INFO PRAKIRAAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN(PDPI) dari KKP [13-15 September 2013 ] : DPI Jawa Bali dan Nusa Tenggara : DPI (122’34’’21.9’’’BT, 9’12’’3.1’’’LS) Potensi (111’18’’54.2’’’BT, 8’46’’7.7’’’LS) (112’4’’59.4’’’BT, 8’27’’50.7’’’LS) (115’28’’3.7’’’, 9’7’’43.9’’’LS) (115’26’’37.2’’’BT, 9’26’’27.2’’’LS) (107’17’’23.2’’’BT, 8’0’’2.5’’’LS) DPI Kalimantan : -- DPI Maluku Papua : -- DPI Sumatera : Potensi (104’55’’48.3’’’BT, 6’27’’52.0’’’LS) DPI Sulawesi : Potensi (118’43’’55.8’’’BT, 1’45’’35.1’’’LS)

Thursday, October 27, 2011

BUDIDAYA IKAN HIAS MANFISH (Pterophyllum scalare)

BUDIDAYA IKAN HIAS MANFISH
(Pterophyllum scalare)
1. PENDAHULUAN
Ikan manfish (Angle Fish) berasal dari Amerika Selatan, tetapi telah banyak dibudidayakan di Indonesia. Ikan manfish disebut Angle Fish (Ikan Bidadari), karena bentuk dan warnanya menarik serta gerakkannya yang tenang. Secara umum budidaya ikan manfish tidak membutuhkan lahan yang luas, bahkan dapat dilakukan dalam aquarium atau paso dari tanah, sehingga tidak membutuhkan investasi besar untuk budidayanya.
2. PEMIJAHAN
  1. Perbedaan induk jantan dan betina

    INDUK JANTAN
    INDUK BETINA
    - Ukuran relatif lebih besar dari induk betina pada umur yang sama
    - Dilihat dari atas perut pipih atau ramping
    - Bentuk kepala agak besar
    - Antara mulut dan sirip punggung berbentuk cembung.
    - Mempunyai ukuran relatif lebih kecil dari induk jantan
    - Perut terlihat besar dan menonjol
    - Kepala lebih kecil
    - Antara mulut ke sirip punggung membentuk garis lurus, kadang-dang menonjol sedikit.
  2. Pemilihan Induk

    1. Induk yang baik untuk dipijahkan adalah yang telah berumur lebih dari 6 bulan, dengan panjang induk jantan + 7,5 cm dan induk betina + 5 cm
    2. Untuk penentuan pasangan secara cermat, yaitu dengan cara menyiapkan induk-induk yang telah matang telur dalam satu bak (2 x 2) meter persegi dengan ketinggian air + 30 cm. Umumnya ikan manfish akan memilih pasangannya masing-masing. Hal ini dapat terlihat pada malam hari, ikan yang telah berpasangan akan memisahkan diri dari kelompoknya. Ikan yang telah berpasangan ini segera diangkat untuk dipijahkan.
  3. Cara Pemijahan
    1. Tempat pemijahan dapat berupa aquarium, bak atau paso dari tanah, diisi air yang telah diendapkan setinggi 30 - 60 cm
    2. Siapkan substrat dapat berupa daun pisang, seng plastik, kaca, keramik atau genteng dengan lebar + 10 cm dan panjang + 20 cm
    3. Substrat diletakkan secara miring atau terlentang
    4. Sebelum terjadi pemijahan, induk jantan akan membersihkan substrat dengan mulutnya
    5. Setelah terjadi pemijahan, telur akan menempel pada substrat. Untuk satu kali pemijahan telur dapt berjumlah 2.000 ~ 3.000 butir
    6. Selama pemijahan induk akan diberi makan kutu air dan cuk.
3. PEMELIHARAAN BENIH
Setelah induk memijah, penetasan telur dapat segera dilakukan. Penetasan telur ada beberapa cara:

  1. Substrat yang telah ditempeli telur diangkat, untuk dipindahkan kedalam aquarium penetasan. Pada waktu mengangkat substrat diusahakan agar telur senantiasa terendam air, untuk itu dapat digunakan baskom atau wadah lain yang dimasukkan ke tempat pemijahan
  2. Cara kedua yaitu telur ditetaskan dalam tempat pemijahan. Setelah menetas (2 ~ 3 hari) benih yang masih menempel pada substrat dapat dipindahkan ke aquarium. Pemindahan benih dilakukan dengan cara yang sama (1.) Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan benih:
    1. Aquarium tempat menetaskan telur maupun pemeliharaan benih sebelumnya harus di persiapkan dahulu, yaitu dengan mengisi air yang telah diendapkan + 10 cm, kemudian bubuhkan methyline blue beberapa tetes, untuk mencegah kematian telur karena serangan jamur. Selanjutnya beri tambahan oksigen dengan menggunakan pompa udara.
    2. Telur dan benih yang masih menempel pada substrat tidak perlu diberi makan
    3. Setelah lepas dari substrat (3 ~ 4 hari) dapat diberikan makanan berupa rotifera atau kutu air yang disaring, selama 5 ~ 7 hari.
    4. Selanjutnya benih diberi kutu air tanpa di saring
    5. Setelah seminggu diberi kutu air, benih muali dicoba diberi cacing rambut.
4. PEMBESARAN
  1. Setelah benih memakan cacing rambut, perlu dilakukan penjarangan di aquarium yang lebih besar
  2. Pada 1,5 bulan dapat ditebar sebanyak + 1.000 ekor benih pada bak tembok berukuran (1,5 x 2) meter persegi dengan tinggi air 15 s.d. 20 cm
  3. Selanjutnya penjarangan dilakukan 2 minggu sekali dengan membagi dua, sehingga tiap kolam diisi 100 ekor
  4. Pada keadaan terbatas kepadatan lebih dari 100 ekor, asal ketinggian air ditambah serta diberi pompa udara
  5. Pembersihan kotoran dilakukan setiap hari dengan menyiphon dan air sebagaimana semula.
5. PENUTUP
  1. Karena bentuk dan warnanya yang menarik, serta gerakan yang tenang, sehingga minat masyarakat terhadap ikan manfish (Angle Fish) cukup besar)
  2. Harga ikan Manfish pun cukup tinggi, sehingga pembudidayaannya dapat dijadikan sebagai usaha sambilan yang dapat menambah penghasilan keluarga.
6. SUMBER
Dinas Perikanan, DKI Jakarta, Jakarta.
7. KONTAK HUBUNGAN
Dinas Perikanan, DKI Jakarta, Jakarta

