- TEORI
Indonesia
adalah salah satu negara di dunia yang memiliki wilayah laut terbesar. Sekitar
dua per tiga wilayah Indonesia adalah laut. Indonesia memiliki pantai kedua
terpanjang di dunia setelah Kanada, dimana panjang pantai Indonesia sekitar
99.093 kilometer (Badan Informasi Geospasial)
dan luas lautnya adalah sekitar 52 juta km2. Dengan garis
pantai yang panjang tersebut, potensi energi ombak yang dimiliki Indonesia
sangat besar. Asosiasi Energi Laut Indonesia (ASELI) pada tahun 2011 telah
mendata potensi energi listrik yang bisa dihasilkan ombak. Arus pasang surut
memiliki potensi teoretis sebesar 160 Gigawatt (GW), potensi teknis 22,5 GW,
dan potensi praktis 4,8 GW.
Gambar 1. Peta daerah yang memiliki potensi pembangkit
listrik tenaga ombak (wave)
berdasarkan riset BPPT-Pemerintah Norwegia. Sumber: Pusat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Geologi, dan Badan Geologi, Desom.
Karakteristik
energi gelombang sangat sesuai untuk memenuhi kebutuhan energi kota-kota
pelabuhan dan pulau-pulau terpencil di Indonesia. Akan tetapi, pengembangan
teknologi pemanfaatan energi gelombang di Indonesia saat ini masih belum
optimal namun cukup menjanjikan.
Sebagai
contoh Balai Pengkajian Dinamika Pantai (BPDP) dan BPPT Yogyakarta melalui
riset sejak tahun 2003 telah mampu mengembangkan pemanfaatan energi gelombang
laut sebagai sumber alternatif energi listrik, dengan menggunakan teknologi Oscillating Water Column / OWS, BPDP-BPPT
telah membangun prototipe di pantai Parangracuk, Baron, Gunung Kidul, DIY dan
berhasil memperoleh potensi daya sebesar 522 watt.
Oleh karena itu dibutuhkan keseriusan
lagi untuk berani menerapkan teknologi yang lebih efisien dalam mengkonversi energi
gelombang tersebut. Salah satunya adalah teknologi pengkonversi energi gelombang
yang disebut Pelamis Wave Energy Converter
mirip seperti yang dicoba di Skotlandia.
Model pembangkit ini cukup
unik karena mengadaptasi gerakan ular berenang di permukaan air. Gerakannya
meliuk-liuk dari kanan-kiri dan atas-bawah. Kelebihan dari teknologi ini ialah
setiap mesin alat ini diperkirakan dapat mengkonversi energi ombak menjadi
listrik sebesar 750 kW dengan target efisiensi 25-40% tergantung pada pemilihan
lokasi, generasi keduanya (P2) memiliki efisiensi hingga 70%, tanpa membutuhkan
bahan bakar dan menghasilkan energi yang bersih dan ramah lingkungan. Selain itu,
teknologi ini cukup aman untuk diterapkan di lokasi yang rawan bencana seperti
Indonesia yang berada di daerah yang disebut cincin api (ring of fire).
Daya sebesar ini
diperkirakan mampu menghidupi sebanyak 500 rumah penduduk Skotlandia, dengan
konsumsi listrik domestik rata-rata sebesar 4.148 kWh. Sedangkan, konsumsi
energi listrik domestik Indonesia hanya 591 kWh (tahun 2011). Sehingga berdasarkan
estimasi awal, penerapan di Indonesia bisa mencapai tujuh kali lipat (3500 rumah) daripada
di Skotlandia.
- PRINSIP KERJA
Pembangkit ini bekerja pada laut dengan kedalaman lebih dari 50
m dan berjarak 2-10 km dari pantai (tipe pembangkit offshore). Prinsip
kerja dari Pelamis Wave Energy Converter adalah pembangkit ini
mengapung dengan beberapa bagian tubuhnya tenggelam dalam air laut, dan posisi
Pelamis langsung berhadapan dengan arah ombak. Badan pelamis terdiri dari lima
tabung (Power module ─ yang seperti badan ular) yang terhubung dengan universal
joints (sambungan universal) yang memungkinkan pergerakan dua arah.
Gambar
2. Properti dari Pelamis Wave Power (sumber
: www.pelamiswave.com/image-library/12)
Ketika ombak
mengarah ke badan Pelamis, ombak akan menyebabkan terjadinya pembengkokkan pada
sendi-sendi Pelamis. Gerakan pembengkokkan tersebut dimanfaatkan dengan
mengubahnya menjadi energi listrik dengan bantuan hidrolik sistem take-off yang memanjang dan
memendek seiring dengan tarikan dan tekanan yang berasal dari gerakan
naik-turun ombak. Listrik kemudian didistribusikan melalui kabel bawah tanah.
Gambar 3. Skema pergerakan Pelamis. Sumber gambar: http://www.pelamiswave.com/pelamis-technology
Pelamis yang sedang dikembangkan
saat ini adalah generasi kedua (P2), dengan adanya pengembangan desain
yang cukup signifikan. Pada Pelamis terdapat 3 bagian utama, yaitu Power
Module, Universal Joints, serta Machine connection &
anchoring system. Berikut ini penjelasan setiap bagiannya:
- Power Module
Ada empat power module,
satu untuk tiap sendi. Power module ini bagian yang seperti tubuh
ularnya dan berupa tabung-tabung warna oranye. Di tabung-tabung tersebut
terdapat pembangkit listrik dan komponen pengkonversi energi.
- Universal Joints
Universal Joint
adalah bagian yang memungkinkan Pelamis melenggok-lenggok, seperti sendi dalam
tubuh manusia. Setiap sendi memiliki dua derajat kebebasan dengan 4 silinder
hidrolis.
Gambar 5. Universal Joints (Sumber gambar:
http://www.pelamiswave.com/media-centre)
- Machine connection & anchoring system
Pembangkit
ini memiliki jangkar untuk menahan diri agar tidak terbawa arus laut. Pada
bagian ini juga terdapat sistem elektrik yang bertujuan untuk mendistribusikan
listrik hasil konversi. Seperti dalam gambar di bawah, bagian ini juga berguna
untuk mendistribusi listrik menggunakan kabel bawah laut untuk selanjutnya
didistribusikan ke rumah penduduk.
Gambar 6. Machine
connection & anchoring system (Sumber
gambar: http://www.pelamiswave.com/operations-maintenance)
- APLIKASI
Peluang
aplikasi Pelamis
di Indonesia berdasarkan Pelamis Wave Power Ltd.
selaku penemu dan pengembang Pelamis telah memprediksi beberapa tempat di dunia
yang dinilai cukup efektif untuk mengaplikasikan Pelamis Wave Converter.
Salah satu tempat tersebut berada di lautan Indonesia yaitu laut selatan pulau
Jawa. Sementara pantai
barat pulau Sumatera bagian selatan juga cukup berpotensi karena hampir
memiliki kesamaan dengan laut selatan pulau Jawa.
Gambar 7.
Global Resource of Pelamis Wave Energy Converter.
Sumber gambar: http://www.pelamiswave.com/the-market
Dengan batasan penyerapan energi secara teoretikal sebagai
berikut: