INFO PRAKIRAAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN(PDPI) dari KKP [13-15 September 2013 ] : DPI Jawa Bali dan Nusa Tenggara : DPI (122’34’’21.9’’’BT, 9’12’’3.1’’’LS) Potensi (111’18’’54.2’’’BT, 8’46’’7.7’’’LS) (112’4’’59.4’’’BT, 8’27’’50.7’’’LS) (115’28’’3.7’’’, 9’7’’43.9’’’LS) (115’26’’37.2’’’BT, 9’26’’27.2’’’LS) (107’17’’23.2’’’BT, 8’0’’2.5’’’LS) DPI Kalimantan : -- DPI Maluku Papua : -- DPI Sumatera : Potensi (104’55’’48.3’’’BT, 6’27’’52.0’’’LS) DPI Sulawesi : Potensi (118’43’’55.8’’’BT, 1’45’’35.1’’’LS)

Saturday, August 13, 2011

BUDIDAYA IKAN BANDENG

Ikan bandeng memiliki nama latin Chanos chanos, merupakan ikan campuran antara air asin dan air tawar atau payau. Ikan ini dapat hidup sampai ke pinggiran dan tengah laut dan secara kontinyu akan kembali ke perairan dangkal atau tepi pantai untuk bertelur. Ikan banding lebih menyenangi perairan dangkal dengan banyak tanaman bakau di sekitarnya. Karena akar tanaman bakau akan melindungi telur dan bayi ikan banding dari pemangsa seperti ikan lain yang berukuran lebih besar.

Bayi bandeng atau yang dikenal dengan nama “nener” banyak ditangkap oleh para nelayan untuk dijadikan benih di tambak. Memang bandeng sekarang sudah banyak dipelihara di tambak – tambak. Pengambilan benih bandeng atau nener di alam liar masih merupakan pola pembibitan yang sudah kadaluarsa. Sekarang bibit bandeng atau nener banyak di produksi oleh para pembibit atau hatchery untuk di jual ke pengelola tambak. Dengan teknik pembibitan yang modern bibit bandeng dapat dihasilkan dengan jumlah yang luar biasa banyak.
Salah satu budidaya yang dapat diandalkan oleh masyarakat nelayan atau pesisir adalah budidaya ikan bandeng di tambak baik itu secara tradisional maupun dengan menggunakan cara yang lebih modern. Kedua cara tersebut sama-sama menguntungkan petani tambak karena selain proses budidaya bandeng yang cukup mudah dan murah, ikan bandeng juga salah satu jenis ikan yang cukup banyak digemari oleh konsumennya. Oleh karena itu, budidaya ikan ini cukup diminati oleh para petani tambak.
Keunggulan komoditas bandeng dibandingkan dengan komoditas lainnya, di antaranya:

a) induknya memiliki fekunditas yang tinggi dan teknik pembenihannya telah dikuasai sehingga pasok 
    nener tidak tergantung dari alam;
b) teknologi budi dayanya relatif mudah;
c) bersifat eurihalin antara. 0-50 ppt;
d) bersifat herbivore, tetapi dapat juga menjadi omnivore dan tanggap terhadap pakan buatan; 
e) pakan relatif murah dan tersedia secara komersial;
f) tidak bersifat kanibal sehingga bisa hidup dalam kepadatan tinggi;
g) dapat dibudidayakan secara polikultur dengan komoditas lainnya;
h) dapat digunakan sebagai umpan bagi industi perikanan tuna dan cakalang; dan
i) dagingnya bertulang, tetapi rasanya lezat dan di beberapa daerah memiliki tingkat preferensi konsumsi yang tinggi.
Usaha Budidaya Ikan Bandeng 
Pembesaran. Sebagian besar usaha udang bandeng dilakukan di t.ambak. Dewasa ini tingkat pengelolaan pembesaran ikan bandeng beragam. Di wilayah pesisir yang banyak terdapat nener, masyarakat dapat membudidayakan bandeng dengan cara yang sederhana, yakni pada saat terjadi pasang, air laut dimasukkan ke dalam petakan tambak. Bersama dengan aliran air masuk pula benih ikan-ikan liar, termasuk diantaranya bandeng. Setelah masa pemeliharaan 6 bulan ikan dipanen. Pertumbuhan dan produksi ikan bandeng tidak dapat diperkirakan dengan baik, mengingat selama masa pemeliharaan tumbuh pula ikan lain yang bersifat penyaing maupun pemangsa.
Produktivitas yang lebih tinggi dicapai dengan pengelolaan benih, lingkungan dan pakan yang lebih baik. Dewasa ini petani umumnya sudah tidak lagi mengandalkan benih yang masuk bersama aliran air, tetapi sengaja menebar benih. Lingkungan perairan dipersiapkan melalui pemberantasan kompetitor dan predator dan penumbuhan pakan alami yang dirangsang dengan pemupukan. Dengan cara ini petani dapat menebar ikan sebanyak 3000 ekor per hektar dan setelah melewati masa pemeliharaan 5 bulan diperoleh hasil panen sebanyak 400-500 kg/ha per musim.
Penggunaan pakan untuk mengatasi kekurangan pakan alami dapat meningkatkan kepadatan ikan yang dapat dipelihara yang selanjutnya diikuti dengan peningkatan hasil panen. Pada pemeliharaan tanpa menggunakan kincir air petani dapat memungut hasil panen 2-3 ton/ha/musim, sedangkan dengan penambahan kincir bisa mencapai 5-7 ton/ha/musim. Kendatipun demikian penggunaan kincir tidak berkembang karena pengadaan kincir memerlukan tambahan investasi serta biaya operasional yang cukup besar, padahal tidak sejalan dengan hasil yang dicapai. Dan yang paling penting diperhatikan adalah jumlah ikan hidupnya(Survival Rate )dimaksimalkan dengan mengoptimalkan pakan buatan agar masih dapat untung yaitu dengan cara mengontrol kualitas airnya dan membandingkan tingkat harga yang baru apakah sesuai atau cocok untuk ukuran ikannya dijual.