Sumber: Menteri Negara Riset dan Teknologi

IKAN MAS KOKI MUTIARA

IKAN MAS KOKI MUTIARA
1. PENDAHULUAN
Ikan koki mutiara merupakan jenis ikan mas yang mempunyai tubuh bulat dengan kepala kecil dan ekor lebar. Ikan ini berasal dari daratan cina, namun di Indonesia sudah lama dapat dibudidayakan. Pemasaran ikan ini selain di dalam negeri juga merupakan jenis ikan yang di eksport dan harganyapun cukup tinggi.
2. PEMIJAHAN
  1. Pemilihan induk
    1. Induk yang baik untuk dipijahkan sudah berumur + 8 bulan, dengan ukuran minimum sebesar telur itik.
    2. Pilih induk yang berkepala kecil dengan tubuh bulat, sisik utuh dan tersusun rapih. Jika ikan sedang bergerak, ekor dan sirip akan kelihatan tegak.
    3. Untuk mendapatkan keturunan yang berwarna, maka calon induk yang akan dipijahkan berwarna polos. Gunakan induk jantan berwarna putih dan betina berwarna hitam atau hijau lumut atau sebaliknya.
  2. Perbedaan jantan dan betina
    Induk Jantan
    Induk Betina
    Pada sirip dada terdapat bintik-bintik bulat menonjol dan jika diraba terasa kasar. Pada sirip dada terdapat bintik-bintik dan terasa halus jika diraba.
    Induk yang telah matang jika diurut pelan kerarah lubang genital akan keluar cairan berwarna putih Jika diurut, keluar cairan kuning bening.Pada induk yang telah matang, perut terasa lembek dan lubang genital kemerah-merahan.
  3. Cara pemijahan
    1. Bak/aquarium yang telah bersih diisi dengan air yang telah diendapkan + 24 jam, kemudian letakkan eceng gondok untuk melekatkan telurnya.
    2. Pilihlah induk yang telah matang telur, masukkan kedalam bak pada sore hari. Bila pemilihan induk dilakukan dengan cermat, biasanya keesokan harinya telur sudah menempel pada akar eceng gondok.
    3. Karena telur tidak perlu dierami, induk dapat segera dipindahkan ke kolam penampungan induk, untuk menunggu sampai saat pemijahan erikutnya. Jika perawatannya baik, maka 3 ~ 4 minggu kemudian induk sudah dapat dipijahkan kembali.
3. PEMELIHARAAN BENIH
  1. Setelah 2 ~ 3 hari telur akan menetas, sampai berumur 2 ~ 3 hari benih belum diberi makan, karena masih mempunyai persediaan makanan pada yolk sac-nya (kuning telur).
  2. Pada hari ke 3 ~ 4 benih sudah dapat diberi makanan kutu air yang telah disaring.
  3. Setelah berumur + 15 hari benih mulai dicoba diberi cacing rambut disamping masih diberi kutu air, sampai benih keseluruhannya mampu memakan cacing rambut baru pemberian kutu air dihentikan.
  4. Untuk telur yang ditetaskan di aquarium maka sebainya setelah benih berumur + 1 minggu dipindahkan ke bak/kolam yang lebih luas.
  5. Ketinggian air dalam bak 10 ~ 15 cm dengan pergantian air 5 ~ 7 hari sekali. Setiap pergantian air gunakan air yang telah diendapkan lebih dahulu.
  6. Untuk menghindari sinar matahari yang terlalu terik diperlukan beberapa tanaman pelindung berupa eceng gondok.
4. PEMBESARAN
  1. Pembesaran ikan dilakukan setelah benih berumur lebih dari 1 bulan sampai induk.
  2. Jenis koki mutiara ini memerlukan banyak sinar matahari, untuk itu tanaman eceng gondok dapat dikurangi atau dihilangi.
  3. Untuk tahap pertama pembesaran dapat ditebar + 1.000 ekor ikan dalam bak berukuran 1,5 x 2 m. Kemudian penjarangan dapat dilakukan setiap 2 minggu dengan dibagi 2.
  4. Pergantian air dapat dilakukan 3 ~ 5 hari sekali, juga dengan air yang telah diendapkan.
  5. Makanan yang diberikan berupa cacing rambut. Makanan diberikan pada pagi hari secara adlibitum (secukupnya). Jika pada sore hari makanan masih tersisa, segera diangkat/dibersihkan.
  6. Setelah berumur 4 bulan ikan sudah merupakan calon induk. Untuk itu jantan dan betina segera dipisahkan sampai berumur 8 bulan yang telah siap dipijahkan. Untuk induk ikan sebaiknya makanan yang diberikan yaitu berupa jentik nyamuk (cuk).
  7. Sepasang induk dapat menghasilkan telur 2.000 s/d 3.000 butir untuk sekali pemijahan.
5. PENUTUP
Ikan mas koki mutiara mempunyai nilai ekonimis tinggi. Untuk benih berumur 1 bulan harganya berkisar Rp. 30,- s/d Rp. 50,- sedangkan sepasang induk berkisar Rp. 5.000,- s/d 10.000,-. Dengan cara pemeliharaan yang tepat disertai ketekunan dapat diharapkan penghasilan yang lumayan.
6. SUMBER
Dinas Perikanan DKI Jakarta, Jakarta, 1996
7. KONTAK HUBUNGAN
Dinas Perikanan DKI Jakarta

Sumber: http://www.iptek.net.id

IKAN HIAS JENIS TETRA

IKAN HIAS JENIS TETRA
1. JENIS IKAN TETRA
Jenis-jenis ikan TETRA terkenal cukup indah. Bermacam-macam jenis tetra yang dikenal di Indonesia seperti Green Tetra, Blue Tetra, Silver Tetra, Neon Tetra & banyak lagi yang lain. Pada tulisan ini diketengahkan jenis neon tetra yang berasal dari sungai Amazon Amerika, dan telah berkembang biak di Indonesia. Neon Tetra (Hyphessobryconnesi), ikan hias ini termasuk ke dalam kelompok ikan hias yang paling menarik. Tubuhnya berjalur merah danbiru hijau sepanjang tubuhnya dari insang sampai ekornya. Ikan hias ini mudah dipelihara, kuat dan tidak gampang sakit/mati.
2. CARA MEMBIAKAN
Cara membiakkan ikan jenis ini masih cukup sulit dan memerlukan ketekunan serta pengalaman yang lama. Adapun untuk membiakan ikan ini di perlukan syarat-syarat tertentu antaralain:
  1. Air harus steril dan bersifat asam (pH lebih kecil dari 6,4)
  2. Senang pada tempat yang gelap.
  3. Suhu sekitar 20°C
Cara membedakan jantan dan betina adalah sebagai berikut:
  • Jantan Betina
    Bentuk agak panjang Bulat pendek dan perut membesar Garis neon lurus Garis agak bengkok
  • Cara membiakkannya:
    1. Pisahkan induk-induk neon tetra.
    2. Air hujan ditampung dan didiamkan sampai + 2 minggu.
    3. Tempat yang dipergunakan untuk membiakkan, ikan tersebut dibersihkan ter lebih dahulu dan dicuci dengan tawas.
    4. Masukkan air hujan tersebut kedalam tempat pemijahan.
    5. Tetesi dengan air rendaman kayu asam.
    6. Didiamkan 2 ~ 3 hari.
    7. Masukkan tanaman atau daun-daunan untuk meletakkan telur neon tetra tersebut.
    8. Masukkan induk tetra yang telah dipisahkan terlebih dahulu.
    9. Tutuplah tempat tersebut dan berilah lubang cahaya sedikit agar supaya dapat melihat gerak-gerik ikan tersebut.
    10. Jika terlihat jantan dan betina saling berkejar-kejaran, maka + 3 hari kemudian sudah terlihat telur-telur yang menempel pada daun atau akar yang telah disediakan.
    11. Pindahkan induknya dan ditutup dengan kain hitam hingga tidak ada cahaya yang masuk.
    12. Selama + 3 hari telur neon tetra tersebut menetas.
    13. Anak ikan ini dapat diberi makanan infusoria yakni bakteri pembusuk pada daun kubis/kol yang dibusukkan setetes demi tetes.
    14. Setelah + 2 - 3 minggu penutup sudah boleh dibuka kembali.
    15. Kemudian akan terlihat anak-anak ikan tetra.
      Di daerah panas seperti Jakarta sebaiknya membiakkan Tetra ini dilakukan dikamar mandi yang hawanya lembab dan dingin.
3. SUMBER
Dinas Perikanan, Pemerintah DKI Jakarta, Jakarta, 1996
4. KONTAK HUBUNGAN
Dinas Perikanan DKI Jakarta, Jl. Medan Merdeka Selatan No. 8 - 9, Blok G Lantai 21, Jakarta Pusat, Tel. 021 359363
Sumber: www.iptek.net.id

