INFO PRAKIRAAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN(PDPI) dari KKP [13-15 September 2013 ] : DPI Jawa Bali dan Nusa Tenggara : DPI (122’34’’21.9’’’BT, 9’12’’3.1’’’LS) Potensi (111’18’’54.2’’’BT, 8’46’’7.7’’’LS) (112’4’’59.4’’’BT, 8’27’’50.7’’’LS) (115’28’’3.7’’’, 9’7’’43.9’’’LS) (115’26’’37.2’’’BT, 9’26’’27.2’’’LS) (107’17’’23.2’’’BT, 8’0’’2.5’’’LS) DPI Kalimantan : -- DPI Maluku Papua : -- DPI Sumatera : Potensi (104’55’’48.3’’’BT, 6’27’’52.0’’’LS) DPI Sulawesi : Potensi (118’43’’55.8’’’BT, 1’45’’35.1’’’LS)

Thursday, October 27, 2011

Perkembangan Sistem Digital dan Aplikasinya di bidang Kelautan dan Perikanan

Perkembangan Sistem Digital dan Aplikasinya di bidang Kelautan dan Perikanan

Perkembangan teknologi dalam bidang elektronika sangat pesat, kalau beberapa tahun yang lalu rangakaian elektronika menggunakan komponen tabung hampa, komponen diskrit, seperti dioda, transistor, maka sekarang sudah lain, yaitu menggunakan sistem digital, dan dalam peralatan digital penyajian data atau informasi merupakan susunan angka-angka yang dinyatakan dalam bentuk digital(rangkaian logika).
           Keuntungan dari sistem komunikasi digital adalah bahwa kita berhubungan dengan nilai-nilai, bukan dengan bentuk gelombang. Nilai-nilai bisa dimanipulasi dengan rangkaian rangkaian logika, atau jika perlu, dengan mikroprosesor. Operasi-operasi matematika yang rumit bisa secara mudah ditampilkan untuk mendapatkan fungsi-fungsi pemrosesan sinyal atau keamanan dalam transmisi sinyal. Keuntungan ketiga berhubungan dengan range dinamis. Kita dapat mengilustrasikan hubungan ini dalam sebuah contoh. Perekaman disk piringan hitam analog mempunyai masalah terhadap range dinamik yang terbatas. Suara-suara yang sangat keras memerlukan variasi bentuk alur yang ekstrim, dan sulit bagi jarum perekam untuk mengikuti variasi-variasi tersebut. Sementara perekaman secara digital tidak mengalami masalah, karena semua nilai amplitudo-nya, baik yang sangat tinggi maupun yang sangat rendah, ditransmisikan menggunakan urutan sinyal terbatas yang sama. Namun di dunia ini tidak ada yang ideal, demikian pula halnya dengan sistem komunikasi digital.
            Kerugian sistem digital dibandingkan dengan sistem analog adalah, bahwa sistem digital memerlukan bandwidth yang besar. Sebagai contoh, sebuah kanal suara tunggal dapat ditransmisikan menggunakan single -sideband AM dengan bandwidth yang kurang dari 5 kHz. Dengan menggunakan sistem digital, untuk mentransmisikan sinyal yang sama, diperlukan bandwidth hingga empat kali dari sistem analog. Kerugian yang lain adalah selalu harus tersedia sinkronisasi. Ini penting bagi sistem untuk mengetahui kapan setiap simbol yang terkirim mulai dan kapan berakhir, dan perlu meyakinkan apakah setiap simbol sudah terkirim dengan benar.
 Teknologi digital pada dasarnya hanyalah sistem menghitung sangat cepat yang memproses semua bentuk informasi sebagai nilai-nilai numeris. Sebagai contoh sederhananya adalah pada kalkulator. Di masa kini sistem digital telah mengalami perkembangan yang sangat pesat dan hapir dapat kita temukan dimana saja kita berada tanpa kita menyadarinya.
Dalam bidang kelautan dan perikanan aplikasi sistem digital telah banyak digunakan seperti penggunaan GPS untuk navigasi di laut, SIG untuk eksplorasi kelutan, instrumentasi kelauatan, akustik kelautan, digital komputer, dan lain-lain.

