkan kepada para pendedar dengan system jual sarang sehinga frekwensi pembenihan dapat ditingkatkan. Padat tebar pendederan 50 ~ 100 ekor/m 2 , sementara kolam yang digunakan berkisar 50.250 m 2 .
7. PENUTUP
Meskipun pemeliharaan gurame relatif membutuhkan waktu lama namun harga jual yang tinggi tetap akan memberi keuntungan.
8. SUMBER
Dinas Perikanan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, 1997
9. KONTAK HUBUNGAN
Dinas Perikanan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Jakarta

Sunday, October 23, 2011

BUDIDAYA IKAN LELE ( Clarias )

BUDIDAYA IKAN LELE
( Clarias )
1. SEJARAH SINGKAT
Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang dan kulit licin. Di Indonesia ikan lele mempunyai beberapa nama daerah, antara lain: ikan kalang (Padang), ikan maut (Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Sedang di negara lain dikenal dengan nama mali (Afrika), plamond (Thailand), ikan keli (Malaysia), gura magura (Srilangka), ca tre trang (Jepang). Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish. Ikan lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin. Habitatnya di sungai
dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Ikan lele bersifat noctural, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam ikan lele memijah pada musim penghujan.
2. SENTRA PERIKANAN
Ikan lele banyak ditemukan di benua Afrika dan Asia. Dibudidayakan di Thailand, India, Philipina dan Indonesia. Di Thailand produksi ikan lele ± 970 kg/100m2/tahun. Di India (daerah Asam) produksinya rata-rata tiap 7 bulan mencapai 1200 kg/Ha.
3. JENIS
Klasifikasi ikan lele menurut Hasanuddin Saanin dalam Djatmika et al (1986)
adalah:
Kingdom : Animalia
Sub-kingdom : Metazoa
Phyllum : Chordata
Sub-phyllum : Vertebrata
Klas : Pisces
Sub-klas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub-ordo : Siluroidea
Familia : Clariidae
Genus : Clarias
Di Indonesia ada 6 (enam) jenis ikan lele yang dapat dikembangkan:
  1. Clarias batrachus, dikenal sebagai ikan lele (Jawa), ikan kalang (Sumatera Barat), ikan maut (Sumatera Utara), dan ikan pintet (Kalimantan Selatan).
  2. Clarias teysmani, dikenal sebagai lele Kembang (Jawa Barat), Kalang putih (Padang).
  3. Clarias melanoderma, yang dikenal sebagai ikan duri (Sumatera Selatan), wais (Jawa Tengah), wiru (Jawa Barat).
  4. Clarias nieuhofi, yang dikenal sebagai ikan lindi (Jawa), limbat (Sumatera Barat), kaleh (Kalimantan Selatan).
  5. Clarias loiacanthus, yang dikenal sebagai ikan keli (Sumatera Barat), ikan penang (Kalimantan Timur).
  6. Clarias gariepinus, yang dikenal sebagai lele Dumbo (Lele Domba), King cat fish, berasal dari Afrika.
4. MANFAAT
  1. Sebagai bahan makanan
  2. Ikan lele dari jenis C. batrachus juga dapat dimanfaatkan sebagai ikan pajangan atau ikan hias.
  3. Ikan lele yang dipelihara di sawah dapat bermanfaat untuk memberantas hama padi berupa serangga air, karena merupakan salah satu makanan alami ikan lele.
  4. Ikan lele juga dapat diramu dengan berbagai bahan obat lain untuk mengobati penyakit asma, menstruasi (datang bulan) tidak teratur, hidung berdarah, kencing darah dan lain-lain.
5. PERSYARATAN LOKASI
  1. Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos, berlumpur dan subur. Lahan yang dapat digunakan untuk budidaya lele dapat berupa: sawah, kecomberan, kolam pekarangan, kolamkebun, dan blumbang.
  2. Ikan lele hidup dengan baik di daerah dataran rendah sampai daerah yang tingginya maksimal 700 m dpl.
  3. Elevasi tanah dari permukaan sumber air dan kolam adalah 5-10%.
  4. Lokasi untuk pembuatan kolam harus berhubungan langsung atau dekat dengan sumber air dan tidak dekat dengan jalan raya.
  5. Lokasi untuk pembuatan kolam hendaknya di tempat yang teduh, tetapi tidak berada di bawah pohon yang daunnya mudah rontok.
  6. Ikan lele dapat hidup pada suhu 20°C, dengan suhu optimal antara 25-28°C. Sedangkan untuk pertumbuhan larva diperlukan kisaran suhu antara 26-
    30°C dan untuk pemijahan 24-28 ° C.
  7. Ikan lele dapat hidup dalam perairan agak tenang dan kedalamannya cukup, sekalipun kondisi airnya jelek, keruh, kotor dan miskin zat O2.
  8. Perairan tidak boleh tercemar oleh bahan kimia, limbah industri, merkuri, atau mengandung kadar minyak atau bahan lainnya yang dapat mematikan
    ikan.