BUDIDAYA IKAN HIAS LIVE BEARER

BUDIDAYA IKAN HIAS
LIVE BEARER
1. PENDAHULUAN
Ikan hias cukup dikenal oleh masyarakat sebagai hiasan aquarium. Perkembangan ikan hias di Indonesia mengalami kemajuan yang terus meningkat, terutama ikan hias air tawar asli Indonesia. Dari sekian banyak jenis ikan hias, tidak semuanya telah dapat dibudidayakan. Dalam menternakkan ikan hias harus diperhatikan bahwa masing-masing jenis mempunyai sifat dan kebiasaan hidup yang berbeda-beda, misalnya dalam cara pemijahan, bertelur ataupun menyusun sarangnya.
Ikan Guppy
Ikan Molly
Ikan Platy
Ikan Sword Tail
Cara perkembangbiakkan ikan hias ada beberapa macam:
  1. Ikan-ikan hias yang beranak.
  2. Ikan-ikan hias yang bertelur berserakan.
  3. Ikan-ikan hias yang meletakkan telurnya pada suatu subtrat.
  4. Ikan-ikan hias yang menetaskan telurnya dalam sarang busa.
  5. Ikan-ikan yang mengeramkan telurnya di dalam mulut.
Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai cara-cara pemeliharaan ikan hias yang beranak (live bearer), misalnya:
  1. Ikan Guppy (Poecilia reticulata Guppy)
  2. Ikan Molly (Poelicia latipinna Sailfin molly)
  3. Ikan Platy (Xiphophorus maculatus Platy)
  4. Ikan Sword tail (Xiphophorus helleri Sword tail)
2. CIRI-CIRI INDUK JANTAN DAN BETINA
  1. Induk Jantan
    1. Mempunyai gonopodium (berupa tonjolan dibelakang sirip perut) yang merupakan modifikasi sirip anal yang berupa menjadi sirip yang panjang.
    2. Tubuhnya rampaing.
    3. Warnanya lebih cerah.
    4. Sirip punggung lebih panjang.
    5. Kepalanya besar.
  2. Induk Betina
    1. Dibelakang sirip perut tidak ada gonopodium, tetapi berupa sirip halus.
    2. Tubuhnya gemuk
    3. Warnanya kurang cerah.
    4. Sirip punggung biasa.
    5. Kepalanya agak runcing.
3. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PEMELIHARAAN
  1. Air yang diperlukan adalah ari yang cukup mengandung Oksigen (O2) dan jernih.
  2. Suhu air berkisar antara 15 ~ 27°C.
  3. pH yang disukai agak sedikit alkalis, yaitu berkisar 7 ~ 8.
  4. Makanan yang diberikan dapat berupa makanan alami (cuk, cacing, kutu air) dan makanan buatan, diberikan secukupnya.
4. TEKNIK PEMIJAHAN
  1. Pemilihan induk. Pilihlah induk yang berukuran relatif besar, bentuk tubuh yang mengembung serta mempunyai warna yang indah.
  2. Induk-induk yang telah dipilih dimasukkan dalam satu bak untuk beberapa pasang induk. Namun apabila menghendaki keturunan tertentu dapat pula dilakukan dengan cara memisahkan dalam bak tersendiri sepasang-sepasang.
  3. Bak-bak pemijahan harus dikontrol setiap hari. Setelah lahir, anak-anak ikan harus cepat-cepat diambil dan dipisahkan dari induknya agar tidak dimakan oleh induknya.
5. PERAWATAN BENIH
  1. Anak-anak ikan yang baru lahir belum membutuhkan makanan, karena masih mengandung kuning telur (yolk egg). Setelah 4 ~ 5 hari anak ikan baru dapat diberi makanan berupa kutu air yang sudah disaring, atau kuning telur yang telah direbus dan dihancurkan.
  2. Setelah mencapai ukuran medium (2 ~ 3 cm) dapat diberikan makanan cacing, kemudian setelah mencapai ukuran dewasa (5 ~ 7 cm) dapat diberi makanan cuk.
  3. Disamping makanan alami dapat pula diberi makanan tambahan berupa cacing kering, agar-agar dll.
  4. Pemberian makanan sebaiknya 2 kali sehari, hendaknya jangan berlebihan, karena dapat menyebabkan pembusukan yang dapat meerusak kualitas air.
  5. Pergantian air. Air dalam bak atau aquarium jangan sampai kotor/keruh, karena dapat menyebabkan kematian anak ikan. Kotoran dapat dibersihkan setiap 2 ~ 3 hari sekali dengan cara disiphon, air yang terbuang pada waktu penyiphonan sebanyak 10 ~20% dapat diganti dengan air yang baru.
6. PENUTUP
Budidaya ikan live bearer ini sangat mudah dan mempunyai tingkat keberhasilan yang tinggi. Untuk satu pasang ikan dapat menghasilkan 50 sampai 100 ekar ikan untuk satu kali pemijahan, dengan harga perekor Rp. 25,-sampai Rp. 75,-. Jenis ikan ini juga merupakan ikan hias yang dapat di eksport misalnya: ikan Guppy. Dengan teknik pemeliharaan yang tepat dan ketekunan yang tinggi akan didapat hasil dengan warna yang sangat indah.
7. SUMBER
Dinas Perikanan DKI Jakarta, Jakarta, 1996
8. KONTAK HUBUNGAN
Dinas Perikanan DKI Jakarta, Jakarta

Publisher by: WARINTEK - Menteri Negara Riset dan Teknologi

PEMBENIHAN IKAN TAWES (Puntius Javanicus. Blkr)


1. PENDAHULUAN
Penyediaan benih yang bermutu dalam jumlah cukup dan kontinyu merupakan faktor penting dalam upaya pengembangan budidaya ikan konsumsi. Usaha pembenihan banyak dilakukan di Kabupaten Magelang, seperti di Desa Paremono Kecamatan Mungkid oleh karena didukung ketersediaan air cukup baik musim kemarau maupun penghujan. Disamping itu usaha pembenihan dirasa lebih rnenguntungkan karena waktu yang digunakan relatif singkat kurang lebih 3 minggu - 1 bulan, serta pemasarannya pun mudah. Pembenihan ikan tawes ada beberapa cara yaitu pembenihan ikan di kolam, pembenihan di sawah dan pembenihan di hapa. Pengalaman Pembenihan Ikan Tawes di kolam yang dilakukan oleh MARZANI KTNA Paremono Mungkid ternyata cukup menggembirakan.
1. PEMILIHAN INDUK
  1. Untuk mendapatkan benih yang berkualitas dan jumlah yang banyak dalam pembenihan Tawes perlu dipilih induk yang baik dengan ciri-ciri :
    1. Letak lubang dubur terletak relatif lebih dekat ke pangkal ekor
    2. Kepala relatif lebih kecil dan meruncing
    3. Sisik-sisiknya besar dan teratur
    4. Pangkal ekor lebar dan kokoh
  2. Pada umumnya ikan tawes jantan mulai dipijahkan pada umur kurang lebih 1 tahun, dan induk tawes betina pada umur kurang lebih 1,5 tahun. Untuk
    mengetahui bahwa induk ikan tawes telah matang kelamin dan siap untuk dipijahkan dengan tanda-tanda sebagai berikut :
    1. Induk betina
      • Perutnya mengembang kearah genetal (pelepasan) bila diraba lebih lembek
      • Lubang dubur berwarna agak kemerah-merahan
      • Tutup insang bila diraba lebih licin
      • Bila perut diurut dari arah kepala ke anus akan keluar cairan kehitam-hitaman.
    2. lnduk jantan
      • Bila perut diurut dari arah kepala ke anus akan keluar cairan berwarna keputih-putihan (sperma)
      • Tutup insang bila diraba terasa kasar
2. PERSIAPAN KOLAM
  1. Kolam pemijahan ikan tawes sekaligus merupakan kolam penetasan dan kolam pendederan. Sebelum dipergunakan untuk pemijahan, kolam dikeringkan.
  2. Perbaikan pematang dan dasar kolam dibuat saluran memanjang (caren/kamalir) dari pemasukan air kearah pengeluaran air dengan lebar 40 cm dan dalamnya 20-30 cm.
3. PELEPASAN INDUK
  1. Induk ikan tawes yang telah terpilih untuk dipijahkan kemudian diberok, pemberokan dengan penempatan induk jantan dan betina secara terpisah
    selama 4-5 hari
  2. Setelah diberok kemudian induk ikan dimasukkan ke kolam pemijahan yang telah dipersiapkan
  3. Pemasukan induk ke kolam pada saat air mencapai kurang lebih 20 cm
  4. Jumlah induk yang dilepas induk betina 25 ekor dan induk jantan 50 ekor
  5. Pada sore hari kurang lebih pukul 16.00 air yang masuk ke kolam diperbesar sehingga aliran air lebih deras.
  6. Biasanya induk ikan tawes memijah pada pukul 19.00-22.00
  7. Induk yang akan memijah biasanya pada siang hari sudah mulai berkejar-kejaran di sekitar tempat pemasukan air.
4. PENETASAN TELUR
  1. Setelah induk ikan tawes bertelur, air yang masuk ke kolam diperkecil agar telur-telur tidak terbawa arus, penetasan dilakukan di kolam pemijahan juga
  2. Pagi hari diperiksa bila ada telur-telur yang rnenumpuk di sekitar kolam atau bagian lahan yang dangkal disebarkan dengan mengayun-ayunkan sapu lidi
    di dasar kolam
  3. Telur ikan tawes biasanya menetas semua setelah 2-3 hari
  4. Dari ikan hasil penetasan dipelihara di kolam tersebut selama kurang lebih 21 hari.
5. PEMUNGUTAN HASIL BENIH IKAN
  1. Panen dilakukan pada pagi hari
  2. Menyurutkan/mengeringkan kolam
  3. Setelah benih berada dikamalir/dicaren, benih ditangkap dengan menggunakan waring atau seser
  4. Benih ditampung di hapa yang telah ditempatkan di saluran air mengalir dengan aliran air tidak deras
  5. Benih lersebut selanjutnya dipelihara lagi di kolam pendederan atau dijual.
6. PENDEDERAN
  1. Mula-mula kolam dikeringkan selama 2-3 hari
  2. Perbaikan pematang, pembuatan caren/saluran
  3. Dasar kolam diolah dicangkul, kemudian dipupuk dengan Urea & SP 36 1 0 gr/m2 dan pupuk kandang 1 - 1,5 kg/m2 tergantung kesuburannya.
  4. Setelah kolam dipupuk kemudian diairi setinggi 2-3 cm dan dibiarkan 2-3 hari kemudian air kolam ditambah sedikit demi sedikit sampai kedalaman 50 cm
  5. Kemudian benih ditebar di kolam pendederan dengan padat tebar 10-20 ekor/m2
  6. Pemeliharaan dilakukan kurang lebih 3 minggu - 1 bulan.
  7. Selanjutnya dapat dipanen dan hasil benih dapat dijual atau ditebar lagi di kolam pendederan II.
7. SUMBER
Balai Informasi Penyuluh Pertanian Magelang; Departemen Pertanian, http://www.deptan.go.id, Maret 2001
8. KONTAK HUBUNGAN
  1. Balai Informasi Penyuluh Pertanian Magelang; Jln. Sendangsono, KM. 0,5 Progowati Mungkid Magelang, 56511; Tel. (0293) 789455; Fax.(0293)
    789455; bipp@magelang.wasantara.net.id
  2. Departemen Pertanian RI, Kantor Pusat Departemen Pertanian - Jalan Harsono RM No. 3, Ragunan - Pasar Minggu, Jakarta 12550 - Indonesia                                                                                        Publisher by: WARINTEK - Menteri Negara Riset dan Teknologi