            Global Positioning System (GPS) merupakan sistem koordinat global yang dapat menentukan koordinat posisi benda dimana saja di bumi baik koordinat lintang, bujur, maupun ketinggiannya. Teknologi ini sudah menjadi standar untuk digunakan pada dunia pelayaran dan penerbangan di dunia. Kita pun dapat memanfaatkannya untuk kebutuhan kita sendiri.

           Sistem GPS dapat memberikan data koordinat global karena didukung oleh informasi dari 24 satelit yang ada pada ketinggian orbit sekitar 11.000 mil di atas bumi. Satelit-satelit tersebut terbagi atas 6 bidang orbit yang berbeda dengan masing-masing bidang orbit diisi oleh 4 satelit. Dengan konfigurasi seperti ini, maka setiap titik di bumi selalu akan dapat ditentukan koordinatnya oleh GPS setiap saat selama 24 jam penuh perhari.

Sistem Informasi Geografi (SIG) adalah system yang berbasis komputer yang digunakan untuk memetakan kondisi dan peristiwa yang terjadi di muka bumi dan dapat juga dipakai untuk menyimpan, memanipulasi, dan menganalisis informasi geografi. Teknologi ini berkembang pesat sejalan dengan perkembangan teknologi informatika atau teknologi komputer. Informasi permukaan bumi telah berabad-abad disajikan dalam bentuk peta. Peta-peta umum (general purpose) menggambarkan suatu topografi suatu daerah ataupun batas-batas (administrative) suatu wilayah atau Negara. Sedangkan peta tematik (thematic) secara khusus menampilkan distribusi keruangan (sepatial distribution) kenampakan-kenampakan seperti geologi, geomorfologi, tanah, vegetasi, atau sumber daya alam lainnya.

Digital Computer Digunakan untuk data berbentuk angka atau huruf Keunggulan : – Memproses data lebih tepat dibandingkan dengan komputer analog – Dapat menyimpan data selama masih dibutuhkan oleh proses – Dapat melakukan operasi logika – Data yang telah dimasukkan dapat dikoreksi atau dihapus – Output dari komputer digital dapat berupa angka, huruf, atau grafik.

Metode akustik merupakan proses-proses pendeteksian target di laut dengan mempertimbangkan proses-proses perambatan suara; karakteristik suara (frekuensi, pulsa, intensitas); faktor lingkungan / medium; kondisi target dan lainnya.  Aplikasi metode ini dibagi menjadi 2, yaitu sistem akustik pasif dan sistem akustik aktif.  Salah satu aplikasi dari sistem aplikasi aktif yaitu Sonar yang digunakan untuk penentuan batimetri.Sonar (Sound Navigation And Ranging): Berupa sinyal akustik yang diemisikan dan refleksi yang diterima dari objek dalam air (seperti ikan atau kapal selam) atau dari dasar laut. Bila gelombang akustik bergerak vertikal ke dasar laut dan kembali, waktu yang diperlukan digunakan untuk mengukur kedalaman air, jika c juga diketahui (dari pengukuran langsung atau dari data temperatur, salinitas dan tekanan).Ini adalah prinsip echo-sounder yang sekarang umum digunakan oleh kapal-kapal sebagai bantuan navigasi. Echo-sounder komersil mempunyai lebar sinar 30-45o vertikal tetapi untuk aplikasi khusus (seperti pelacakan ikan atau kapal selam atau studi lanjut dasar laut) lebar sinar yang digunakan kurang 5o dan arahnya dapat divariasikan.