  9. Perairan yang banyak mengandung zat-zat yang dibutuhkan ikan dan bahan makanan alami. Perairan tersebut bukan perairan yang rawan banjir.
  10. Permukaan perairan tidak boleh tertutup rapat oleh sampah atau daun-daunan hidup, seperti enceng gondok.
  11. Mempunyai pH 6,5–9; kesadahan (derajat butiran kasar ) maksimal 100 ppm dan optimal 50 ppm; turbidity (kekeruhan) bukan lumpur antara 30–60
    cm; kebutuhan O2 optimal pada range yang cukup lebar, dari 0,3 ppm untuk yang dewasa sampai jenuh untuk burayak; dan kandungan CO2 kurang dari
    12,8 mg/liter, amonium terikat 147,29-157,56 mg/liter.
  12. Persyaratan untuk pemeliharaan ikan lele di keramba :
    1. Sungai atau saluran irigasi tidak curam, mudah dikunjungi/dikontrol.
    2. Dekat dengan rumah pemeliharaannya.
    3. Lebar sungai atau saluran irigasi antara 3-5 meter.
    4. Sungai atau saluran irigasi tidak berbatu-batu, sehingga keramba mudah dipasang.
    5. Kedalaman air 30-60 cm.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
  1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
    Dalam pembuatan kolam pemeliharaan ikan lele sebaiknya ukurannya tidak terlalu luas. Hal ini untuk memudahkan pengontrolan dan pengawasan. Bentuk
    dan ukuran kolam pemeliharaan bervariasi, tergantung selera pemilik dan lokasinya. Tetapi sebaiknya bagian dasar dan dinding kolam dibuat permanen.
    Pada minggu ke 1-6 air harus dalam keadaan jernih kolam, bebas dari pencemaran maupun fitoplankton. Ikan pada usia 7-9 minggu kejernihan airnya harus dipertahankan. Pada minggu 10, air dalam batas-batas tertentu masih diperbolehkan. Kekeruhan menunjukkan kadar bahan padat yang melayang dalam air (plankton). Alat untuk mengukur kekeruhan air disebut secchi. Prakiraan kekeruhan air berdasarkan usia lele (minggu) sesuai angka secchi :
    • Usia 10-15 minggu, angka secchi = 30-50
    • Usia 16-19 minggu, angka secchi = 30-40
    • Usia 20-24 minggu, angka secchi = 30
  2. Penyiapan Bibit
    1. Menyiapkan Bibit
      1. Pemilihan Induk
        1. Ciri-ciri induk lele jantan:
          • Kepalanya lebih kecil dari induk ikan lele betina.
          • Warna kulit dada agak tua bila dibanding induk ikan lele betina.
          • Urogenital papilla (kelamin) agak menonjol, memanjang ke arah belakang, terletak di belakang anus, dan warna kemerahan.
          • Gerakannya lincah, tulang kepala pendek dan agak gepeng (depress).
          • Perutnya lebih langsing dan kenyal bila dibanding induk ikan lele betina.
          • Bila bagian perut di stripping secara manual dari perut ke arah ekor akan mengeluarkan cairan putih kental (spermatozoa-mani).
          • Kulit lebih halus dibanding induk ikan lele betina.
        2. Ciri-ciri induk lele betina
          • Kepalanya lebih besar dibanding induk lele jantan.
          • Warna kulit dada agak terang.
          • Urogenital papilla (kelamin) berbentuk oval (bulat daun), berwarna kemerahan, lubangnya agak lebar dan terletak di belakang anus.
          • Gerakannya lambat, tulang kepala pendek dan agak cembung.
          • Perutnya lebih gembung dan lunak.
          • Bila bagian perut di stripping secara manual dari bagian perut ke arah ekor akan mengeluarkan cairan kekuning-kuningan (ovum/telur).
        3. Syarat induk lele yang baik:
          • Kulitnya lebih kasar dibanding induk lele jantan.
          • Induk lele diambil dari lele yang dipelihara dalam kolam sejak kecil supaya terbiasa hidup di kolam.
          • Berat badannya berkisar antara 100-200 gram, tergantung kesuburan badan dengan ukuran panjang 20-5 cm.
          • Bentuk badan simetris, tidak bengkok, tidak cacat, tidak luka, dan lincah.
          • Umur induk jantan di atas tujuh bulan, sedangkan induk betina berumur satu tahun.
          • Frekuensi pemijahan bisa satu bula sekali, dan sepanjang hidupnya bisa memijah lebih dari 15 kali dengan syarat apabila makanannya
            mengandung cukup protein.
        4. Ciri-ciri induk lele siap memijah adalah calon induk terlihat mulai berpasang-pasangan, kejar-kejaran antara yang jantan dan yang betina. Induk tersebut segera ditangkap dan ditempatkan dalam kolam tersendiri untuk dipijahkan.