BUDIDAYA IKAN PATIN

BUDIDAYA IKAN PATIN
( Pangasius pangasius )

1. SEJARAH SINGKAT
Ikan patin merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan panjang berwarna putih perak dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Ikan patin dikenal sebagai komoditi yang berprospek cerah, karena memiliki harga jual yang tinggi. Hal inilah yang menyebabkan ikan patin mendapat perhatian dan diminati oleh para pengusaha untuk membudidayakannya. Ikan ini cukup responsif terhadap pemberian makanan tambahan. Pada pembudidayaan, dalam usia enam bulan ikan patin bisa mencapai panjang 35-40 cm. Sebagai keluarga Pangasidae, ikan ini tidak membutuhkan perairan yang mengalir untuk “membongsorkan“ tubuhnya. Pada perairan yang tidak mengalir dengan kandungan oksigen rendahpun sudah memenuhi syarat untuk membesarkan ikan ini. Ikan patin berbadan panjang untuk ukuran ikan tawar lokal, warna putih seperti perak, punggung berwarna kebiru-biruan. Kepala ikan patin relatif kecil, mulut terletak di ujung kepala agak di sebelah bawah (merupakan ciri khas golongan catfish). Pada sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis pendek yang berfungsi sebagai peraba.
2. SENTRA PERIKANAN
Penangkaran ikan patin banyak terdapat di Lampung, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Kalimantan.
3. JENIS
Klasifikasi ikan patin adalah sebagai berikut:
Ordo : Ostarioplaysi.
Subordo : Siluriodea.
Famili : Pangasidae.
Genus : Pangasius.
Spesies : Pangasius pangasius Ham. Buch.
Kerabat patin di Indonesia terdapat cukup banyak, diantaranya:
  1. Pangasius polyuranodo (ikan juaro)
  2. Pangasius macronema
  3. Pangasius micronemus
  4. Pangasius nasutus
  5. Pangasius nieuwenhuisii
4. MANFAAT
  1. Sebagai sumber penyediaan protein hewani.
  2. Sebagai ikan hias.
5. PERSYARATAN LOKASI
  1. Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
  2. Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
  3. Apabila pembesaran patin dilakukan dengan jala apung yang dipasang disungai maka lokasi yang tepat yaitu sungai yang berarus lambat.
  4. Kualitas air untuk pemeliharaan ikan patin harus bersih, tidak terlalu keruhdan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kualitas air harus diperhatikan, untuk menghindari timbulnya jamur, maka perlu ditambahkan larutan penghambat pertumbuhan jamur (Emolin atau Blitzich dengan dosis 0,05 cc/liter).
  5. Suhu air yang baik pada saat penetasan telur menjadi larva di akuarium adalah antara 26–28 derajat C. Pada daerah-daerah yang suhu airnya relatif rendah diperlukan heater (pemanas) untuk mencapai suhu optimal yang relatif stabil.
  6. Keasaman air berkisar antara: 6,5–7.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
Budidaya ikan patin meliputi beberapa kegiatan, secara garis besar dibagi menjadi 2 kegiatan yaitu pembenihan dan pembesaran. Kedua jenis kegiatan ini umumnya belum populer dilakukan oleh masyarakat, karena umumnya masih mengandalkan kegiatan penangkapan di alam (sungai, situ, waduk, dan lain-lain) untuk memenuhi kebutuhan akan ikan patin. Kegiatan pembenihan merupakan upaya untuk menghasilkan benih pada ukuran tertentu. Produk akhirnya berupa benih berukuran tertentu, yang umumnya adalah benih selepas masa pendederan. Benih ikan patin dapat diperoleh dari hasil tangkapan di perairan umum. Biasanya menjelang musim kemarau pada pagi hari dengan menggunakan alat tangkap jala atau jaring. Benih dapat juga dibeli dari Balai Pemeliharaan Air Tawar di Jawa Barat. Benih dikumpulkan dalam suatu wadah, dan dirawat dengan hati-hati selama 2 minggu. Jika air dalam penampungan sudah kotor, harus segera diganti dengan air bersih, dan usahakan terhindar dari sengatan matahari. Sebelum benih ditebar, dipelihara dulu dalam jaring selama 1 bulan, selanjutnya dipindahkan ke dalam hampang yang sudah disiapkan. Secara garis besar usaha pembenihan ikan patin meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