Altimetri adalah Radar (Radio Detection and Ranging) gelombang mikro yang dapat digunakan untuk mengukur jarak vertikal antara permukaan bumi dengan wahana antariksa (satelit atau pesawat terbang). Pengukuran ini dapat menghasilkan topografi permukaan laut sehingga dapat menduga geoid laut, arus permukaan dan ketinggian gelombang. Inderaja altimetri untuk topografi permukaan laut pertama kali dikembangkan sejak peluncuran SKYLAB dengan sensor atau radiometer yang disebut S-193. Satelit altimetri yaitu : GEOS-3, SEASAT, ERS-1, dan yang terakhir yang sangat terkenal adalah TOPEX/POSEIDON. Satelit terakhir ini adalah satelit misi bersama antara Amerika Serikat (NASA) dengan Perancis (Susilo, 2000).

          Satelit altimetri memiliki prinsip penggambaran bentuk paras laut dimana bentuk tersebut menyerupai bentuk dasar laut dengan pertimbangan gravitasi yang mempengaruhi paras laut dan hubungan antara gravitasi dan topografi dasar laut yang bervariasi sesuai dengan wilayah. Satelit altimetri juga memberikan bentuk gambaran paras muka laut. Satelit ini mengukur tinggi paras muka laut relatif terhadap pusat massa bumi. Sistem satelit ini memiliki radar yang dapat mengukur ketinggian satelit di atas permukaan laut dan sistem tracking untuk menentukan tinggi satelit pada koordinat geosentris. Satelit Altimetri diperlengkapi dengan pemancar pulsa radar (transmiter), penerima pulsa radar yang sensitif (receiver), serta jam berakurasi tinggi.  Pada sistem ini, altimeter radar yang dibawa oleh satelit memancarkan pulsa-pulsa gelombang elektromagnetik (radar) kepermukaan laut.  Pulsa-pulsa tersebut dipantulkan balik oleh permukaan laut dan diterima kembali oleh satelit. Informasi utama yang ingin ditentukan dengan satelit altimetri adalah topografi dari muka laut.  Hal ini dilakukan dengan mengukur ketinggian satelit di atas permukaan laut dengan menggunakan waktu tempuh dari pulsa radar yang dikirimkan kepermukaan laut, dan dipantulkan kembali ke satelit. (Heri Andreas dalam Hasanuddin Z A)

Intrumentasi kelautan dalam bentuk digital kini telah diterapkan pada alat-alat pengukur parameter fisika kimia laut seperti pada alat salinometer yang dipakai untuk mengukur tingkat salinitas air laut, conductivity meter yang dipakai untuk mengukur tingkat daya hantar listrik air laut dan lain sebagainya.
Berikut ini adalah contoh-contoh instrumentasi kelautan untuk kepentingan riset dibidang kelautan dan perikanan diantaranya adalah :
1.        Wich
2.        CTD ( Conductivity Temperature Depth)
3.        Current Meter
4.        Buoy
5.        Sensor Suhu dan Salinitas
6.        Sensor/Pencacah Arus
7.        Electrosampling Gear
8.        Fry counter
9.        dll.


Daftar Pustaka

Hasanuddin Z A. 2006. Satelit Altimetri  High Tech Tool for Ocean data parameter Collection. Kelompok Keilmuan Geodesi-FTSL. Institut Teknologi Bandung.

Supangat, Agus dan Susanna.  2003.  Pengantar Oseanografi.  Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Non-Hayati Badan Riset Kelautan dan Perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Susilo, Setyo Budi. 2000. Penginderaan Jauh Kelautan Terapan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.