        5. Perawatan induk lele:
          • Selama masa pemijahan dan masa perawatan, induk ikan lele diberi makanan yang berkadar protein tinggi seperti cincangan daging
            bekicot, larva lalat/belatung, rayap atau makanan buatan (pellet). Ikan lele membutuhkan pellet dengan kadar protein yang relatif
            tinggi, yaitu ± 60%. Cacing sutra kurang baik untuk makanan induk lele, karena kandungan lemaknya tinggi. Pemberian cacing sutra
            harus dihentikan seminggu menjelang perkawinan atau pemijahan.
          • Makanan diberikan pagi hari dan sore hari dengan jumlah 5-10% dari berat total ikan.
          • Setelah benih berumur seminggu, induk betina dipisahkan, sedangkan induk jantan dibiarkan untuk menjaga anak-anaknya. Induk jantan baru bisa dipindahkan apabila anak-anak lele sudah berumur 2 minggu.
          • Segera pisahkan induk-induk yang mulai lemah atau yang terserang penyakit untuk segera diobati.
          • Mengatur aliran air masuk yang bersih, walaupun kecepatan aliran tidak perlu deras, cukup 5-6 liter/menit.
      2. Pemijahan Tradisional
        1. Pemijahan di Kolam Pemijahan
          1. Kolam induk:
            • Kolam dapat berupa tanah seluruhnya atau tembok sebagian dengan dasar tanah.
            • Luas bervariasi, minimal 50 m2.
            • Kolam terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian dangkal (70%) dan bagian dalam (kubangan) 30 % dari luas kolam. Kubangan ada di bagian tengah kolam dengan kedalaman 50-60 cm, berfungsi untuk bersembunyi induk, bila kolam disurutkan airnya.
            • Pada sisi-sisi kolam ada sarang peneluran dengan ukuran 30x30x25 cm3, dari tembok yang dasarnya dilengkapi saluran pengeluaran dari pipa paralon diamneter 1 inchi untuk keluarnya banih ke kolam pendederan.
            • Setiap sarang peneluran mempunyai satu lubang yang dibuat dari pipa paralon (PVC) ukuran ± 4 inchi untuk masuknya induk-induk lele.
            • Jarak antar sarang peneluran ± 1 m.
            • Kolam dikapur merata, lalu tebarkan pupuk kandang (kotoran ayam) sebanyak 500-750 gram/m2.
            • Airi kolam sampai batas kubangan, biarkan selama 4 hari. Kolam Rotifera (cacing bersel tunggal):
            • Letak kolam rotifera di bagian atas dari kolam induk berfungi untuk menumbuhkan makanan alami ikan (rotifera).
            • Kolam rotifera dihubungkan ke kolam induk dengan pipa paralon untuk mengalirkan rotifera.
            • Kolam rotifera diberi pupuk organik untuk memenuhi persyaratan tumbuhnya rotifera.
            • Luas kolam ± 10 m2.
          2. Pemijahan:
            • Siapkan induk lele betina sebanyak 2 x jumlah sarang yang tersedia dan induk jantan sebanyak jumlah sarang; atau satu pasang per sarang; atau satu pasang per 2-4 m2 luas kolam (pilih salah satu).
            • Masukkan induk yang terpilih ke kubangan, setelah kubangan diairi selama 4 hari.
            • Beri/masukkan makanan yang berprotein tinggi setiap hari seperti cacing, ikan rucah, pellet dan semacamnya, dengan dosis (jumlah berat makanan) 2-3% dari berat total ikan yang ditebarkan .
            • Biarkan sampai 10 hari.
            • Setelah induk dalam kolam selama 10 hari, air dalam kolam dinaikkan sampai 10-15 cm di atas lubang sarang peneluran atau kedalaman air dalam sarang sekitar 20-25 cm. Biarkan sampai 10 hari. Pada saat ini induk tak perlu diberi makan, dan diharapkan selama 10 hari berikutnya induk telah memijah dan bertelur. Setelah 24 jam, telur telah menetas di sarang, terkumpullah benih lele. Induk lele yang baik bertelur 2-3 bulan satu kali bila makanannya baik dan akan bertelur terus sampai umur 5 tahun.
            • Benih lele dikeluarkan dari sarnag ke kolam pendederan dengan cara: air kolam disurutkan sampai batas kubangan, lalu benih
              dialirkan melalui pipa pengeluaran.
            • Benih-benih lele yang sudah dipindahkan ke kolam pendederan diberi makanan secara intensif, ukuran benih 1-2 cm, dengan
              kepadatan 60 -100 ekor/m2.
            • Dari seekor induk lele dapat menghasilkan ± 2000 ekor benih lele. Pemijahan induk lele biasanya terjadi pada sore hari atau malam hari.
        2. Pemijahan di Bak Pemijahan Secara Berpasangan
          1. Penyiapan bak pemijahan secara berpasangan:
            • Buat bak dari semen atau teraso dengan ukuran 1 x 1 m atau 1 x 2 m dan tinggi 0,6 m.
            • Di dalam bak dilengkapi kotak dari kayu ukuran 25 x 40x30 cm tanpa dasar sebagai sarang pemijahan. Di bagian atas diberi lubang dan diberi tutup untuk melihat adanya telur dalam sarang. Bagian depan kotak/sarang pemijahan diberi enceng gondok supaya kotak menjadi gelap.
