INFO PRAKIRAAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN(PDPI) dari KKP [13-15 September 2013 ] : DPI Jawa Bali dan Nusa Tenggara : DPI (122’34’’21.9’’’BT, 9’12’’3.1’’’LS) Potensi (111’18’’54.2’’’BT, 8’46’’7.7’’’LS) (112’4’’59.4’’’BT, 8’27’’50.7’’’LS) (115’28’’3.7’’’, 9’7’’43.9’’’LS) (115’26’’37.2’’’BT, 9’26’’27.2’’’LS) (107’17’’23.2’’’BT, 8’0’’2.5’’’LS) DPI Kalimantan : -- DPI Maluku Papua : -- DPI Sumatera : Potensi (104’55’’48.3’’’BT, 6’27’’52.0’’’LS) DPI Sulawesi : Potensi (118’43’’55.8’’’BT, 1’45’’35.1’’’LS)

Monday, July 15, 2013

POTENSI BUDIDAYA SIDAT

Pertambahan penduduk dunia mengakibatkan peningkatan kebutuhan akan sumber protein makanan; dari daging dan ikan. Dari lini perikanan, penangkapan ikan yang hampir tidak terkendali, dampak pencemaran laut oleh limbah rumah tangga, industri atau tumpahan minyak yang semakin meluas, mengurangi dan memutus siklus kehidupan ikan.

Karena gangguan siklus itu terjadi di perairan seluruh dunia, alhasil perbandingan antara kebutuhan dan ketersediaan semakin besar dan tajam. Pada sisi lain manfaat ikan semakin disadari sebagai pemacu pertumbuhan tubuh manusia, peningkatan kemampuan otak manusia, mencegah penyakit kolestrol, penyakit jantung, serta manfaat lain bagi kesehatan manusia. Tak ayal kebutuhan ikan semakin bertambah tambah.


Ikan sidat. Foto: IST.









  Gambar 1. Ikan sidat (anguilla sp)


Salah satu jenis ikan yang dianggap sangat bermanfaat bagi masyarakat di Jepang dan Korea adalah ikan sidat (anguilla anguilla). Adapun sidat dalam bahasa Jepang adalah unagi. Di sana, sidat yang menjadi favorit adalah jenis anguilla bicolor. Bentuk sidat secara kasat mata, seperti belut. Namun struktur anatomi tubuh mereka sangat kompleks ketimbang belut, terlebih kandungan manfaat yang terkandung di dalamnya, bagi kesehatan manusia.

Dengan mengkonsumsi sidat secara teratur, menurut para peneliti Jepang dan Korea, disamping memacu pertumbuhan tinggi, badan juga menstimulasi intelektual bangsa. Itu penting bagi mereka yang merupakan negara industri dan modern. Bahkan Eropa pun mulai menjadi pasar yang potensial, karena mereka juga mulai banyak mengkonsumsi ikan.

Jepang sendiri mengimpor ikan sidat dari Cina dan Vietnam, hampir 500 ribu ton pertahun. Dan itu terus tetap bertambah seiring permintaan. Namun belakangan sukar dipenuhi karena pencemaran lingkungan di kedua negara itu pun telah semakin parah akibat pertumbuhan industri.

Ikan sidat atau unagi, bukanlah makanan biasa, karena termasuk mahal di resetoran Jepang. Sehingga bila ada tamu yang dijamu dengan hidangan makanan tersebut, artinya mereka adalah tamu terhormat. Unagi merupakan suguhan makanan bagi pertemuan pebisnis besar dan terkenal atau para tokoh penting.


sidat


Karenanya, yang terlibat dalam bisnis sidat disana adalah perusahaan besar multi nasional seperti Mitsui, Marubeni, Sasakawa dan lainnya dan perusahaan ini baru mau bekerjasama bila kita mampu memasok kontrak diatas 5.000 ton pertahun.

Indonesia hingga saat ini belum bisa banyak berbuat, walau ada tiga wilayah khusus di perairan Indonesia sebagai tempat pengembangan benih ikan sidat. Ketiganya adalah Teluk Toli Toli, Sorong Barat, dan Pelabuhan Ratu.

Pasalnya, ciri khas ikan sidat sangat unik, yaitu memijah (beranak) dilaut dalam, larvanya terbawa ke muara muara sungai, dan membesar di air tawar. Mereka pun kembali ke laut untuk kawin, dan kembali ke laut dalam untuk beranak serta mengakhiri hidupnya di lautan dalam tersebut.

Wajar bila di Indonesia, penangkapan sidat yang ada saat ini sangat terbatas dalam jumlah kecil. Perlu pengembangan melalui budi daya mutakhir dan besar-besaran bilamana hendak dijadikan komoditi ekspor yang potensial. (www.birukelautan.com)

No comments:

Post a Comment