Penjelasan Tentang Software MATLAB

1. Penjelasan Tentang Software MATLAB
MATLAB merupakan singkatan dari MATrix LABoratory. Program ini diawali dengan tindakan Cleve Moler yang bergabung dengan koleganya pada pertengahan tahun 1970 demi mengembangkan sebuah software dengan biaya dari The National Science Foundation untuk tujuan membuat subrutin-subrutin dalam pustaka FORTRAN yang dinamai LINPACK dan EISPACK. LINPACK berisi koleksi subrutin untuk penyelesaian persamaan linear, sementara EISPACK adalah koleksi subrutin untuk penyelesaian masalah nilai pribadi (eigenvalue). Baik LINPACK maupun EISPACK pada prinsipnya merupakan program untuk komputasi matriks (Winarno, 2010).
    2.  Sejarah perkembangan MATLAB
        Pada pertengahan tahun 1970, Cleve Moler dan beberapa rekan tergabung dalam       suatu team pengembangan software yang dibiayai oleh The National Science Foundation untuk tujuan membuat subrutin-subrutin dalam pustaka FORTRAN yang dinamai LINPACK dan EISPACK.  LINPACK berisi koleksi subrutin untuk penyelesaian persamaan linear, sementara EISPACK adalah koleksi subrutin untuk penyelesaian masalah nilai pribadi (eigenvalue). Baik LINPACK maupun EISPACK pada prinsipnya merupakan program untuk komputasi matriks.
      Pada penghujung tahun 1970, Cleve ingin dapat mengajarkan kepada mahasiswa     materi aljabar linear di Universitas New Mexico menggunakan LINPACK dan EISPACK tanpa harus menulis rutin-rutin program dalam bahasa FORTRAN. Berdasar keinginan tersebut, Cleve mulai menulis program untuk memberikan kemudahan akses interaktif pada LINPACK dan EISPACK. Cleve menamakan programnya dengan MATLAB yang merupakan singkatan dari MATrix LABoratory. Beberapa tahun kemudian, ketika Cleve berkunjung ke universitas lain untuk berbicara, atau sebagai Visiting Professor, Cleve meninggalkan duplikasi MATLABnya pada komputer di universitas tersebut. Hanya dalam satu atau dua tahun, MATLAB versi pertama ini telah menjadi pembicaraan orang, terutama yang berada dalam komunitas matematika terapan.
        Dari hasil kunjungan Cleve di Universitas Stanford, sekitar awal tahun 1983, John Little, seorang engineer, menampilkan MATLAB dengan memperkenalkan penerapan MATLAB yang potensial dalam bidang-bidang keteknikan. Karena itu, dalam tahun 1983, Little, Moler, dan Steve Bangert membentuk team untuk mengembangkan MATLAB generasi kedua. MATLAB versi ini dibuat menggunakan bahasa C dan terintegrasi dengan grafik. The MathWorks, Inc. didirikan tahun 1984 untuk memasarkan dan melanjutkan pengembangan MATLAB.
3. Contoh Program Matlab
      a. Untuk menentukan T-S diagram yang sangat berguna untuk menentukan properti massa air di oseanografi fisik terdapat program atau subroutine yang bernama t-s diagram Versi 7.8 yang dikembangkan oleh Vihang bhatt  pada 16 April 2009 dan dapat didownload di http://www.mathworks.com/matlabcentral/fileexchange/23796-t-s-diagram.
     b. Untuk membuat plot yang menunjukkan hubungan antara panjang gelombang, periode gelombang air dan kedalaman. Fungsi ini menghasilkan nomograph yang menunjukkan hubungan antara panjang gelombang, periode gelombang air dan kedalaman menggunakan persamaan dispersi yang dikembangkan oleh Gabriel Ruiz
pada 31 Agustus 2006  (Diperbarui 11 Feb 2008) dengan MATLAB 7 (R14) dan dapat didownload di http://www.mathworks.com/matlabcentral/fileexchange/12115-relationship-between-wavelength-wave-period-and-water-depth.
ontoh program (3.b) kita dapat mengubah kisaran kedalamannya yaitu 0-120 meter, selang periode gelombngnya 0,5 sekon dari T=4,5-17 sekon, dan panjang gelombangnya 0-450 meter atau sbb:
function wavelenvsth
% _____________________________________________________
% Fungsi ini untuk mendapatkan nomograph yang menunjukkan hubungan yang ada
% Antara panjang gelombang, periode gelombang dan kedalaman air dengan dispersi
% Persamaan.
%
% 0.
Sintaks:
%>> Wavelenvsth
%
% 1.
Input:
% Tidak ada.
%
% 2.
Hasil:
% Nomograph.
%
% 3. Contoh:
%>> Menjalankan (wavelenvsth)