            • Sarang pemijahan dapat dibuat pula dari tumpukan batu bata atau ember plastik atau barang bekas lain yang memungkinkan.
            • Sarang bak pembenihan diberi ijuk dan kerikil untuk menempatkan telur hasil pemijahan.
            • Sebelum bak digunakan, bersihkan/cuci dengan air dan bilas dengan formalin 40 % atau KMnO4 (dapat dibeli di apotik); kemudian bilas lagi dengan air bersih dan keringkan.
          2. Pemijahan:
            • Tebarkan I (satu) pasang induk dalam satu bak setelah bak diisi air setinggi ± 25 cm. Sebaiknya airnya mengalir. Penebaran dilakukan pada jam 14.00–16.00.
            • Biarkan induk selama 5-10 hari, beri makanan yang intensif. Setelah ± 10 hari, diharapkan sepasang induk ini telah memijah, bertelur dan dalam waktu 24 jam telur-telur telah menetas. Telur-telur yang baik adalah yang berwarna kuning cerah.
            • Beri makanan anak-anak lele yang masih kecil (stadium larva) tersebut berupa kutu air atau anak nyamuk dan setelah agak besar
              dapat diberi cacing dan telur rebus.
        3. Pemijahan di Bak Pemijahan Secara Masal
          1. Penyiapan bak pemijahan secara masal:
            • Buat bak dari semen seluas 20 m2 atau 50 m2, ukuran 2x10 m2 atau 5x10 m2.
            • Di luar bak, menempel dinding bak dibuat sarang pemijahan ukuran 30x30x30 cm3, yang dilengkapi dengan saluran pengeluaran benih dari paralon (PVC) berdiameter 1 inchi. Setiap sarang dibuatkan satu lubang dari paralon berdiameter 4 inchi.
            • Dasar sarang pemijahan diberi ijuk dan kerikil untuk tempat menempel telur hasil pemijahan.
            • Sebelum digunakan, bak dikeringkan dan dibilas dengan larutan desinfektan atau formalin, lalu dibilas dengan air bersih; kemudian keringkan.
          2. Pemijahan:
            • Tebarkan induk lele yang terpilih (matang telur) dalam bak pembenihan sebanyak 2xjumlah sarang , induk jantan sama banyaknya dengan induk betina atau dapat pula ditebarkan 25-50 pasang untuk bak seluas 50 m2 (5x10 m2), setelah bak pembenihan diairi setinggi 1 m.
            • Setelah 10 hari induk dalam bak, surutkan air sampai ketinggian 50- 60 cm, induk beri makan secara intensif.
            • Sepuluh hari kemudian, air dalam bak dinaikkan sampai di atas lubang sarang sehingga air dalam sarang mencapai ketinggian 20-25 cm.
            • Saat air ditinggikan diharapkan induk-induk berpasangan masuk sarang pemijahan, memijah dan bertelur. Biarkan sampai ± 10 hari.
            • Sepuluh hari kemudian air disurutkan lagi, dan diperkirakan telur-telur dalam sarang pemijahan telah menetas dan menjadi benih lele.
            • Benih lele dikeluarkan melalui saluran pengeluaran benih untuk didederkan di kolam pendederan.
      3. Pemijahan Buatan
        Cara ini disebut Induced Breeding atau hypophysasi yakni merangsang ikan lele untuk kawin dengan cara memberikan suntikan berupa cairan hormon ke dalam tubuh ikan. Hormon hipophysa berasal dari kelenjar hipophysa, yaitu hormon gonadotropin. Fungsi hormon gonadotropin:
        • Gametogenesis: memacu kematangan telur dan sperma, disebut Follicel Stimulating Hormon. Setelah 12 jam penyuntikan, telur mengalami ovulasi (keluarnya telur dari jaringan ikat indung telur). Selama ovulasi, perut ikan betina akan membengkak sedikit demi sedikit karena ovarium menyerap air. Saat itu merupakan saat yang baik untuk melakukan pengurutan perut (stripping).
        • Mendorong nafsu sex (libido)
    2. Perlakuan dan Perawatan Bibit
      1. Kolam untuk pendederan:
        1. Bentuk kolam pada minggu 1-2, lebar 50 cm, panjang 200 cm, dan tinggi 50 cm. Dinding kolam dibuat tegak lurus, halus, dan licin, sehingga apabila bergesekan dengan tubuh benih lele tidak akan melukai. Permukaan lantai agak miring menuju pembuangan air. Kemiringan dibuat beda 3 cm di antara kedua ujung lantai, di mana yang dekat tempat pemasukan air lebih tinggi. Pada lantai dipasang pralon dengan diameter 3-5 cm dan panjang 10 m.
        2. Kira-kira 10 cm dari pengeluaran air dipasang saringan yang dijepit dengan 2 bingkai kayu tepat dengan permukaan dalam dinding kolam. Di antara 2 bingkai dipasang selembar kasa nyamuk dari bahan plastik berukuran mess 0,5-0,7 mm, kemudian dipaku.
