Gambar 1. Ekosistem terumbu karang
Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanthellae. Terumbu karang termasuk dalam jenis filum Cnidaria kelas Anthozoa yang memiliki tentakel. Kelas Anthozoa tersebut terdiri dari dua Subkelas yaitu Hexacorallia
(atau Zoantharia) dan Octocorallia, yang keduanya dibedakan secara
asal-usul, Morfologi dan Fisiologi.
Koloni karang dibentuk oleh ribuan hewan kecil yang disebut Polip.
Dalam bentuk sederhananya, karang terdiri dari satu polip saja yang
mempunyai bentuk tubuh seperti tabung dengan mulut yang terletak di
bagian atas dan dikelilingi oleh Tentakel. Namun pada kebanyakan Spesies, satu individu polip karang akan berkembang menjadi banyak individu yang disebut koloni. Hewan ini memiliki bentuk unik dan warna beraneka rupa serta dapat menghasilkan CaCO3 atau zat kapur yang membentuk terumbu. Terumbu karang merupakan habitat bagi berbagai spesies tumbuhan laut, hewan laut, dan mikroorganisme laut lainnya yang belum diketahui.
Gambar 2. Hewan karang dan zooxanthellae
Habitat terumbu karang pada umumnya hidup di pinggir pantai atau daerah yang masih terkena cahaya matahari kurang lebih 50 m di bawah permukaan laut. Beberapa tipe terumbu karang dapat hidup jauh di dalam laut dan tidak memerlukan cahaya, namun terumbu karang tersebut tidak bersimbiosis dengan zooxanhellae dan tidak membentuk karang.
Ekosistem terumbu karang sebagian besar terdapat di perairan tropis,
sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan hidupnya terutama suhu, salinitas, sedimentasi, Eutrofikasi dan memerlukan kualitas perairan alami (pristine). Demikian halnya dengan perubahan suhu lingkungan akibat pemanasan global yang melanda perairan tropis di tahun 1998 telah menyebabkan pemutihan karang (coral bleaching) yang diikuti dengan kematian massal mencapai 90-95%. Selama peristiwa pemutihan tersebut, rata-rata suhu permukaan air di perairan Indonesia adalah 2-3 °C di atas suhu normal.
Segitiga Karang Dunia (Coral triangle)
Negara negara yang mencakup segitiga terumbu karang adalah: Filipina.
Indonesia. Papua Nugini. Malaysia. Timor Leste, dan Kepulauan Solomon.
Sebagian dari kawasan tersebut — masing-masing merupakan gugusan
yang menakjubkan baik dari unsur budaya manusia, hewan, tumbuhan, dan
keanekaragaman geofisika yang amat penting.
Segitiga terumbu karang memiliki ekosistem laut yang paling beragam
di dunia, dengan lebih dari 500 spesies karang, setidaknya 3.000 spesies
ikan dan hutan mangrove terbesar yang tersisa di Bumi. Kawasan ini
dihuni oleh lebih dari 150 juta orang.
Kawasan ini merupakan pusat global keanekaragaman hayati laut, dan
penting untuk menjaga ekosistem dan perikanan yang produktif
bagi keberlanjutan dan kesejahteraan penduduk di seluruh dunia.
Cara tangkap perikanan yang tidak berlanjutan, polusi, perubahan
iklim dan perusakan habitat mengancam wilayah ini, yang secara praktis
kemudian mengancam kehidupan ikan dan mengancam pula kepentingan
manusia yang telah disediakan oleh Segitiga terumbu karang ini.
Gambar 3. Coral triangle atau segitiga karang dunia
Sepertiga garis pantai tropis dunia terbentuk oleh terumbu karang.
Kawasan terumbu karang merupakan lingkungan yang sangat produktif,
dengan tingkat produktivitas 100 kali lebih produktif dibanding laut di
sekelilingnya. Terumbu karang membentuk hotspot atau habitat
biologis yang menyokong kehidupan bagi spesies di sekitarnya. Serta
memasok sembilan juta dari 75-100 ton hasil tangkapan ikan dunia.
Indonesia berada di wilayah Segitiga Karang atau Coral Triangle yang mencakup empat dari 25 buah hotspot
keanekaragaman hayati dunia. Segitiga Karang ini memiliki luas terumbu
karang lebih dari 100.000 kilometer persegi, 76 persen spesies karang
dunia tercakup di dalamnya. Belum lagi potensi 45 spesies mangrove, 13
spesies lamun, dan 2.228 spesies ikan.
Perubahan iklim sudah berdampak besar pada
ekosistem laut dan pesisir di Segitiga Terumbu Karang-oleh pemanasan,
pengasaman dan naiknya permukaan air laut.
Gambar 4. Gugusan pulau di Raja Empat di Indonesia yang merupakan salah satu pusat terumbu karang dunia dan pusat keanekaragaman hayati laut.
Dua kejadian terdahsyat pemutihan karang yang mengakibatkan kerusakan signifikan pada terumbu di seluruh dunia juga terkait dengan perubahan iklim, pada tahun 1998, pemutihan karang menghancurkan lebih dari 16% dari terumbu karang dunia, termasuk di wilayah Segitiga Terumbu Karang.
Jika emisi gas rumah kaca terus meningkat, banyak bagian dari Segitiga Terumbu Karang akan hilang pada akhir abad ini. Oleh karena itu, kita sebagai warga negara yang hidup di negara kepulauan maritim Indonesia sudah seharusnya memprioritaskan dalam pembangunan dan kelestarian sumberdaya laut demi pemanfaatan yang sustainable.
Referensi:
1. http://id.wikipedia.org/wiki/Terumbu_karang
2. http://nationalgeographic.co.id
3. http://www.conservation.org
4. http://www.wwf.or.id
No comments:
Post a Comment