% 4. Catatan:
% - Hanya yang diperlukan untuk menjalankan fungsi.
% - Dalam nomograph, adalah mengaktifkan modus kursor data dalam rangka
% Mendapatkan panjang gelombang dan kedalaman bimbang dalam fungsi periode air.
% - Kedalaman gelombang dalam meter.
% - Panjang gelombang dalam meter.
% 5. Referents:
%      Darlymple, R.G. and Dean R.A. (1999). Water Wave Mechanics
%              for Engineers and Scientist. Advanced Series on Ocean Engineering, Vol. 2
%              World Scientific. Singapure.
%      Le Mehuate, Bernard. (1976). An introduction to hidrodynamics and water waves.
%              Springer-Verlag. USA.
%
% Gabriel Ruiz.
% Jun-2006
% UNAM
%_______________________________________________________________________

%%%%%%%%%%  M A I N      F U N C T I O N   %%%%%%%%%%
% clear all; clc;
 h = 1:1:120;
    g = 9.81;
        T = 4.5;
            dh = h';
        m=1;
    fg =figure('Menubar', 'none', 'Name', 'Wavelength vs Period and Depth', 'NumberTitle', 'off',...
                    'Position' , [ 6 37 1011 697 ] , 'Color' , [ 0.87 0.87 0.87 ]);

    while T ~= 17
       
        for i=1:120
                    con = 1;
                        l(con) = 0;
                    l(con+1) = 1.56 * T ^ 2;
                   
                    while abs( l(con+1) - l(con) ) > 0.0001,
                                l(con+2) = ( ( 9.81 * T ^ 2 ) / ( 2 * pi ) ) * tanh( ( 2 * pi * h(i) ) / l(con+1) );
                                con = con + 1;
                    end
                   
                    L(i) =  l(con);
                    k = ( 2 * pi ) / L(i);
        end
       
        Ls{1,m} = L';  
            hold on
                fgh =plot(dh,Ls{1,m});
                    xlabel('Kedalaman Perairan (h), meter');
                        ylabel('Panjang Gelombang (L), meter');
                    xlim( [ 1 120 ] )
                set(fgh,'Color',rand(1,3));
            set(gca,'Box','on');
        drt = title('Panjang gelombang VS Periode dan Kedalaman', 'HorizontalAlignment' , 'center' , 'FontWeight', 'bold');
            set(gca, 'XGrid', 'off', 'XMinorTick', 'on' , 'YGrid' , 'off' , 'YMinorTick' , 'on', 'Fontsize', 8 );
                m = m+1;
                    T = 0.5+T;
    end
   
    T= 4.5:0.5:17;
        hj =length(T);
    textos2 = 'T = ';
   
    for i = 1 : hj
            stringer{i,1} = num2str(T(1,i));
            textos{i,1} = horzcat(textos2,stringer{i,1},' s');
    end
        asdk = legend(textos, 'Location', 'EastOutside');
            set(asdk, 'FontSize', 6);
                clc;
            datacursormode on;                       
        dcm_obj = datacursormode(fg);
       fundat = str2func('camdatos');
    set(dcm_obj, 'DisplayStyle', 'Window' , 'UpdateFcn' , fundat)
%%%%%%%%%%%%    AKHIR DARI MAIN FUNCTION %%%%%%%%%%%%%

function [txtdcm,pos] = camdatos(empt,event_obj)    %% Subfunction 1
pos = get(event_obj,'Position');
txtdcm = {['Water Depth: ',num2str(pos(1))] , ['Wave Length: ',num2str(pos(2))]};

% End of Subfunction 1
=====================================================================
Maka setelah dieksekusi program ini akan menghasilkan tampilan sbb:


Pengamatan Real-Time Oseanografi dengan Inductive Moorings

Pengamatan Real-Time Oseanografi dengan Inductive Moorings
(Mooring Induktif Sea-Bird Electronics,  Inc Oktober 1999)