Friday, August 12, 2011

PENTINGNYA PERALATAN AKUSTIK BAGI NELAYAN

Keberhasilan dalam operasi pengkapan ikan tidak hanya ditentukan oleh alat tangkap, kapal, dan nelayan itu sendiri. Akan tetapi  juga diperlukan alat-alat bantu instrumentasi kelautan, seperti alat akustik untuk membantu penentuan lokasi daerah penangkapan yang tepat dan alat navigasi untuk penentuan arah pelayaran agar tepat sasaran.
Teknologi akustik bawah air atau hidroakustik adalah metode yang efektif dan bermanfaat bagi eksplorasi di bidang kelautan dan perikanan. Hidroakustik ini terdiri dari pengukuran, analisis, dan interpretasi dari signal yang dipantulkan oleh objek atau scattering dari target yang dikenai gelombang akustik dari tranduser atau alat hidroakustik, objek tersebut dapat berupa misalnya ikan, plankton, dan substrat dasar perairan. Sebagai contoh dalam perikanan, penggunaan echosounder(seperti fish finder) sangat berguna dan efesien dalam penentuan lokasi daerah penangkapan ikan di laut, penentu kedalaman perairan, posisi kedalaman ikan, dan lain-lain.  Selain itu juga diperlukan alat bantu navigasi untuk menentukan arah pelayaran atau lokasi yang ingin dicapai, seperti GPS(Global Positioning System ) dan kompas.
Alat akustik dan navigasi merupakan peralatan pendukung kegiatan penangkapan ikan yang tidak semua nelayan memakainya, karena selain harganya yang cukup mahal bagi nelayan kecil dan juga membutuhkan ketrampilan untuk mengoperasikannya. Oleh karena itu, informasi mengenai variasi peralatan kapal nelayan di pelabuhan terutama peralatan akustik dan navigasi yang dipakai oleh nelayan di Pelabuhan  sangat dibutuhkan untuk mengetahui seberapa jauh penyerapan dan penggunaan instrumentasi kelautan dalam operasi penangkapan ikan oleh nelayan.

