Potensi
perikanan laut Indonesia sangat besar namun sangat sedikit ikan
perairan laut yang dibudidayakan oleh para pembudidaya ikan. Potensi
perikanan laut ini jika digali dan dimanfaatkan dengan benar dapat
meningkatkan taraf hidup para penduduk pesisir. Saat ini, ada beberapa
komoditas yang sudah dapat dibudidayakan diantaranya rumput laut,
kerapu, kakap, teripang, lobster dan lain-lain.
Rumput laut dan ikan terutama kerapu dan kakap merupakan komoditas
yang telah dikuasai teknologi budidayanya dan telah menjadi mata
pencaharian para pembudidaya. Rumput laut saat ini menjadi komoditas
dengan produksi terbesar. Sementara lobster dengan nama ilmiah
Panulirus sp belum banyak dibudidakan. Padahal potensi pengembangannya sangat besar.
Lobster (
Panulirus sp.) merupakan hewan nokturnal yang
berarti hewan yang aktif pada malam hari seperti mencari makan dan
mengurangi kegiatannya pada siang hari. mereka memakan kumpulan hewan
mulai dari benthos bahkan
mollusca dan krustasea kecil lainnya
(Phillip & Kittaka 2000). Tubuh lobster diselubungi oleh kulit yang
keras dan berzat kapur dan terdapat duri – duri.
Lobster atau
Panulirus sp termasuk komoditas perikanan
budidaya yang memiliki prospek yang sangat cerah. Dengan potensi
budidaya laut Indonesia yang masih besar tentu lobster merupakan salah
satu alternatif usaha perikanan budidaya di perairan laut yang cukup
menjanjikan bagi pembudidaya. Potensi budidaya laut Indonesia merupakan
yang terbesar dibandingkan dengan budidaya lainnya. Potensi budidaya
laut di Indonesia mencapai total luas lahan sebesar 3.776.000 Ha,
sementara lahan yang dimanfaatkan hanya sekitar 169.292 Ha atau sekitar
4,48 % tingkat pemanfaatannya.
Pemanfaatan Lahan Budidaya di Indonesia
Jenis Budidaya |
Potensi Lahan (Ha) |
Pemanfaatan Lahan (Ha) |
Tingkat Pemanfataan (%) |
Budidaya Laut |
3.766.000 |
169.292 |
4,48 |
Budidaya Air Payau |
1.225.000 |
749.220 |
61,16 |
Budidaya Air Tawar |
2.230.500 |
279.867 |
12,55 |
Sumber : Statistik Perikanan Budidaya 2011
Melihat tabel di atas maka tergambar bahwa masih sangat terbuka
pengembangan usaha perikanan budidaya laut. Tingkat pemanfaatan lahan
masih sangat rendah, hanya sekitar 4,48 persen. Dari sedikit lahan
tersebut yang dimanfaat untuk kegiatan budidaya lobster masih sangat
kecil. Saat ini budidaya laut lebih banyak didominasi dari usaha
budidaya rumput laut.
Teknologi budidaya lobsterjuga sudah tersedia dan tidak sulit untuk
diaplikasikan di lapangan. Yang perlu diperhatikan dalam melakukan usaha
budidaya lobster adalah kualitas air karena keberhasilan usaha budidaya
lobster ini sangat ditentukan oleh hal ini. Berikut ini beberapa
parameter-parameter kualitas air untuk budidaya lobster:
- Temperatur, berkisar pada suhu 24 – 30 derajat celcius
- Salinitas air dengan ketentuan nilai antara 30 – 34 ppt
- pH air sebesar 7,5 – 8,5
- DO air sebesar antara 3 – 5 ppm
- Kecerahan air sebesar 4 – 6 m
- Kecepatan arus 20 – 40 cm/detik
- Kadar garam dalam air antara 1.028 – 1.032
Cara budidaya lobster sendiri tidaklah sulit. Walau lobster belum
dapat dilakukan pembenihan namun ketersedian benih di alam cukup
melimpah sehingga benih dapat diperoleh dengan mudah. Benih lobster
dapat diperoleh dari nelayan. Harga benih lobster berkisar antara Rp.
30.000 – 45.000 per ekornya.
Proses pembudidayaan lobster dilakukan dengan menggunakan satu unit
karamba jaring apung berukuran 3x3x3 m3 dengan 4 petak karamba jaring
apung. Satu petak karamba jaring apung diisi dengan benih berukuran 50
gram/ekor dengan kepadatan tebar 250 – 300 ekor per petak. Jaring
sebaiknya dibuat rangkap dua untuk mencegah predator. Jarak antara kedua
jaring sekitar 25 – 30 cm. Di dalam jaring perlu digantungkan shelter
dari bahan potongan kayu berlubang, potongan pipa pvc, potongan waring
dan karung beras, serta rumput laut. Pakan diberikan sebanyak 3 kali
sehari dengan prosentase 15 – 20 persen berat biomassa berupa ikan rucah
atau kerang hijau. Pemberian makan perlu di kontrol jangan sampai pakan
banyak tersisa karena akan menjadi racun dan mengotori lingkungan
perairan.Pemeliharaan lobster dilakukan selama 6 – 10 bulan. Berdasarkan
pengalaman para pembudidaya tingkat kehidupan lobster setelah
dipelihara sampai ukuran konsumsi mencapai SR 75 – 80 persen.
Dalam proses pembudidayaan lobster perlu dilakukan pemeliharaan
terhadap jaring setiap sebulan sekali agar terjaga kebersihannya.