  1. Pemilihan calon induk siap pijah.
  2. Persiapan hormon perangsang/kelenjar hipofise dari ikan donor,yaitu ikan mas.
  3. Kawin suntik (induce breeding).
  4. Pengurutan (striping).
  5. Penetasan telur.
  6. Perawatan larva.
  7. Pendederan.
  8. Pemanenan.
Pada usaha budidaya yang semakin berkembang, tempat pembenihan dan pembesaran sering kali dipisahkan dengan jarak yang agak jauh. Pemindahan benih dari tempat pembenihan ke tempat pembesaran memerlukan penanganan khusus agar benih selamat. Keberhasilan transportasi benih ikan biasanya sangat erat kaitannya dengan kondisi fisik maupun kimia air, terutama menyangkut oksigen terlarut, NH3, CO2 , pH, dan suhu air.
  1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
    Lokasi kolam dicari yang dekat dengan sumber air dan bebas banjir. Kolam dibangun di lahan yang landai dengan kemiringan 2–5% sehingga memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
    1. Kolam pemeliharaan induk
      Luas kolam tergantung jumlah induk dan intensitas pengelolaannya. Sebagai contoh untuk 100 kg induk memerlukan kolam seluas 500 meter persegi bila hanya mengandalkan pakan alami dan dedak. Sedangkan bila diberi pakan pelet, maka untuk 100 kg induk memerlukan luas 150-200 meter persegi saja. Bentuk kolam sebaiknya persegi panjang dengan dinding bisa ditembok atau kolam tanah dengan dilapisi anyaman bambu bagian dalamnya. Pintu pemasukan air bisa dengan paralon dan dipasang sarinya, sedangkan untuk pengeluaran air sebaiknya berbentuk monik.
    2. Kolam pemijahan
      Tempat pemijahan dapat berupa kolam tanah atau bak tembok. Ukuran/luas kolam pemijahan tergantung jumlah induk yang dipijahkan dengan bentuk kolam empat persegi panjang. Sebagai patokan bahwa untuk 1 ekor induk dengan berat 3 kg memerlukan luas kolam sekitar 18 m 2 dengan 18 buah ijuk/kakaban. Dasar kolam dibuat miring kearah pembuangan, untuk menjamin agar dasar kolam dapat dikeringkan. Pintu pemasukan bisa dengan pralon dan pengeluarannya bisa juga memakai pralon (kalau ukuran kolam kecil) atau pintu monik. Bentuk kolam penetasan pada dasarnya sama dengan kolam pemijahan dan seringkali juga untuk penetasan menggunakan kolam pemijahan. Pada kolam penetasan diusahakan agar air yang masuk dapat menyebar ke daerah yang ada telurnya.
    3. Kolam pendederan
      Bentuk kolam pendederan yang baik adalah segi empat. Untuk kegiatan pendederan ini biasanya ada beberapa kolam yaitu pendederan pertama dengan luas 25-500 m 2 dan pendederan lanjutan 500-1000 m 2 per petak. Pemasukan air bisa dengan pralon dan pengeluaran/ pembuangan dengan pintu berbentuk monik. Dasar kolam dibuatkan kemalir (saluran dasar) dan di dekat pintu pengeluaran dibuat kubangan. Fungsi kemalir adalah tempat berkumpulnya benih saat panen dan kubangan untuk memudahkan penangkapan benih. dasar kolam dibuat miring ke arah pembuangan. Petak tambahan air yang mempunyai kekeruhan tinggi (air sungai) maka perlu dibuat bak pengendapan dan bak penyaringan.
  2. Pembibitan
    1. Menyiapkan Bibit
      Bibit yang hendak dipijahkan bisa berasal dari hasil pemeliharaan dikolam sejak kecil atau hasil tangkapan dialam ketika musim pemijahan tiba. Induk yang ideal adalah dari kawanan patin dewasa hasil pembesaran dikolam sehingga dapat dipilihkan induk yang benar-benar berkualitas baik.
    2. Perlakuan dan Perawatan Bibit
      Induk patin yang hendak dipijahkan sebaiknya dipelihara dulu secara khusus di dalam sangkar terapung. Selama pemeliharaan, induk ikan diberi makanan khusus yang banyak mengandung protein. Upaya untuk memperoleh induk matang telur yang pernah dilakukan oleh Sub Balai Penelitian Perikanan Air Tawar Palembang adalah dengan memberikan makanan berbentuk gumpalan (pasta) dari bahan-bahan pembuat makanan ayam dengan komposisi tepung ikan 35%, dedak halus 30%, menir beras 25%, tepung kedelai 10%, serta vitamin dan mineral 0,5%. Makanan diberikan lima hari dalam seminggu sebanyak 5% setiap hari dengan pembagian pagi hari 2,5% dan sore hari 2,5%. Selain itu, diberikan juga rucah dua kali seminggu sebanyak 10% bobot ikan induk. Langkah ini dilakukan untuk mempercepat kematangan gonad. Ciri-ciri induk patin yang sudah matang gonad dan siap dipijahkan adalah sebagai berikut :
      1. Induk betina
        • Umur tiga tahun.
        • Ukuran 1,5–2 kg.
        • Perut membesar ke arah anus.
        • Perut terasa empuk dan halus bila di raba.
        • Kloaka membengkak dan berwarna merah tua.
        • Kulit pada bagian perut lembek dan tipis.
        • kalau di sekitar kloaka ditekan akan keluar beberapa butir telur yang bentuknya bundar dan besarnya seragam.
      2. Induk jantan
        • Umur dua tahun.
        • Ukuran 1,5–2 kg.
        • Kulit perut lembek dan tipis.
        • Bila diurut akankeluar cairan sperma berwarna putih.
        • Kelamin membengkak dan berwarna merah tua.
          Benih ikan patin yang berumur 1 hari dipindahkan ke dalam akuarium berukuran 80 cm x 45 cm x 45 cm. Setiap akuarium diisi dengan air sumur bor yang telah diaerasi. Kepadatan penebaran ikan adalah 500 ekor per akuarium. Aerator ditempatkan pada setiap akuarium agar keperluan oksigen untuk benih dapat tercukupi. Untuk menjaga kestabilan suhu ruangan dan suhu air digunakan heater atau dapat menggunakan kompor untuk menghemat dana. Benih umur sehari belum perlu diberi makan tambahan dari luar karena masih mempunyai cadangan makanan berupa yolk sac atau kuning telur. Pada hari ketiga, benih ikan diberi makanan tambahan berupa emulsi kuning telur ayam yang direbus. Selanjutnya berangsur-angsur diganti dengan makanan hidup berupa Moina cyprinacea atau yang biasa dikenal dengan kutu air dan jentik nyamuk. Pembesaran ikan patin dapat dilakukan di kolam, di jala apung, melalui sistem pen dan dalam karamba.
          1. Pembesaran ikan patin di kolam dapat dilakukan melalui sistem monokultur maupun polikultur.
          2. Pada pembesaran ikan patin di jala apung, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah: lokasi pemeliharaan, bagaimana cara menggunakan jala apung, bagaimana kondisi perairan dan kualitas airnya serta proses pembesarannya.
          3. Pada pembesaran ikan patin sistem pen, perlu diperhatikan: pemilihan lokasi, kualitas air, bagaimana penerapan sistem tersebut, penebaran benih, dan pemberian pakan serta pengontrolan dan pemanenannya.
          4. Pada pembesaran ikan patin di karamba, perlu diperhatikan masalah: pemilihan lokasi, penebaran benih, pemberian pakan tambahan, pengontrolan dan pemanenan. Hampang dapat terbuat dari jaring, karet, bambu atau ram kawat yang dilengkapi dengan tiang atau tunggak yang ditancapkan ke dasar perairan. Lokasi yang cocok untuk pemasangan hampang : kedalaman air ± 0,5-3 m dengan fluktuasi kedalaman tidak lebih dari 50 cm, arus tidak terlalu deras, tetapi cukup untuk sirkulasi air dalam hampang. Perairan tidak tercemar dan dasarnya sedikit berlumpur. Terhindar dari gelombang dan angin yang kencang serta terhindar dari hama, penyakit dan predator (pemangsa). Pada perairan yang dasarnya berbatu, harus digunakan pemberat untuk membantu mengencangkan jaring. Jarak antara tiang bambu/kayu sekitar 0,5-1 m.
  3. Pemeliharaan Pembesaran
    1. Pemupukan
      Pemupukan kolam bertujuan untuk meningkatkan dan produktivitas kolam, yaitu dengan cara merangsang pertumbuhan makanan alami sebanyak-banyaknya. Pupuk yang biasa digunakan adalah pupuk kandang atau pupuk hijau dengan dosis 50–700 gram/m 2
    2. Pemberian Pakan
      Pemberian makan dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore). Jumlah makanan yang diberikan per hari sebanyak 3-5% dari jumlah berat badan ikan peliharaan. Jumlah makanan selalu berubah setiap bulan, sesuai dengan kenaikan berat badan ikan dalam hampang. Hal ini dapat diketahui dengan cara menimbangnya 5-10 ekor ikan contoh yang diambil dari ikan yang dipelihara (smpel).
    3. Pemeliharaan Kolam dan Tambak
      Selama pemeliharaan, ikan dapat diberi makanan tambahan berupa pellet setiap hari dan dapat pula diberikan ikan-ikan kecil/sisa (ikan rucah) ataupun sisa dapur yang diberikan 3-4 hari sekali untuk perangsang nafsu makannya.
7. HAMA DAN PENYAKIT
  1. Hama
    Pada pembesaran ikan patin di jaring terapung hama yang mungkin menyerang antara lain lingsang, kura-kura, biawak, ular air, dan burung. Hama serupa juga terdapat pada usaha pembesaran patin sistem hampang (pen) dan karamba. Karamba yang ditanam di dasar perairan relatif aman dari serangan hama. Pada pembesaran ikan patin di jala apung (sistem sangkar ada hama berupa ikan buntal (Tetraodon sp.) yang merusak jala dan memangsa ikan. Hama lain berupa ikan liar pemangsa adalah udang, dan seluang (Rasbora). Ikan-ikan kecil yang masuk kedalam wadah budidaya akan menjadi pesaing ikan patin dalam hal mencari makan dan memperoleh oksigen. Untuk menghindari serangan hama pada pembesaran di jala apung (rakit) sebaiknya ditempatkan jauh dari pantai. Biasanya pinggiran waduk atau danau merupakan markas tempat bersarangnya hama, karena itu sebaiknya semak belukar yang tumbuh di pinggir dan disekitar lokasi dibersihkan secara rutin. Cara untuk menghindari dari serangan burung bangau (Lepto-tilus javanicus), pecuk (Phalacrocorax carbo sinensis), blekok (Ramphalcyon capensis capensis) adalah dengan menutupi bagian atas wadah budi daya dengan lembararan jaring dan memasang kantong jaring tambahan di luar kantong jaring budi daya. Mata jaring dari kantong jaring bagian luar ini dibuat lebih besar. Cara ini berfungsi ganda, selain burung tidak dapat masuk, ikan patin juga tidak akan berlompatan keluar.
  2. Penyakit