            Kemajuan pesat dalam pengembangan satelit, RF, dan telemetri telepon seluler telah membuat real-time, tanpa pengawasan, oseanografi terpencil semakin praktis. Namun, sebelum teknik-teknik  telemetri baru bisa dimanfaatkan, data pertama harus dibawa ke permukaan.   Di masa lalu, bawah air-ke-permukaan transmisi data telah dicapai dengan menggunakan kabel langsung  koneksi. Kabel seperti itu besar, mahal, tidak dapat diandalkan.
           Baru-baru ini, telemetri akustik telah diteliti sebagai pengganti
untuk kabel langsung. Namun, metode akustik bahkan lebih mahal, memerlukan
kemasan baterai tambahan, memiliki jangkauan yang terbatas membatasi kedalaman instrumen, dan dikenakan banyak sumber kesalahan dan mode kegagalan. Hari ini, peningkatan teknologi modem induktif menyediakan solusi yang nyaman, ekonomis,
handal, dan fleksibel, yang memungkinkan hingga 100 instrumen untuk diposisikan atau direposisi pada setiap kedalaman (Gambar 1).

§  Deskripsi Modem Induktif 
                                     
                       
 







                                                                           
      




Gambar .1: Mooring Induktif Sea-Bird Electronics,  Inc Oktober 1999

            Sistem ini disebut
Inductive Modems or Inductively Coupled Modems
Karena mereka menggunakan transformer untuk data pasangan ke kabel mooring. Dalam Modem Induktif(IM) sistem, data sensor diterapkan pada gulungan primer dari transformator toroida. Kabel tambatan melewati toroida membentuk turn-tunggal sekunder yang menyampaikan data ke permukaan. Dalam prakteknya, toroids dibagi menjadi dua bagian sehingga mereka dapat akan menjepit sekitar kabel tanpa perlu "thread" atau pengikatan dengan tali.

  • Prinsip Inductive Coupling

            Sebuah transformator memiliki dua atau lebih gulungan yang berbagi medan magnet.Bahan seperti ferit dapat digunakan untuk membentuk "inti" tranformer
yang menjamin pembagian yang diperlukan medan magnet. Tambatan kabel didasarkan untuk air laut. Hal ini menyebabkan arus mengalir melalui kawat mooring dan air laut. Kabel Induktif Coupler (ICC) indra arus  memberikan tegangan untuk
presentasi ke Permukaan Induktif Modem serta terdapat pembawa frekuensi 4800 Hz sehingga ada empat siklus dari frekuensi pembawa yang dialokasikan untuk setiap bit data.

  • Konfigurasi Mooring Induktif

a. Preferred Induktif Mooring
          Tambatan kabel tali kawat baja galvanis berjaket plastik, sebuah
tipe yang sering digunakan untuk tambatan oseanografi non-induktif
karena ketahanan korosi yang disediakan oleh jaket plastik.
Ujung-ujung tali kawat yang diakhiri dengan bidal baja atau
swaged mata terminal. Deep tambatan biasanya mempekerjakan sintetik
garis bawah instrumen terendah. Masing-masing instrumen modem induktif dapat dijepit di sepanjang tambatan kabel pada posisi apapun. Hal ini tidak perlu untuk memutus kabel pada posisi instrumen atau untuk menyediakan listrik
hubungan antara instrumen dan kabel. Setiap instrumen bisa
bebas bergerak ke atas atau bawah kabel.

b. Alternatif Induktif Mooring
      Sebuah sistem alternatif dapat menggunakan sebuah listrik langsung
hubungan antara permukaan pelampung dan bagian atas mooring
kabel. Dalam konfigurasi ini, plastik kabel berjaket dibawa dalam pelampung.

c. Kabel-ke-Shore Mooring
     Instrumen dapat ditempatkan pada setiap posisi sepanjang tali kawat memakai jas terkemuka dari pantai.

d. Melalui Mooring-Ice
    Pengaturan mengijinkan IM tambatan yang akan digunakan untuk aplikasi melalui-es. Adalah penting bahwa kedua ujung kabel tambatan harus direndam dalam air laut untuk menyelesaikan sirkuit.