Lakukan pula pemantauan kesehatan, hama dan penyakit yang mungkin
hinggap pada lobster. Oleh karena lobster termasuk hewan kanibal maka
perlu dilakukan seleksi dan grading untuk mengurangi tingkat
kanibalisme. Seleksi dan grading dapat dilakukan bersamaan dengan
penggantian jaring. Sementara berat jenis air laut di ukur 2-3 minggu.
Panen dapat dilakukan dengan metode sebagian ataupun panen total.
Lobster yang dipanen sebaiknya berukuran antara 100 – 300 gram/ekor
sesuai dengan permintaan pasar. Yang harus diperhatikan dalam proses
pemanenan lobster adalah panen lobster harus dilakukan dengan cermat dan
cekatan agar lobster tidak rusak ataupun mati saat dipanen. Jangan lupa
gunakan sarung tangan saat melakukan panen untuk menghindari luka.
Lobster termasuk komoditas perikanan budidaya yang dalam proses
pembudidayaannya dapat diintegrasikan dengan komoditas lain sehingga
hasil yang didapat tidak hanya panen lobster namun juga ada panen
komoditas lain. Hal ini semakin menegaskan bahwa budidaya lobster sangat
menguntungkan.
Secara ekonomi usaha budidaya lobster merupakan usaha yang
menguntungkan. Dalam satu tahun panen lobster dapat dilakukan 2 kali.
Pendapatan kotornya mencapai ratusan juga rupiah untuk satu unit karamba
jaring apung. Setelah dikurangi biaya-biaya, keuntungan bersih budidaya
lobster mencapai 50 – 60 persen dari total pendapatan kotor. Ini belum
ditambah jika budidaya lobster dilakukan dengan sistem polikultur. Tentu
ada pendapatan dari yang lain. Break Even Point (BEP) pada saat
menghasilkan lobster sebanyak 139 kg dengan harga per kg Rp. 165.000.
Sementara waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk mengembalikan
investasi usaha budidaya lobster ini adalah berkisar 8 – 9 bulan. Jadi
pengembalian modal usaha budidaya ini kurang dari satu tahun. Hal ini
tentu menunjukkan bahwa usaha budidaya lobster sangat menjanjikan dan
menguntungkan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa usaha pembesaran lobster
dapat dikatakan layak (
feasible) untuk dilaksanakan.
Berprospeknya budidaya rumput laut juga dapat dilihat dari prospek
pasarnya. Lobster termasuk komoditas yang bernilai ekonomis sangat
tinggi. Dengan semakin menurunnya hasil tangkapan lobster tentu
merupakan peluang untuk pengembangan usaha budidaya ini. Lobster di
tingkat pembudidaya berharga Rp. 300.000 – 600.000. Harga naik biasanya
menjelang tahun baru , lebaran , natal dan imlek . Harga lobster sangat
bergantung pada kualitas lobster pada saat dipanen selain juga diilhat
dari jenis dan ukurannya. Oleh karenanya, pada saat panen jangan sampai
lobster rusak. Harga lobster yang masih hidup, sehat dan tidak ada
cacatnya cenderung lebih mahal dibandingkan dengan yang cacat atau mati.
Peluang pasar lobster terbuka lebar, tidak hanya di dalam negeri
bahkan sampai keluar negeri. Permintaan lobster terutama untuk pasar
luar negeri setiap tahunnya cenderung meningkat. Belanda yang terletak
dibagian barat Eropa termasuk salah satu pengimpor lobster terbesar.hal
ini disebabkan karena masyarakat Belanda sangat menggemari daging
lobster. Ekspor lobster Indonesia cukup banyak ke negera ini dan
merupakan Negara tujuan ekspor ekspor terbesar Indonesia.
Permintaan lobster tidak hanya datang dari negeri kincir angin
Belanda namun juga datang dari Negara Jerman, Belgia dan Luxemburg.
Sementara di benua Asia, Hongkong dan Jepang adalah dua Negara dengan
permintaan ekspor tertinggi di Asia. Lobster di jepang merupakan makanan
yang disajikan untuk menghormati para tamu yang datang. Sebenarnya
Jepang merupakan penghasil lobster terbesar di dunia namun permintaan
lobster di Negara ini juga sangat tinggi sehingga Negara ini juga masih
mengimpor lobster untuk memenuhi permintaan lobster.
Sementara Hongkong, permintaan lobster juga tinggi. Hal ini
disebabkan karena masyarakat Hongkong menganggap bahwa lobster merupakan
pembawa hoki bagi yang mengkonsumsinya. Lobster menurut masyakat
hongkong bentuknya mirip dengan seekor naga yang dapat mendatangkan
keberuntungan.
Prospek pasar lobster dalam negeri saat ini juga meningkat.
Permintaan lobster untuk sajian makan meningkat seiring dengan
meningkatnya jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia.
Selain itu, masyarakat Indonesia pun sekarang juga menyukai lobster
sebagai santapannya. Jika dibandingkan dengan keluarga udang lainnya,
rasa lobster lebih enak dibandingkan dengan jenis udang lainnya. Lobster
dengan rasa daging yang halus dan gurih ini merupakan makan bergengsi
pula di Indonesia karena harganya mahal dan biasanya terdapat di
restoran atau hotel berbintang.
Jadi, usaha budidaya termasuk menjanjikan hasil yang sangat
menggiurkan bagi para pembudidaya. Benih dari alam tersedia sangat
melimpah, BEP-nya kurang dari satu tahun dan pangsa pasarnya terbuka
lebar di luar dan di dalam negeri dengan harga yang sangat tinggi.
Sumber: http://www.djpb.kkp.go.id