    Penyakit ikan patin ada yang disebabkan infeksi dan non-infeksi. Penyakit non-infeksi adalah penyakit yang timbul akibatadanya gangguan faktor yang bukan patogen. Penyakit non-infeksi ini tidak menular. Sedangkan penyakit akibat infeksi biasanya timbul karena gangguan organisme patogen.
    1. Penyakit akibat infeksi Organisme patogen yang menyebabkan infeksi biasanya berupa parasit, jamur, bakteri, dan virus. Produksi benih ikan patin secara masal masih menemui beberapa kendala antara lain karena sering mendapat serangan parasit Ichthyoptirus multifilis (white spot) sehingga banyak benih patin yang mati, terutama benih yang berumur 1-2 bulan. Dalam usaha pembesaran patin belum ada laporan yang mengungkapkan secara lengkap serangan penyakit pada ikan patin, untuk pencegahan, beberapa penyakit akibat infeksi berikut ini sebaiknya diperhatikan.
      1. Penyakit parasit
        Penyakit white spot (bintik putih) disebabkan oleh parasit dari bangsa protozoa dari jenis Ichthyoptirus multifilis Foquet. Pengendalian: menggunakan metil biru atau methilene blue konsentrasi 1% (satu gram metil biru dalam 100 cc air). Ikan yang sakit dimasukkan ke dalam bak air yang bersih, kemudian kedalamnya masukkan larutan tadi. Ikan dibiarkan dalam larutan selama 24 jam. Lakukan pengobatan berulang-ulang selama tiga kali dengan selang waktu sehari.
      2. Penyakit jamur
        Penyakit jamur biasanya terjadi akibat adanya luka pada badan ikan. Penyakit ini biasanya terjadi akibat adanya luka pada badan ikan. Penyebab penyakit jamur adalah Saprolegnia sp. dan Achlya sp. Pada kondisi air yang jelek, kemungkinan patin terserang jamur lebih besar. Pencegahan penyakit jamur dapat dilakukan dengan cara menjaga kualitas air agar kondisinya selalu ideal bagi kehidupan ikan patin. Ikan yang terlanjur sakit harus segera diobati. Obat yang biasanya di pakai adalah malachyt green oxalate sejumlah 2 –3 g/m air (1 liter) selama 30 menit. Caranya rendam ikan yang sakit dengan larutan tadi, dan di ulang sampai tiga hari berturut- turut.
      3. Penyakit bakteri
        Penyakit bakteri juga menjadi ancaman bagi ikan patin. Bakteri yang sering menyerang adalah Aeromonas sp. dan Pseudo-monas sp. Ikan yang terserang akan mengalami pendarahan pada bagian tubuh terutama di bagian dada, perut, dan pangkal sirip. Penyakit bakteri yang mungkin menyerang ikan patin adalah penyakit bakteri yang juga biasa menyerang ikan-ikan air tawar jenis lainnya, yaitu Aeromonas sp. dan Pseudomonas sp. Ikan patin yang terkena penyakit akibat bakteri, ternyata mudah menular, sehingga ikan yang terserang dan keadaannya cukup parah harus segera dimusnahkan. Sementara yang terinfeks, tetapi belum parah dapat dicoba dengan beberapa cara pengobatan. Antara lain:
        1. Dengan merendam ikan dalam larutan kalium permanganat (PK) 10-20 ppm selama 30–60 menit,
        2. Merendam ikan dalam larutan nitrofuran 5- 10 ppm selama 12–24 jam, atau
        3. merendam ikan dalam larutan oksitetrasiklin 5 ppm selama 24 jam.
    2. Penyakit non-infeksi
      Penyakit non-infeksi banyak diketemukan adalah keracunan dan kurang gizi.Keracunan disebabkan oleh banyak faktor seperti pada pemberian pakan yang berjamur dan berkuman atau karena pencemaran lingkungan perairan. Gajala keracunan dapat diidentifikasi dari tingkah laku ikan. - Ikan akan lemah, berenang megap-megap dipermukaan air. Pada kasus yang berbahaya, ikan berenang terbalik dan mati. Pada kasus kurang gizi, ikan tampak kurus dan kepala terlihat lebih besar, tidak seimbang dengan ukuran tubuh, kurang lincah dan berkembang tidak normal.
      • Kendala yang sering dihadapi adalah serangan parasit Ichthyoptirus multifilis (white spot) mengakibatkan banyak benih mati, terutama benih yang berumur 1-2 bulan.
      • Penyakit ini dapat membunuh ikan dalam waktu singkat.
      • Organisme ini menempel pada tubuh ikan secara bergerombol sampai ratusan jumlahnya sehingga akan terlihat seperti bintik-bintik putih.
      • Tempat yang disukai adalah di bawah selaput lendir sekaligus merusak selaput lendir tersebut.
8. PANEN
  1. Penangkapan
    Penangkapan ikan dengan menggunakan jala apung akan mengakibatkan ikan mengalami luka-luka. Sebaiknya penangkapan ikan dimulai dibagian hilir kemudian bergerak kebagian hulu. Jadi bila ikan didorong dengan kere maka ikan patin akan terpojok pada bagian hulu. Pemanenan seperti ini menguntungkan karena ikan tetap mendapatkan air yang segar sehingga kematian ikan dapat dihindari.
  2. Pembersihan
    Ikan patin yang dipelihara dalam hampang dapat dipanen setelah 6 bulan. Untuk melihat hasil yang diperoleh, dari benih yang ditebarkan pada waktu awal dengan berat 8-12 gram/ekor, setelah 6 bulan dapat mencapai 600-700 gram/ekor. Pemungutan hasil dapat dilakukan dengan menggunakan jala sebanyak 2-3 buah dan tenaga kerja yang diperlukan sebanyak 2-3 orang. Ikan yang ditangkap dimasukkan kedalam wadah yang telah disiapkan.
9. PASCAPANEN
Penanganan pascapanen ikan patin dapat dilakukan dengan cara penanganan ikan hidup maupun ikan segar.
  1. Penanganan ikan hidup
    Adakalanya ikan konsumsi ini akan lebih mahal harganya bila dijual dalam keadaan hidup. Hal yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai ke konsumen dalam keadaan hidup, segar dan sehat antara lain:
    1. Dalam pengangkutan gunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20 derajat C.
    2. Waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari.
    3. Jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak terlalu padat.
  2. Penanganan ikan segar
    Ikan segar mas merupakan produk yang cepat turun kualitasnya. Hal yang perlu diperhatikan untuk mempertahankan kesegaran antara lain:
    1. Penangkapan harus dilakukan hati-hati agar ikan-ikan tidak luka.
    2. Sebelum dikemas, ikan harus dicuci agar bersih dan lendir.
    3. Wadah pengangkut harus bersih dan tertutup. Untuk pengangkutan jarak dekat (2 jam perjalanan), dapat digunakan keranjang yang dilapisi dengan daun pisang/plastik. Untuk pengangkutan jarak jauh digunakan kotak dan seng atau fiberglass. Kapasitas kotak maksimum 50 kg dengan tinggi kotak maksimum 50 cm.
    4. Ikan diletakkan di dalam wadah yang diberi es dengan suhu 6-7 derajat C. Gunakan es berupa potongan kecil-kecil (es curai) dengan perbandingan jumlah es dan ikan=1:1. Dasar kotak dilapisi es setebal 4-5 cm. Kemudian ikan disusun di atas lapisan es ini setebal 5-10 cm, lalu disusul lapisan es lagi dan seterusnya. Antara ikan dengan dinding kotak diberi es, demikian juga antara ikan dengan penutup kotak.
  3. Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pananganan benih adalah sebagai berikut:
    1. Benih ikan harus dipilih yang sehat yaitu bebas dari penyakit, parasit dan tidak cacat. Setelah itu, benih ikan baru dimasukkan ke dalam kantong plastik (sistem tertutup) atau keramba (sistem terbuka).
    2. Air yang dipakai media pengangkutan harus bersih, sehat, bebas hama dan penyakit serta bahan organik lainya. Sebagai contoh dapat digunakan air sumur yang telah diaerasi semalam.
    3. Sebelum diangkut benih ikan harus diberok dahulu selama beberapa hari. Gunakan tempat pemberokan berupa bak yang berisi air bersih dan dengan aerasi yang baik. Bak pemberokan dapat dibuat dengan ukuran 1 m x 1 m atau 2 m x 0,5 m. Dengan ukuran tersebut, bak pemberokan dapat menampung benih ikan mas sejumlah 5000–6000 ekor dengan ukuran 3-5 cm. Jumlah benih dalam pemberokan harus disesuaikan dengan ukuran benihnya.
    4. Berdasarkan lama/jarak pengiriman, sistem pengangkutan benih terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
      1. Sistem terbuka
        Dilakukan untuk mengangkut benih dalam jarak dekat atau tidak memerlukan waktu yang lama. Alat pengangkut berupa keramba. Setiap keramba dapat diisi air bersih 15 liter dan dapat untuk mengangkut sekitar 5000 ekor benih ukuran 3-5 cm.
      2. Sistem tertutup
        Dilakukan untuk pengangkutan benih jarak jauh yang memerlukan waktu lebih dari 4-5 jam, menggunakan kantong plastik. Volume media pengangkutan terdiri dari air bersih 5 liter yang diberi buffer Na2(hpo)4.1H2O sebanyak 9 gram.
      3. Cara pengemasan benih ikan yang diangkut dengan kantong plastik:
        1. masukkan air bersih ke dalam kantong plastik kemudian benih;
        2. hilangkan udara dengan menekan kantong plastik ke permukaan air;
        3. alirkan oksigen dari tabung dialirkan ke kantong plastik sebanyak 2/3 volume keseluruhan rongga (air:oksigen=1:1);
        4. kantong plastik lalu diikat.
        5. kantong plastik dimasukkan ke dalam dos dengan posisi membujur atau ditidurkan. Dos yang berukuran panjang 0,50 m, lebar 0,35 m, dan tinggi 0,50 m dapat diisi 2 buah kantong plastik.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan setelah benih sampai di tempat tujuan adalah sebagai berikut:
  • Siapkan larutan tetrasiklin 25 ppm dalam waskom (1 kapsul tertasiklin dalam 10 liter air bersih).
  • Buka kantong plastik, tambahkan air bersih yang berasal dari kolam setempat sedikit demi sedikit agar perubahan suhu air dalam kantong plastik terjadi perlahan-lahan.
  • Pindahkan benih ikan ke waskom yang berisi larutan tetrasiklin selama 1-2 menit.
  • Masukan benih ikan ke dalam bak pemberokan. Dalam bak pemberokan benih ikan diberi pakan secukupnya. Selain itu, dilakukan pengobatan dengan tetrasiklin 25 ppm selama 3 hari berturut-turut. Selain tetrsikli dapat juga digunakan obat lain seperti KMNO4 sebanyak 20 ppm atau formalin sebanyak 4% selama 3-5 menit.
  • Setelah 1 minggu dikarantina, tebar benih ikan di kolam budidaya. Pengemasan benih harus dapat menjamin keselamatan benih selama pengangkutan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengemasan benih ikan patin yaitu:

  • Sediakan kantong plastik sesuai kebutuhan. Setiap kantong dibuat rangkap untuk menghindari kebocoran. Sediakan karet gelang untuk simpul sederhana. Masing-masing kantong diisi air sumur yang telah diaerasi selama 24 jam.
  • Benih ikan yang telah dipuasakan selama 18 jam ditangkap dengan serokan halus kemudian dimasukan kedalam kantong plastik tadi.
  • Satu persatu kantong diisi dengan oksigen murni (perbandingan air:oksigen = 1:2). Setelah itu segera diikat dengan karet gelang rangkap.
  • Kantong-kantong plastik berisi benih dimasukkan kedalam kardus.
  • Lama pengangkutan. Benih ikan patin dapat diangkut selama 10 jam dengan tingkat kelangsungan hidup mencapai 98,67%. Jika jarak yang hendak ditempuh memerlukan waktu yang lama maka satu- satunya cara untuk menjamin agar ikan tersebut selamat adalah dengan mengurangi jumlah benih ikan di dalam setiap kantong plastik.
Berdasarkan penelitian terbukti bahwa benih patin masih aman diangkut selama 14 jam dengan kapadatan 300 ekor per liter.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
  1. Analisis Usaha Budidaya
    Perkiraan analisis usaha ikan patin pada tahun 1999 di daerah Jawa Barat adalah sebagai berikut:
    1. Biaya produksi
      1. Kolam pemijahan 2 x 2 m Rp. 200.000,-
      2. Bibit /benih
        • 2 ekor induk @ Rp. 150.000,- Rp. 300.000,-
        • Ikan donor 5 Kg @ Rp. 10.000,- Rp. 50.000,-
      3. Pakan/makanan (Artemia Salina) Rp. 80.000,-
      4. Obat
        • Alat suntik 0,5 cc (2 buah) @ Rp. 4000,- Rp. 8.000,-
        • Pregnil Rp. 50.000,-
      5. Alat
        • Bangunan dan sumur Rp. 2.000.000,-
        • Genzet Rp. 2.500.000,-
        • Aerator Rp. 500.000,-
        • Selang aquarium 50 m @ Rp 1000,- Rp. 50.000,-
        • Kompor (4 unit) @ Rp. 25.000,- Rp. 100.000,-
        • 100 unit aquarium: 40x80 cm @ Rp 35.000,- Rp. 3.500.000,-
      6. Tenaga kerja
        • Tenaga kerja tetap 14 hari, 2 orang @ Rp.20.000,- Rp. 560.000,-
      7. Biaya tak terduga 10% Rp. 989.800,-
        Jumlah biaya produksi Rp. 10.887.800,-
    2. Biaya investasi rata-rata/aquarium Rp. 98.000,-
    3. Presentase output terhadap investasi/aquarium 3,15 %
    4. Analisis usaha untuk menutup investasi
      1. Periode 1: 2 Minggu pertama Benih @ Aquarium:100 ekor=100x100xRp.125,- Rp. 1.250.000,-
      2. Periode II : Pengeluaran Tetap/2 mingguan Rp. 480.000,-
      Dari perhitungan di atas pada periode ke 14 atau sekitar 7 bulan, telah dapat menutup investasi, Pada Produksi ke 15 ke atas sudah dapat memetik keuntungan
  2. Gambaran Peluang Agribisnis
    Dengan adanya luas perairan umum di Indonesia yang terdiri dari sungai, rawa, danau alam dan buatan seluas hampir mendekati 13 juta ha merupakan potensi alam yang sangat baik bagi pengembangan usaha perikanan di Indonesia. Disamping itu banyak potensi pendukung lainnya yang dilaksanakan oleh pemerintah dan swasta dalam hal permodalan, program penelitian dalam hal pembenihan, penanganan penyakit dan hama dan penanganan pasca panen, penanganan budidaya serta adanya kemudahan dalam hal periizinan import. Walaupun permintaan di tingkal pasaran lokal akan ikan patin dan ikan air tawar lainnya selalu mengalami pasang surut, namun dilihat dari jumlah hasil penjualan secara rata-rata selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Apabila pasaran lokal ikan patin mengalami kelesuan, maka akan sangat berpengaruh terhadap harga jual baik di tingkat petani maupun di tingkat grosir di pasar ikan. Selain itu penjualan benih ikan patin boleh dikatakan hampir tak ada masalah, prospeknya cukup baik. Selain adanya potensi pendukung dan faktor permintaan komoditi perikanan untuk pasaran lokal, maka sektor perikanan merupakan salah satu peluang usaha bisnis yang cerah.
11. DAFTAR PUSTAKA
  1. Anonim (1995). Pembesaran Ikan Patin Dalam Hampang (Banjarbaru: Lembar Informasi Pertanian.
  2. Aida, Siti Nurul, dkk. (1992/1993). Pengaruh Pemberian Kapur Pada Mutu Air dan Pertumbuhan Ikan Patin di Kolam Rawa Non Pasang Surut dalam Prosiding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar.
  3. Arifin, Zainal. (1987). “Pembenihan Ikan Patin (Pangasius pangasius) Dengan Rangsangan Hormon” , Buletin Penelitian Perikanan Darat. 6 (1), 1987: 42 - 47.
  4. Arifin, Zainal, Pengaruh Pakan Terhadap Pematangan Calon Induk Ikan Patin (Pangasius pangasius) dalam Prosiding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar 1992/1993.
  5. --------------, dkk. Perawatan Larva Ikan Patin (Pangasius pangasius) dengan Lingkungan Air Yang Berbeda dalam Proseding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar 1992/1993.
  6. --------------, dkk. Pemberian Pakan Berbeda Pada Pembesaran Ikan Patin (Pangasius pangsius) Dalam Sangkar dalam Proseding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar 1992/1993.
  7. --------------, dan Asyari, Pembesaran Ikan Patin (Pangasius pangasius) dalam Sangkar di Kolam dengan Kualitas Air yang Berbeda dalam Proseding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar 1991/1992, Balitkanwar, Bogor, 1992.
  8. --------------, dan Asyari, Perawatan Larva Ikan Patin (Pangasius pangasius) Dengan Sistem Resirkulasi dalam Proseding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar 1991/1992, Balitkanwar, Bogor, 1992.
  9. --------------; Asyari (1992). Pendederan Benih Ikan Patin (Pangasius pangasius) dalam Sangkar dalam Proseding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar 1991/1992, Balitkanwar, Bogor, 1992.
  10. Susanto, Heru (1999). Budi Daya Ikan Patin. Jakarta: Penebar Swadaya, 1999 ).
  11. Widiayati, Ani, dkk., Pegaruh Padat Tebar Induk Patin (Pangasius pangasius ) Yang dipelihara di Karamba Jaring Apung dalam Proseding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar 1991/1992, Balitkanwar, Bogor, 1992.
12. KONTAK HUBUNGAN
Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS;
Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas
Publisher by: WARINTEK - Menteri Negara Riset dan Teknologi