    Komponen Induktif  Modem Sistem meliputi :
a. Tambatan kabel
b. Underwater Sensor
c. Modem permukaan Induktif.
    Sebuah kartu sirkuit kecil tercetak yang dipasang di permukaan pelampung, atau
    di pantai dalam kasus kabel-ke-pantai sistem untuk memperoleh data, untuk
    memeriksa status sensor, atau untuk mengekstrak data disimpan.
d. Induktif Cable Coupler (ICC)
    Digunakan dengan SMODEM-1 untuk tambatan mirip dengan angka 6. ICC terdiri
    dari 2 bagian, yang Molded Core kabel perakitan (PKS)  dan penjepit-on Cable  
    Coupler Perumahan (CCH).
e. Buoy Controller
    Adalah sebuah mikroprosesor  biasanya sebagai jadwal interogasi instrumen bawah
    air, interface untuk apapun yang diinginkan sensor atmosfer, dan mengontrol data 
    telemetri kembali ke pantai melalui RF, ponsel, satelit, atau hard link-kawat. 



REFERENCES
Dewey, R. K. (1998). “Mooring design and dynamics package, Version 1.06.” http://canuck.seos.uvic.ca/rkd/mooring/moordyn.html
 

Penyebaran Instrumen Oseanografi di Lingkungan High-Energy dan Near Struktur


Penyebaran Instrumen Oseanografi di Lingkungan High-Energy dan Near Struktur
oleh Philip D. Osborne, David B. Hericks, dan Nicholas C. Kraus



TUJUAN: The Coastal and Hydraulics Engineering Technical Note (CHETN) menjelaskan metode dan teknik untuk memperoleh pengukuran gelombang , arus dan sedimen tersuspensi dari gelombang energi tinggi dan lingkungan saat ini. Studi kasus yang dijelaskan di sini terlibat pengukuran yang dekat dengan jalan masuk jettied besar.

Dua teknik yang dijelaskan:
a. Penyebaran instrumented platform di zona surfing energi tinggi.
b. Penyebaran dan pemulihan tripod di instrumentasi dekat struktur tenggelam   
   menggunakan Sikorsky HH-60J "Jayhawk" helikopter.

   Gambar: Komponen utama penyebaran tripod helikopter / Bantuan pemulihan sistem

           SIDSEP (Surf and Intertidal Dynamics Sensor Platform) dirancang untuk memungkinkan penyebaran instrumen di zona pasang surut dari suatu pantai tinggi energi dan posisi instrumen di atas permukaan pantai untuk meminimalkan gangguan sedimen oleh frame dan sensor. Setiap platform berisi Hydra SonTek dikonfigurasi dengan sensor tekanan tinggi resolusi, Acoustic Doppler Velocimeter Samudera (advokasi) dan dua sensor optik hamburan balik (OBS-3)


         Gabungan Kecepatan diukur dekat permukaan pantai oleh advokasi dan pengukuran sedimen layang oleh-OBS 3 memungkinkan perhitungan fluks sedimen tersuspensi. Pengukuran gabungan dari advokasi dan tekanan sensor memungkinkan perhitungan informasi arah gelombang. Setiap frame SIDSEP dibangun dari alumunium grade laut dan memiliki enam 11-kg , menyebabkan beban melekat pada bagian dalam bingkai. Berat total frame, dengan instrumen, sekitar 90 kg ketika terendam.
         SIDSEP adalah sekitar 2,1 m (7 kaki) panjang, 0,6 m (2 kaki) lebar, dan 0,6 m (2 ft) tinggi (lihat Gambar:b). Sensor advokasi, sejalan horizontal untuk menjaga low profile, sehingga memaksimalkan perendaman di zona pasang surut dan untuk mencegah sensor volume sampling dari yang terkubur oleh fluktuasi jangka pendek elevasi dasar yang umumnya terjadi zona gelombang pecah. Sensor kompas dan kemiringan yang diposisikan dalam kepala sensor untuk menyediakan pos, pitch, dan data roll dalam posisi benar. Kepala sensor advokasi dilindungi dari kerusakan akibat puing-puing mengambang dengan kotat dibangun dari stainless steel yang dilas. Dua OBS itu dipasang horizontal, di dalam pipa aluminium, pada tegak dukungan sensor pada bidang paralel pantai yang sama seperti advokasi dan sensor tekanan Paros.