METODE EKSTRAKSI GARIS PANTAI


         Metode Ekstraksi Garis Pantai
Berbagai metode dalam mengekstrasi garis pantai telah banyak berkembang. Garis pantai bisa diperoleh hanya dengan mengektraksi band tunggal, karena reflektan dari kolom air kurang lebih sama dengan nol dari band inframerah. Pengalaman menunjukkan bahwa band inframerah dari sensor ETM+ yaitu band 5 adalah band terbaik dalam mengekstraksi interface daratanlautan (Kelley, et al. 1998 dalam Alesheikh, et al. 2007). Penetapan garis pantai yang digunakan dalam penelitian adalah interpretasi visual dari kenampakan objek dari komposit 543 (RGB) karena batas tegas antara air laut dan daratan yang ada dapat dilukiskan (Winarso et al. 2001). 
Metode ini memiliki kelemahan yaitu membutuhkan waktu yang lama ketika mendijitasi di atas layar (on screen) untuk analisa data yang banyak karena garis pantai yang panjang. Dalam penelitian ini, panjang garis pantai yang dibuat relatif tidak panjang dan hanya menggunakan citra komposit 543 (RGB), sehingga keterbatasan metode ini bisa diatasi. Lebih lanjut, komposit 542 (RGB) ini sudah mengikutsertakan band-band dengan nilai korelasi yang rendah antar  bandnya dan mengandung informasi yang lebih tinggi dari komposit lainnya (Moore, 2000). Proses otomatis atau dijital ekstraksi garis pantai bisa dilakukan, yaitu dengan membuat rasio band 5 dengan band 2 atau band 4 dengan band 2, daerah dengan tutupan lahan berupa badan air akan mempunyai nilai kurang dari satu dan daratan sebaliknya (Winarso et al. 2001; Alesheikh, et al. 2007). Akan tetapi masing-masing rasio memiliki kelemahan yaitu ketika tutupan lahan daratan berupa badan air seperti tambak dan rawa dengan batas laut dengan lahan basah tersebut adalah daratan atau vegetasi. Rasio band 5/2 akan membuat garis pantai yang salah pada batas berupa vegetasi dan sebaliknya rasio band 4/2 akan membuat kesalahan pada batas berupa tanah. Selama melakukan interpretasi visual diperhatikan dan diamati kedudukan garis pantai, terutama kemungkinan adanya kenampakan daratan yang masih basah karena pengaruh pasang surut dan dibandingkan dengan garis pantai hidrografi (hight sea level) dan garis rendah pada kontur 0 meter.

TEKNOLOGI PENGINDERAAN JARAK JAUH



     
      
Gambar 1. Ilustrasi Pengambilan data dari sebuah Satelite (sumber: www.inegi.org.mx)


Teknologi penginderaan jauh (Inderaja) telah berkembang dengan pesat dan  pemanfaatannya telah juga banyak digunakan di berbagai bidang kehidupan manusia, salah satunya adalah pemanfaatan untuk identifikasi dan studi garis pantai. Dengan menggunakan data inderaja kita dapat membedakan atau mengindentifikasi batas antara badan air dengan daratan atau secara umum dapat membedakan wilayah laut dan wilayah daratan atau dengan garis pantainya. Selain itu telah tersedia produk/data inderaja yang mempunyai resolusi rendah sampai dengan resolusi tinggi dengan berbagai lebar spektral. Dengan menggunakan data inderaja, pemantauan perubahan garis pantai dapat dilaksanakan secara cepat, sehingga dinamika perubahan garis pantai dapat diketahui dari tahun ke tahun. Selain itu informasi tentang garis pantai juga digunakan dalam penentuan batas wilayah, baik antar negara maupun dalam lingkup suatu negara, misalnya dalam penentuan batas wilayah laut provinsi, kabupaten dan kota menurut Undang-undang No. 22 Tahun 1999. Garis pantai (shore line) adalah garis imaginer yang terbentuk dan merupakan batas air laut dan daratan dan garis ini berubah sesuai dengan kondisi pasang surut air laut. Garis ini selalu berubah-ubah, baik perubahan sementara, maupun permanen dalam jangka waktu tertentu akibat adanya rekresi dan akresi (Hang Tuah, 1991). 

Ada tiga macam kedudukan garis pantai yang digunakan dalam pembuatan peta yaitu garis pantai pada saat pasang tinggi, garis pantai pada saat air rata-rata, maupun garis pantai pada saat air rendah. Pengertian bidang referensi kedalaman untuk batas kedudukan garis pantai dan batas kedudukan garis air rendah sangatlah berbeda dan dalam A Manual On Technical Aspects UNCLOS ‘82 (IHO, 1993), dijelaskan sebagai berikut: kedudukan permukaan laut pada garis pantai yang digunakan untuk pemetaan hidrografi (hydrographic shore line) berada di bidang mean hight water level (MHWL), sedang kedudukan permukaan laut pada garis pantai yang digunakan untuk pemetaan topografi (geodetic shore line) berada di bidang mean sea level (MSL) dan kedudukan permukaan laut pada batas air rendah (limit for drying height) dinyatakan pada garis air rendah (chart datum). 