        3. Setiap kolam pendederan dipasang pipa pemasukan dan pipa air untuk mengeringkan kolam. Pipa pengeluaran dihubungkan dengan pipa
          plastik yang dapat berfungsi untuk mengatur ketinggian air kolam. Pipa plastik tersebut dikaitkan dengan suatu pengait sebagai gantungan.
        4. Minggu ketiga, benih dipindahkan ke kolam pendederan yang lain. Pengambilannya tidak boleh menggunakan jaring, tetapi dengan mengatur ketinggian pipa plastik.
        5. Kolam pendederan yang baru berukuran 100 x 200 x 50 cm, dengan bentuk dan konstruksi sama dengan yang sebelumnya.
      2. Penjarangan:
        1. Penjarangan adalah mengurangi padat penebaran yang dilakukan karena ikan lele berkembang ke arah lebih besar, sehingga volume
          ratio antara lele dengan kolam tidak seimbang.
          • Apabila tidak dilakukan penjarangan dapat mengakibatkan :
          • Ikan berdesakan, sehingga tubuhnya akan luka.
          • Terjadi perebutan ransum makanan dan suatu saat dapat memicu mumculnya kanibalisme (ikan yang lebih kecil dimakan oleh ikan
            yang lebih besar).
          • Suasana kolam tidak sehat oleh menumpuknya CO2 dan NH3, dan O2 kurang sekali sehingga pertumbuhan ikan lele terhambat.
        2. Cara penjarangan pada benih ikan lele :
          • Minggu 1-2, kepadatan tebar 5000 ekor/m2
          • Minggu 3-4, kepadatan tebar 1125 ekor/m2
          • Minggu 5-6, kepadatan tebar 525 ekor/m2
      3. Pemberian pakan:
        1. Hari pertama sampai ketiga, benih lele mendapat makanan dari kantong kuning telur (yolk sac) yang dibawa sejak menetas.
        2. Hari keempat sampai minggu kedua diberi makan zooplankton, yaitu Daphnia dan Artemia yang mempunyai protein 60%. Makanan tersebut diberikan dengan dosis 70% x biomassa setiap hari yang dibagi dalam 4 kali pemberian. Makanan ditebar disekitar tempat pemasukan air. Kira-kira 2-3 hari sebelum pemberian pakan zooplankton berakhir, benih lele harus dikenalkan dengan makanan dalam bentuk tepung yang berkadar protein 50%. Sedikit dari tepung tersebut diberikan kepada benih 10-15 menit sebelum pemberian zooplankton. Makanan yang berupa teoung dapat terbuat dari campuran kuning telur, tepung udang dan sedikit bubur nestum.
        3. Minggu ketiga diberi pakan sebanyak 43% x biomassa setiap hari.
        4. Minggu keempat dan kelima diberi pakan sebanyak 32% x biomassa setiap hari.
        5. Minggu kelima diberi pakan sebanyak 21% x biomassa setiap hari.
        6. Minggu ketiga diberi pakan sebanyak 43% x biomassa setiap hari.
        7. Minggu keenam sudah bisa dicoba dengan pemberian pelet apung.
      4. Pengepakan dan pengangkutan benih
        1. Cara tertutup:
          • Kantong plastik yang kuat diisi air bersih dan benih dimasukkan sedikit demi sedikit. Udara dalam plastik dikeluarkan. O2 dari tabung dimasukkan ke dalam air sampai volume udara dalam plastik 1/3–1/4 bagian. Ujung plastik segera diikat rapat.
          • Plastik berisi benih lele dimasukkan dalam kardus atau peti supaya tidak mudah pecah.
        2. Cara terbuka dilakukan bila jarak tidak terlalu jauh:
          • Benih lele dilaparkan terlebih dahulu agar selama pengangkutan, air tidak keruh oleh kotoran lele. (Untuk pengangkutan lebih dari 5 jam).
          • Tempat lele diisi dengan air bersih, kemudian benih dimasukkan sedikit demi sedikit. Jumlahnya tergantung ukurannya. Benih ukuran
            10 cm dapat diangkut dengan kepadatan maksimal 10.000/m3 atau 10 ekor/liter. Setiap 4 jam, seluruh air diganti di tempat yang teduh.
  3. Pemeliharaan Pembesaran
    1. Pemupukan
      1. Sebelum digunakan kolam dipupuk dulu. Pemupukan bermaksud untuk menumbuhkan plankton hewani dan nabati yang menjadi makanan alami bagi benih lele.
      2. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang (kotoran ayam) dengan dosis 500-700 gram/m 2 . Dapat pula ditambah urea 15 gram/m2, TSP 20 gram/m 2 , dan amonium nitrat 15 gram/m 2 . Selanjutnya dibiarkan selama 3 hari.
      3. Kolam diisi kembali dengan air segar. Mula-mula 30-50 cm dan dibiarkan selama satu minggu sampai warna air kolam berubah menjadi coklat atau kehijauan yang menunjukkan mulai banyak jasad-jasad renik yang tumbuh sebagai makanan alami lele.