DETEKSI TARGET(TARGET STRENGTH)


I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
             Produksi perikanan di Indonesia sebagian besar dihasilkan oleh penangkapan ikan di laut yang dihasilkan dari laut seluas 5,7 juta km2 dengan potensi lestari lebih kurang 6,2 juta ton/tahun.  Tingkat pemanfaatan potensi perikanan laut tersebut baru mencapai 62% dari Maximum Sustainable Yield (MSY).  Pada tahun 2003 pemerintah akan meningkatkan volume tangkapan ikan laut   sampai dengan 80% dari MSY atau yang lebih dikenal dengan istilah Total Allowable Catch (TAC), sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan produktifitas penangkapan ikan di laut serta menjaga kelestarian sumberdaya ikan di laut (Ditjenkan, 1998).
             Ikan yang hidup di laut dapat dibagi dua yaitu : ikan permukaan (pelagic) yang hidup di dalam kolom air dari permukaan sampai dengan di atas dasar dan ikan dasar (demersal) yang hidup berada di dasar atau berasosiasi dengan dasar perairan.  Ikan dasar seperti : kakap (Lutjanus spp), kurisi (Nemiptherus spp), petek (Leognatus spp), manyung (Arius spp), dan lain sebagainya.  Alat tangkap ikan dasar yang biasa digunakan yaitu : jaring insang dasar, pancing dasar, trammelnet, cantrang, trawl, dan lain sebagainya.
           Salah satu contoh dari penggunaan  target strength ialah pada perhitungan kemampuan tangkap dan faktor lolosnya ikan dilakukan dengan mengoperasikan alat tangkap trawl dasar bersamaan dengan alat akustik beam , yaitu alat akustik atau Scientifik Echo Sounder yang dapat dipergunakan untuk mendetekti kumpulan ikan (besar dan jumlah ikan) yang berada di alur penangkapan trawl.  Maksudnya adalah trawl dasar untuk mengetahui berapa jumlah hasil tangkapan dan berapa ukuranya tiap-tiap ikan hasil tangkapan, sedangkan alat akustik untuk mengetahui berapa banyak ikan yang berada di alur penangkapan. Sehingga hasil tangkapan trawl dasar dan hasil deteksi alat akustik dapat dibandingkan. Dengan mengetahui nilai dan karakteristik target strength, maka informasi yang dibutuhkan dalam pendugaan stok ikan seperti jenis ukuran, jumlah dan kelimpahan sumberdaya ikan dapat diketahui dengan mudah sehingga dapat membantu dalam proses penangkapan ikan di laut.
1.2. Tujuan
Tujuan praktikum ini ialah agar mahasiswa mampu menganalisis hambur balik (backscatter) dari sebuah target tunggal.
II. METODOLOGI
2.1. Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan ialah :
  • Echo Sounder ( transmitter dan receiver)
  • Oscilloscope
  • Target (bola pimpong)
  • Standar target (Bola sphere)
2.2. Mengetahui pengaruh bahan target terhadap echo yang dipantulkan
Pemasangan target yang diukur, diletakkan pada jarak 1,5 meter di bawah transducer,  untuk menghindari daerah near field yang merupakan daerah noise yang dapat mengganggu perolehan data. Data yang ditampilkan pada layar Oscilloscope merupakan nilai amplitudo dari target yang dikembalikan. Untuk mendapat nilai TS, maka nilai amplitudo ini dapat dikonversi dengan menggunakan persamaan :
TS = 20 log (Vtagret :Vrev ) + TSrev
Dimana : V= nilai amplitudo , TSrev = TS sphere (6 cm)= -41.5 dB.
Kemudian hasil pengukuran dicatat ke dalam tabel 1.
2.3. mengetahui pengaruh jarak terhadap echo yang dipantulkan
Dengan menggunakan sumber  frekuensi yang sama maka faktor kedalaman akan mempengaruhi nilai TS yang didapatkan. Untuk melihat besarnya perubahan echo yang ditampilkan pada Oscilloscope dapat dilakukan dengan cara mengubah atau melakukan perubahan variasi jarak. Kemudian mencatat hasilnya ke dalam tabel 2.

III. TINJAUAN  PUSTAKA
Target strength adalah kekuatan dari suatu target untuk memantulkan suara. Dengan mengetahui nilai dan karakteristik target strength, maka informasi yang dibutuhkan dalam pendugaan stok ikan seperti jenis ukuran, jumlah dan kelimpahan sumberdaya ikan dapat diketahui.
Sistem akustik bim terbagi (Split beam acoustic system) adalah perangkat akustik yang terdiri dari split beam transducer, split beam processor, dan program target strength, alat ini digunakan untuk mendeteksi ikan yang berada di dasar perairan.  Selain itu dapat memperinci lokasi ikan di dalam air dan orientasinya terhadap sumbu akustik. Hal ini penting untuk perhitungan target strength (Enherberg, 1981).
            Target Strength (TS) adalah kekuatan pantulan echo (gema), atau ukuran decibel intensitas suara yang dikembalikan oleh target, diukur pada jarak satu meter dari pusat akustik, relatif terhadap intensitas suara yang mengenai target (Coates, 1990).  Sedangkan menurut Burczynski dan Johnson, 1986 menyatakan bahwa Target Strength (TS) ikan memiliki hubungan yang ekuivalen dengan backscattering cross section (bs) yang ditulis dalam persamaan sebagai berikut :
                                              TS = 10logbs 
            Hubungan antara TS dan panjang ikan dapat ditulis sebgai berikut  (Foote, 1987):
                                         TS = 20Log L – 68dB
Dimana; L adalah panjang cagak (fork length) ikan dalam cm.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel  1. Hasil pengukuran echo terhadap target
Bahan atau Target
Amplitudo
Standar target (sphere ) diameter 6 cm
4 cm, 3 cm, 3.4 cm
Bola ping pong
2 cm, 2.4 cm, 2.42 cm

Dari tabel di atas atas dapat dilihat bahwa semakin dalam dari target yang diamati maka diperoleh nilai amplitudo dari standar target (sphere) yang semakin menurun atau kecil. Sedangkan untuk target berupa bola ping pong diperoleh nilai  amplitudo yang semakin besar .  Perbedaan ini terjadi karena jenis bahan target dan ukurannya  yang berbeda sehingga kekuatan target strength-nya pun juga berbeda serta mungkin juga karena adanya pengaruh  dari near field sehingga menimbulkan noise atau gangguan sehingga mempengaruhi nilai hasil dari amplitudonya.

Tabel 2. Hasil pengamatan amplitudo terhadap jarak target
Nilai Pantulan Bahan (volt)
Kedalaman(m)
TS bola ping pong (dB)
Waktu (ms)
Sphere
Bola ping pong
2
0.5
1
1.5
-47. 54
2
0.5
1
1.65
-43.4
2
0.5
1
1.80
-41.65

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai TS-nya semakin besar.  Oleh karena itu berbeda dengan yang seharusnya yaitu jika nilai TS semakin kecil jika semakin dalam perairan dari target tunggal. Hal ini terjadi  karena perbedaan dari kedua bahan target dan ukurannya serta diduga karena adannya pengaruh noise dari daerah near field karena jaraknya yang dekat  dengan tranduser.


DAFTAR PUSTAKA
Coates, R.F.W 1990 Underwater Acoustic System.  Macmilan Education, Ltd.
Direktorat Jendral Perikanan, 1999. Statistik Perikanan Indonesia Tahun 1998.78 hal.
Urick, R.J. 1975. Principles of Underwater sound. McGraw-Hill Book Company. USA.
Medwin H. And C.S. Clay. 1998. Fundamentals of Acoustical Oceanography. Application of Modern Acoustics. Academic Press. United Kingdom. London.