Sementara itu data penginderaan jauh mengamati permukaan Bumi pada waktu tertentu, seperti satelit Landsat 7, melewati wilayah Indonesia kurang lebih pada jam 10.00 pagi. Pada saat ini kondisi pasang surut pada satu kedudukan tertentu yang tidak diketahui kedudukannya apakah dalam kedudukan air tinggi, rata-rata atau air rendah. Oleh karena itu perlu dipelajari kedudukan garis pantai yang dihasilkan dari data inderaja dan bagaimana mengoreksi kedudukan garis pantai jika berada dalam kedudukan yang tidak sesuai dengan kedudukan yang didefinisikan oleh sebuah definisi.

Sumber referensi: itk-fpik-ipb

DAERAH PERLINDUNGAN LAUT

Daerah Perlindungan Laut (DPL) secara umum adalah daerah yang ditutup secara permanen dimana semua kegiatan ekstraktif manusia DILARANG, terutama menangkap ikan, dengan tujuan akhir untuk melestarikan
sumberdaya pesisir dan laut.

Mengapa kita perlu DPL?
•Masalah kerusakan lingkungan di wilayah
• Masalah menurunnya hasil tangkap, dll

Manfaat DPL:

•Untuk memelihara fungsi ekologis dengan melindungi tempat hidup, tempat bertelur, dan tempat 
  membesarkan larva dari berbagai biota laut

•Untuk memelihara fungsi ekonomis kawasan pesisir dan pulau kecil bagi masyarakat yang hidup di sekitarnya

Di awal implementasi, DPL menerapkan LARANGAN pemanfaatan di ZONA INTI DPL & KETENTUAN menjaga ZONA PENYANGGA.
Pada akhirnya, implementasi DPL memungkinkan terciptanya keberlanjutan & peningkatan produksi perikanan yang kemudian dapat meningkatkan penghasilan masyarakat.

???
BAGAIMANA CARA MENETAPKAN DAERAH PERLINDUNGAN LAUT (berbasis masyarakat)?


• KRITERIA EKOLOGI
– KEANEKARAGAMAN HAYATI; didasarkan pada keanekaan ekosistem, habitat, komunitas, dan jenis biota
– KEALAMIAN; didasarkan pada tingkat degradasi lingkungan, yang berbanding terbalik dengan kealamian lingkungan
– KETERGANTUNGAN; didasarkan pada tingkat ketergantungan biota pada habitat atau ketergantungan ekosistem pada proses ekologis
– KETERWAKILAN; didasarkan pada adanya suatu tipe habitat, proses ekologis, komunitas biologis, atau karakteristik alam lainnya dalam suatu lokasi

• KRITERIA EKOLOGI
– KEUNIKAN; bila terdapat suatu spesies yang endemik atau langka
– KETERPADUAN; bila lokasi merupakan unit fungsional dari berbagai entitas ekologis
– PRODUKTIVITAS; bila di lokasi terdapat proses produktif yang memberi manfaat bagi makhluk hidup yang ada di dalamnya
– KERENTANAN; didasarkan pada kepekaan lokasi terhadap kerusakan lingkungan baik yang alami maupun akibat aktivitas manusia


•KRITERIA EKONOMI
– Spesies penting; bila terdapat spesies yang bernilai ekonomi tinggi
– Kepentingan perikanan; didasarkan pada jumlah nelayan yang bergantung pada lokasi dan ukuran (stok dan individu) hasil perikanan
– Bentuk ancaman; didasarkan pada luasnya perubahan pola pemanfaatan yang mengancam keseluruhan nilai lokasi bagi manusia
– Manfaat ekonomi; didasarkan pada fungsi perlindungan lokasi yang mempengaruhi ekonomi lokal jangka panjang
– Pariwisata; bila lokasi memiliki potensi untuk kegiatan dan pengembangan wisata


•KRITERIA SOSIAL
– Memiliki masalah pengelolaan dan pemanfaatan wilayah dan sumberdaya pesisir/pulau kecil/laut
– Memiliki potensi pengembangan wisata bahari
– Wilayah pesisir/pulau kecil tersebut memiliki penduduk yang tinggal menetap
– Ada tingkat ketergantungan penduduk yang tinggi terhadap sumberdaya pesisir dan laut
– Ada dukungan dari pemerintah terkait
– Jalur pergerakan (aksesibilitas) masyarakat dari dan ke pusat kota cukup baik
– Ada keinginan masyarakat yang cukup tinggi untuk mengelola lingkungan pesisir dan lautnya
– Pengetahuan masyarakat tentang kelestarian dan kondisi lingkungan pesisir dan lautnya
– Sanitasi lingkungan masyarakat