      4. Secara bertahap ketinggian air ditambah, sebelum benih lele ditebar.
    2. Pemberian Pakan
      1. Makanan Alami Ikan Lele
        1. Makanan alamiah yang berupa Zooplankton, larva, cacing-cacing, dan serangga air.
        2. Makanan berupa fitoplankton adalah Gomphonema spp (gol. Diatome), Anabaena spp (gol. Cyanophyta), Navicula spp (gol. Diatome),
          ankistrodesmus spp (gol. Chlorophyta).
        3. Ikan lele juga menyukai makanan busuk yang berprotein.
        4. Ikan lele juga menyukai kotoran yang berasal dari kakus.
      2. Makanan Tambahan
        1. Pemeliharaan di kecomberan dapat diberi makanan tambahan berupa sisa-sisa makanan keluarga, daun kubis, tulang ikan, tulang ayam yang dihancurkan, usus ayam, dan bangkai.
        2. Campuran dedak dan ikan rucah (9:1) atau campuran bekatul, jagung, dan bekicot (2:1:1).
      3. Makanan Buatan (Pellet)
        1. Komposisi bahan (% berat): tepung ikan=27,00; bungkil kacang kedele=20,00; tepung terigu=10,50; bungkil kacang tanah=18,00;
          tepung kacang hijau=9,00; tepung darah=5,00; dedak=9,00; vitamin=1,00; mineral=0,500;
        2. Proses pembuatan:
          Dengan cara menghaluskan bahan-bahan, dijadikan adonan seperti pasta, dicetak dan dikeringkan sampai kadar airnya kurang dari 10%.
          Penambahan lemak dapat diberikan dalam bentuk minyak yang dilumurkan pada pellet sebelum diberikan kepada lele. Lumuran minyak
          juga dapat memperlambat pellet tenggelam.
        3. Cara pemberian pakan:
          • Pellet mulai dikenalkan pada ikan lele saat umur 6 minggu dan diberikan pada ikan lele 10-15 menit sebelum pemberian makanan
            yang berbentuk tepung.
          • Pada minggu 7 dan seterusnya sudah dapat langsung diberi makanan yang berbentuk pellet.
          • Hindarkan pemberian pakan pada saat terik matahari, karena suhu tinggi dapat mengurangi nafsu makan lele.
    3. Pemberian Vaksinasi
      Cara-cara vaksinasi sebelum benih ditebarkan:
      1. Untuk mencegah penyakit karena bakteri, sebelum ditebarkan, lele yang berumur 2 minggu dimasukkan dulu ke dalam larutan formalin dengan
        dosis 200 ppm selama 10-15 menit. Setelah divaksinasi lele tersebut akan kebal selama 6 bulan.
      2. Pencegahan penyakit karena bakteri juga dapat dilakukan dengan menyutik dengan terramycin 1 cc untuk 1 kg induk.
      3. Pencegahan penyakit karena jamur dapat dilakukan dengan merendam lele dalam larutan Malachite Green Oxalate 2,5–3 ppm selama 30 menit.
    4. Pemeliharaan Kolam/Tambak
      1. Kolam diberi perlakuan pengapuran dengan dosis 25-200 gram/m2 untuk memberantas hama dan bibit penyakit.
      2. Air dalam kolam/bak dibersihkan 1 bulan sekali dengan cara mengganti semua air kotor tersebut dengan air bersih yang telah diendapkan 2
        malam.
      3. Kolam yang telah terjangkiti penyakit harus segera dikeringkan dan dilakukan pengapuran dengan dosis 200 gram/m 2 selama satu minggu.
        Tepung kapur (CaO) ditebarkan merata di dasar kolam, kemudian dibiarkan kering lebih lanjut sampai tanah dasar kolam retak-retak.
7. HAMA DAN PENYAKIT
  1. Hama dan Penyakit
    1. Hama pada lele adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu kehidupan lele.
    2. Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang lele antara lain: berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air, ikan
      gabus dan belut.
    3. Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering menyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan lele secara intensif tidak
      banyak diserang hama. Penyakit parasit adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang berukuran kecil.
      1. Penyakit karena bakteri Aeromonas hydrophilla dan Pseudomonas hydrophylla
        Bentuk bakteri ini seperti batang dengan polar flage (cambuk yang terletak di ujung batang), dan cambuk ini digunakan untuk bergerak, berukuran 0,7–0,8 x 1–1,5 mikron. Gejala: iwarna tubuh menjadi gelap, kulit kesat dan timbul pendarahan, bernafas megap-megap di permukaan air. Pengendalian: memelihara lingkungan perairan agar tetap bersih, termasuk kualitas air. Pengobatan melalui makanan antara lain: (1) Terramycine dengan dosis 50 mg/kg ikan/hari, diberikan selama 7–10 hari berturut-turut. (2) Sulphonamid sebanyak 100 mg/kg ikan/hari selama 3–4 hari.