Gambar : b.SIDSEP three-dimensional configuration dari posisi instrumen
Timbunan atas terletak pada ketinggian yang sama dengan volume sampel Paros advokasi dan sensor tekanan. Empat SIDSEP dan semua peralatan diuji, dirakit dan diangkut dari penyimpanan, sehingga hanya perakitan kecil diperlukan di pantai.     Gerobak dilengkapi dengan diferensial Global Positioning System (GPS) receiver dipasang di atas untuk menetukan secara akurat posisi polong di lokasi yang telah ditentukan. Baterai lampu bertenaga juga dipasang di gerobak untuk meningkatkan visibilitas ketika bekerja pada malam hari.  The SIDSEP ditempatkan dalam depresi sebelum penimbunan dengan pasir dihapus untuk mengembalikan kontur pantai (Gambar: c). Dua pipa aluminium diam dengan bentuk  runcing didorong 3 sampai 4 ft vertikal ke pantai dan selang-dijepit untuk instrumen tegak mendukung untuk stabilitas ditambahkan.
Gambar . Alat-alat yang digunakan


         HESST instrumen konfigurasi dan nominal Instrumentasi dimensi pada tripod terdiri dari Sontek Acoustic Doppler Profiler (ADP) dikonfigurasi untuk beroperasi pada 1.500 kHz untuk merekam data gelombang nondirectional, tingkat air, dan kecepatan dan arah saat ini melalui kolom air di dalam tong 0.5-m. The tripod juga berisi Hydra SonTek dikonfigurasi dengan sensor tekanan tinggi resolusi, advokasi, dan dua OBS-3 sensor untuk merekam data gelombang arah, tingkat air, kecepatan orbital bawah, konsentrasi sedimen layang dan elevasi tempat tidur. Setiap tripod juga didukung dua perangkap sedimen untuk menangkap sedimen tersuspensi.

          Instrumentasi, power supply, dan rumah perekam data didukung antara 0,65 dan 1 m di atas dasar tripod pada bingkai aluminium dilepas. Bingkai dilepas adalah berlabuh ke frame tripod utama menggunakan tiga baut yang dilepas untuk memungkinkan frame yang berisi instrumen yang akan diangkat bebas dari tripod dalam hal kaki tripod menjadi terjebak di dasar laut karena lengkap atau penguburan sebagian dari frame tripod .

       Para advokasi dan OBS sensor volume sampling dan perangkap sedimen yang lebih rendah ditempatkan di ruang bawah frame dukungan instrumen antara ketinggian 0,25 dan 0,45 m di atas posisi tidur nominal. Sensor posisi yang dioptimalkan untuk memberikan pengukuran yang berguna aliran tidur dekat dan muatan sedimentasi sementara pada saat yang sama berusaha untuk meminimalkan peluang untuk dimakamkan dan menghindari gangguan mengalir dan suspensi oleh kaki tripod atau bingkai. The ADP dipasang pusat dalam rangka mendukung instrumen dengan permukaan transduser pada ketinggian nominal di atas 1 m.
                    

                         Gambar. HESST instrumen konfigurasi dan dimensi nominal


REFERENCES
McGehee, D., and Mayers, C. J. (2000). “Deploying and recovering marine instruments with a helicopter,” ERDC/CHL CHETN-VI-34, U.S. Army Engineer Research and Development Center, Vicksburg, MS. (http://chl.wes.army.mil/library/publications/chetn).
Pollock, C. E. (1995). “Effectiveness of spur jetties at Siuslaw River, Oregon, Report 2, localized current flow patterns induced by spur jetties: Airborne current measurement system and prototype/physical model correlation,” Technical Report CERC-95-14, U.S. Army Engineer Waterways Experiment Station, Vicksburg, MS.