Langkah-langkah penentuan DPL-BM:
(1) Pra-perencanaan; termasuk di dalamnya kegiatan sosialisasi program ke masyarakat, persiapan dan penilaian kondisi lingkungan;
(2) Perencanaan; terdiri atas kegiatan pembentukan kelompok inti, pemilihan lokasi perlindungan, pembentukan aturan, penentuan mekanisme pengelolaan dan pengaturan keuangan;
(3) Peresmian DPL-BM; melalui persetujuan sebuah aturan masyarakat bersama, perencanaan program dan penganggaran;
(4) Implementasi DPL-BM.




Friday, August 5, 2011

Family Ikan Karang

Family Ikan Karang

Nama Ilmiah : Acanthurus mata Cuvier
Nama Inggris : Pale surgeon
Nama Daerah : Infar (Biak)
Famili : Acanthuridae

Nama Ilmiah : Acanthurus lineatus Linnaeus
Nama Inggris : Blue-lined surgeonfish
Nama Daerah : Inmarie (Biak)
Famili : Acanthuridae

Nama Ilmiah : Acanthurus pyroferus Kittlitz
Nama Inggris : Mimic surgeon
Nama Daerah :
Famili : Acanthuridae

Nama Ilmiah : Acanthurus triostegus Linnaeus
Nama Inggris : Convict surgeon
Nama Daerah : Imbaren (Biak)
Famili : Acanthuridae

Nama Ilmiah : Acanthurus nigrofuscus Forsskal
Nama Inggris : Dusky surgeon
Nama Daerah : Inamas (Biak)
Famili : Acanthuridae

Nama Ilmiah : Ctenochaetus striatus Quoy &
Gaimard
Nama Inggris : Lined bristletooth
Nama Daerah : Inamas (Biak)
Famili : Acanthuridae

Nama Ilmiah : Acanthurus nigricans Linnaeus
Nama Inggris : White-sheeked surgeon
Nama Daerah :
Famili : Acanthuridae

Nama Ilmiah : Acanthurus thompsoni Linnaeus
Nama Inggris : Nigth surgeon
Nama Daerah :
Famili : Acanthuridae

Nama Ilmiah : Zebrasoma veliferum Bloch
Nama Inggris : Seil-fin surgeon
Nama Daerah :
Famili : Acanthuridae

Nama Ilmiah : Zebrasoma scopas Bloch
Nama Inggris : Blue lined tang
Nama Daerah : Inamas (Biak)
Famili : Acanthuridae

Nama Ilmiah : Naso annulatus Quoy &
Gaimard
Nama Inggris : Ringtailed unicornfish
Nama Daerah : Impoiru (Biak)
Famili : Acanthuridae

Nama Ilmiah : Naso hexacanthus Bleeker
Nama Inggris : Sleek unicornfish
Nama Daerah :
Famili : Acanthuridae

Nama Ilmiah : Naso thynnoides Valenciennes
Nama Inggris : Single-spined unicornfish
Nama Daerah : Insrobye (Biak)
Famili : Acanthuridae

Nama Ilmiah : Naso vlamingii Valenciennes
Nama Inggris : Vlaming’s unicornfish
Nama Daerah :
Famili : Acanthuridae

Nama Ilmiah : Naso lopezi Herre
Nama Inggris : Elongate unicornfish
Nama Daerah : Insrobye (Biak)
Famili : Acanthuridae

Nama Ilmiah : Paracanthurus hepatus
Linnaeus
Nama Inggris : Indo-Pacific Bluetang
Nama Daerah :
Famili : Acanthuridae

Nama Ilmiah : Zanclus cornutus Linnaeus
Linnaeus
Nama Inggris : Moorish idol
Nama Daerah : Imbaren
Famili : Zanclidae

Nama Ilmiah : Balistoides conspicilum
Bloch & Schneider
Nama Inggris : Clown trigerfish
Nama Daerah :
Famili : Balistidae

Nama Ilmiah : Paracirrhites fosteri Schneider
Nama Inggris : Freckled hawkfish
Nama Daerah :
Famili : Cirrhitidae

Nama Ilmiah : Pterois volitans
Nama Inggris : Common lionfish
Nama Daerah : Inof

Nama Ilmiah : Pterois radiata
Nama Inggris : Whoe-lined lionfish
Nama Daerah : Inof

continued...