      2. Penyakit Tuberculosis
        Penyebab: bakteri Mycobacterium fortoitum). Gejala: tubuh ikan berwarna gelap, perut bengkak (karena tubercle/bintil-bintil pada hati, ginjal, dan limpa). Posisi berdiri di permukaan air, berputar-putar atau miring-miring, bintik putih di sekitar mulut dan sirip. Pengendalian: memperbaiki kualitas air dan lingkungan kolam. Pengobatan: dengan Terramycin dicampur dengan makanan 5–7,5 gram/100 kg ikan/hari selama 5–15 hari.
      3. Penyakit karena jamur/candawan Saprolegnia.
        Jamur ini tumbuh menjadi saprofit pada jaringan tubuh yang mati atau ikan yang kondisinya lemah. Gejala: ikan ditumbuhi sekumpulan benang halus seperti kapas, pada daerah luka atau ikan yang sudah lemah, menyerang daerah kepala tutup insang, sirip, dan tubuh lainnya. Penyerangan pada telur, maka telur tersebut diliputi benang seperti kapas. Pengendalian: benih gelondongan dan ikan dewasa direndam pada Malachyte Green Oxalate 2,5–3 ppm selama 30 menit dan telur direndam Malachyte Green Oxalate 0,1–0,2 ppm selama 1 jam atau 5–10 ppm selama 15 menit.
      4. Penyakit Bintik Putih dan Gatal/Trichodiniasis
        Penyebab: parasit dari golongan Ciliata, bentuknya bulat, kadang-kadang amuboid, mempunyai inti berbentuk tapal kuda, disebut Ichthyophthirius multifilis. Gejala: (1) ikan yang diserang sangat lemah dan selalu timbul di permukaan air; (2) terdapat bintik-bintik berwarna putih pada kulit, sirip dan insang; (3) ikan sering menggosok-gosokkan tubuh pada dasar atau dinding kolam. Pengendalian: air harus dijaga kualitas dan kuantitasnya. Pengobatan: dengan cara perendaman ikan yang terkena infeksi pada campuran larutan Formalin 25 cc/m3 dengan larutan Malachyte Green Oxalate 0,1 gram/m3 selama 12–24 jam, kemudian ikan diberi air yang segar. Pengobatan diulang setelah 3 hari.
      5. Penyakit Cacing Trematoda
        Penyebab: cacing kecil Gyrodactylus dan Dactylogyrus. Cacing Dactylogyrus menyerang insang, sedangkan cacing Gyrodactylus menyerang kulit dan sirip. Gejala: insang yang dirusak menjadi luka-luka, kemudian timbul pendarahan yang akibatnya pernafasan terganggu. Pengendalian: (1) direndam Formalin 250 cc/m 3 air selama 15 menit; (2) Methyline Blue 3 ppm selama 24 jam; (3) mencelupkan tubuh ikan ke dalam larutan Kalium -Permanganat (KMnO4) 0,01% selama ± 30 menit; (4) memakai larutan NaCl 2% selama ± 30 menit; (5) dapat juga memakai larutan NH4OH 0,5% selama ± 10 menit.
      6. Parasit Hirudinae
        Penyebab: lintah Hirudinae, cacing berwarna merah kecoklatan. Gejala: pertumbuhannya lambat, karena darah terhisap oleh parasit, sehingga
        menyebabkan anemia/kurang darah. Pengendalian: selalu diamati pada saat mengurangi padat tebar dan dengan larutan Diterex 0,5 ppm.
  2. Hama Kolam/Tambak
    Apabila lele menunjukkan tanda-tanda sakit, harus dikontrol faktor penyebabnya, kemudian kondisi tersebut harus segera diubah, misalnya :
    1. Bila suhu terlalu tinggi, kolam diberi peneduh sementara dan air diganti dengan yang suhunya lebih dingin.
    2. Bila pH terlalu rendah, diberi larutan kapur 10 gram/100 l air.
    3. Bila kandungan gas-gas beracun (H2S, CO2), maka air harus segera diganti.
    4. Bila makanan kurang, harus ditambah dosis makanannya.
8. PANEN
  1. Penangkapan
    Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemanenan:
    1. Lele dipanen pada umur 6-8 bulan, kecuali bila dikehendaki, sewaktu-waktu dapat dipanen. Berat rata-rata pada umur tersebut sekitar 200 gram/ekor.
    2. Pada lele Dumbo, pemanenan dapat dilakukan pada masa pemeliharaan 3-4 bulan dengan berat 200-300 gram per ekornya. Apabila waktu pemeliharaan ditambah 5-6 bulan akan mencapai berat 1-2 kg dengan panjang 60-70 cm.
    3. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari supaya lele tidak terlalu kepanasan.
    4. Kolam dikeringkan sebagian saja dan ikan ditangkap dengan menggunakan seser halus, tangan, lambit, tangguh atau jaring.
    5. Bila penangkapan menggunakan pancing, biarkan lele lapar lebih dahulu.
    6. Bila penangkapan menggunakan jaring, pemanenan dilakukan bersamaan dengan pemberian pakan, sehingga lele mudah ditangkap.
    7. Setelah dipanen, piaralah dulu lele tersebut di dalam tong/bak/hapa selama 1-2 hari tanpa diberi makan agar bau tanah dan bau amisnya hilang.
    8. Lakukanlah penimbangan secepat mungkin dan cukup satu kali.
  2. Pembersihan
    Setelah ikan lele dipanen, kolam harus dibersihkan dengan cara:
    1. Kolam dibersihkan dengan cara menyiramkan/memasukkan larutan kapur sebanyak 20-200 gram/m 2 pada dinding kolam sampai rata.
    2. Penyiraman dilanjutkan dengan larutan formalin 40% atau larutan permanganat kalikus (PK) dengan cara yang sama.
    3. Kolam dibilas dengan air bersih dan dipanaskan atau dikeringkan dengan sinar matahari langsung. Hal ini dilakukan untuk membunuh penyakit yang
      ada di kolam.
9. PASCAPANEN
  1. Setelah dipanen, lele dibersihkan dari lumpur dan isi perutnya. Sebelum dibersihkan sebaiknya lele dimatikan terlebih dulu dengan memukul kepalanya memakai muntu atau kayu.
  2. Saat mengeluarkan kotoran, jangan sampai memecahkan empedu, karena dapat menyebabkan daging terasa pahit.
  3. Setelah isi perut dikeluarkan, ikan lele dapat dimanfaatkan untuk berbagai ragam masakan.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
  1. Analisis Usaha Budidaya
    Analisis Usaha Pembenihan Ikan Lele Dumbo di Desa Bendosewu, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar adalah sebagai berikut:
    1. Biaya produksi
      1. Lahan
        • Tanah 123 m 2 Rp. 123.000,-
        • Kolam 9 buah Rp. 1.230.000,-
        • Perawatan kolam Rp. 60.000,-
      2. Bibit/benih
        • betina 40 ekor @ Rp. 12.000,- Rp. 480.000,-
        • jantan 10 ekor @ Rp. 10.000,- Rp. 100.000,-
      3. Pakan
        • Pakan benih Rp. 14.530.300,-
        • Pakan induk Rp. 4.818.000,-
      4. Obat-obatan Rp. 42.000,-
      5. Peralatan
        • pompa air3 bh @ Rp. 110.000,- Rp. 330.000,-
        • diesel 1 bh @ Rp. 600.000,- Rp. 600.000,-
        • sikat 1.bh @.Rp. 25.000,- Rp. 25.000,-
        • jaring 1 bh @.Rp. 150.000,- Rp. 150.000,-
        • bak 5 bh @ Rp. 3.000,- Rp. 15.000,-
        • timba 7 bh @.Rp. 3.000,- Rp. 21.000,-
        • alat seleksi 6 bh @.Rp. 4.000,- Rp. 24.000,-
        • ciruk 5 bh @. Rp. 1.500,- Rp. 7.500,-
        • gayung 5 bh @. Rp.1.000,- Rp. 5.000,-
        • selang Rp. 90.000,-
        • paralon Rp. 70.000,-
        • Perawatan alat Rp. 120.000,-
      6. Tenaga kerja Rp. 420.000,-
      7. Lain-lain Rp. 492.000,-
      8. Biaya tak terduga 10% Rp. 2.522.800,-
        Jumlah biaya produksi Rp. 5.045.600,-
    2. Pendapatan Rp. 2.220.000,-
    3. Keuntungan Rp. 7.174.400,-
    4. Parameter kelayakan usaha 25%
    5. BEP dalam unit (ekor)
      • ukuran 1 1.138
      • ukuran 2 325.049
      • ukuran 3 65.010
      • ukuran 4 6.501
      • ukuran 5 11.377
      • ukuran 6 260
  2. Gambaran Peluang Agribisnis
    Budidaya ikan lele, baik dalam bentuk pembenihan maupun pembesaran mempunyai prospek yang cukup baik. Permintaan konsumen akan keberadaan
    ikan lele semakin meningkat. Dengan teknik pemeliharaan yang baik, maka akan diperoleh hasil budidaya yang memuaskan dan diminati konsumen.
11. DAFTAR PUSTAKA
  1. Arifin, M.Z. 1991. Budidaya lele. Dohara prize. Semarang.
  2. Djamiko, H., Rusdi, T. 1986. Lele. Budidaya, Hasil Olah dan Analisa Usaha. C.V. Simplex. Jakarta.
  3. Djatmika, D.H., Farlina, Sugiharti, E. 1986. Usaha Budidaya Ikan Lele. C.V. Simplex. Jakarta.
  4. Najiyati, S. 1992. Memelihara Lele Dumbo di Kolam Taman. Penerbit Swadaya. Jakarta.
  5. Simanjutak, R.H. 1996. Pembudidayaan Ikan Lele Lokal dan Dumbo. Bhratara. Jakarta.
  6. Soetomo, M.H.A. 1987. Teknik Budidaya Ikan Lele Dumbo. Sinar Baru. Bandung.
  7. Susanto, H. 1987. Budidaya ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta.
12. KONTAK HUBUNGAN
Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS;
Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas