INFO PRAKIRAAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN(PDPI) dari KKP [13-15 September 2013 ] : DPI Jawa Bali dan Nusa Tenggara : DPI (122’34’’21.9’’’BT, 9’12’’3.1’’’LS) Potensi (111’18’’54.2’’’BT, 8’46’’7.7’’’LS) (112’4’’59.4’’’BT, 8’27’’50.7’’’LS) (115’28’’3.7’’’, 9’7’’43.9’’’LS) (115’26’’37.2’’’BT, 9’26’’27.2’’’LS) (107’17’’23.2’’’BT, 8’0’’2.5’’’LS) DPI Kalimantan : -- DPI Maluku Papua : -- DPI Sumatera : Potensi (104’55’’48.3’’’BT, 6’27’’52.0’’’LS) DPI Sulawesi : Potensi (118’43’’55.8’’’BT, 1’45’’35.1’’’LS)

Friday, October 14, 2011

PENGAMATAN KONDISI ANEMON LAUT DI AKUARIUM RECIRCULATION WATER SYSTEM



PENGAMATAN KONDISI ANEMON LAUT DI AKUARIUM
RECIRCULATION WATER SYSTEM (RWS)
Oleh:
Veronica Stella A.L, Sancha  Sadewa, dan Saifur Rohman
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor  2011

I.                            PENDAHULUAN

Anemon laut merupakan hewan dari kelas Anthozoa(Allen, 1974). Bentuk anemon laut terlihat seperti tumbuhan, tapi jika diamati lebih jauh, anemon merupakan jenis hewan. Beberapa anemon laut dapat bergerak. Pergerakan anemon laut seperti siput, bergerak secara perlahan dengan cara menempel. Sebagian besar anemon laut memiliki sel penyengat. Berguna untuk melindungi dirinya dari predator. Di alam anemon laut berfungsi sebagai tempat hidup ikan badut. Kedua organisme ini melakukan simbiosis mutualisme (Carson, 1974).  Sekarang ini, anemon laut sudah banyak yang dibudidayakan. Bentuknya yang cantik dan aneh membuat para penikmat hewan laut terpukau. Beberapa anemon laut yang sudah banyak dibudidayakan antara lain:
1. Anemon karang
Anemon karang atau lebih dikenal dengan karang anemon. Bentuknya membulat atau lonjong pada bagian dasarnya. Badannya dipenuhi puluhan jari-jari berwarna cokelat tua. Di ujung jari-jari terdapat bintik hitam yang menyerupai mata. Anemon ini menempel pada karang yang dibentuknya. Anemon karang memakan plankton yang melayang-layang di dalam air. Jika mati, karang ini membentuk karang yang keras.
2. Anemon Matahari
Anemon matahari berbentuk bulat, badannya dipenuhi jari-jari. Berbeda dengan anemon karang, jari-jari anemon matahari meruncing serta bewarna belang putih dan cokelat muda seperti belali mini. Jari-jari anemon matahari tidak halus seperti anemon karang, tetapi agak kasar atau berbintil-bintil. Anemon ini disebut anemon matahari karena apabila jari-jarinya menjulur seperti matahari yang sedang terbit. Anemon matahari memakan plankton dan tidak berbahaya bagi ikan dan manusia. Namun, jika mati anemon ini harus segera diangkat karena menimbulkan bau busuk.
3. Anemon pasir
Anemon pasir berbentuk piringan yang dipenuhi jari-jari, anemon pasir berwarna cokelat muda hingga cokelat gelap, jari-jarinya halus tidak berbintik dan diujungnya terdapat titik berwarna hitam. Anemon pasir juga menjadi tempat berkumpulnya ikan - ikan. Anemon ini memakan plankton dan tidak berbahaya bagi ikan ataupun manusia(www.stanford.edu).
Teknik pemeliharaan biota laut sedikit berbeda dengan biota air tawar. Salah satu teknik budidaya hewan laut yang sedang berkembang saat ini ialah media Recirculation Water System(RWS). Kontrol kualitas air harus dilakukan secara teratur. Pembersihan akuarium secara teratur merupakan suatu langkah yang paling efektif dalam menjaga kualitas air dalam akuarium(o-fish, 2008). RWS merupakan suatu sistem sirkulasi air pada akuarium yang memanfaatkan filter untuk melakukan penyaringan air secara terus-menerus tanpa harus melakukan proses pergantian air (Yudha, 2005).
 
Gambar 1. Contoh Akuarium RWS(sumber: www.ipb.ac.id)
Akuarium RWS dirancang dengan menggunakan beberapa filter dengan sistem filter terpusat. Filter yang digunakan yaitu filter fisika berupa pecahan-pecahan karang (rubble), filter biologi berupa bioball, serta filter kimia berupa arang aktif. Dengan metode ini tidak perlu melakukan kontrol akuarium secara terus menerus sehingga akan banyak menghemat waktu dan tenaga.  Dalam praktikum ini dilakukan adanya pengamatan kondisi dari anemon laut yang berada di akuarium RWS dengan parameter yaitu:
  1. Kondisi dari anemon seperti jumlah mukus, bentuk tentakel, warna anemon, dan mesentrial filamen
  2. Pengamatan kualitas air dari akuarium seperti suhu, salinitas, pH, amonia, dan nitrit
Tujuan dari praktikum ini yaitu mengamati kondisi dari anemon laut di dalam akuarium RWS agar mengetahui kendala dan tindakan apa yang seharusnya dilakukan agar anemon dapat tetap bertahan hidup lebih lama.

II.  TINJAUAN PUSTAKA
2.1                 Biologi Anemon Pasir (Heteractis malu, Haddon and Shackleton, 1983)

Anemon laut merupakan hewan dari kelas Anthozoa. Bentuk dari anemone laut sekilas terlihat seperti tumbuhan, tapi jika diamati lebih jauh, anemone laut merupakan jenis hewan. Beberapa anemon laut dapat bergerak. Pergerakan anemone laut seperti siput, bergerak secara perlahan dengan cara menempel. Sebagian besar anemon laut memiliki sel penyengat. Berguna untuk melindungi dirinya dari predator. Di alam anemone laut berfungsi sebagai tempat hidup dari ikan badut. Kedua organisme ini melakukan simbiosis mutualisme.
Anemon pasir berbentuk piringan yang dipenuhi jari-jari, anemon pasir berwarna cokelat muda hingga cokelat gelap, jari-jarinya halus tidak berbintik dan diujungnya terdapat titik berwarna hitam. Anemon pasir juga menjadi tempat berkumpulnya ikan - ikan. Anemon ini memakan plankton dan tidak berbahaya bagi ikan ataupun manusia (EOL, 2010). Gambar 2 merupakan contoh organisme anemon pasir.

Gambar 2. Anemon pasir (Sumber:wikimedia.org)
HETERACTIS malu (Haddon dan Shackleton, 1893)  Anemone Laut Asli deskripsi sebagai malu Discosoma, dari spesimen yang dikumpulkan di Mer, di Selat Torres. Nama-nama lain yang sebelumnya digunakan meliputi Macranthea cookei (oleh Reed 1971), Radianthus papillosa (oleh Dunn 1974, Moyer 1976), Antheopsis papillosa (oleh Cutress 1977). Karakter bidang Diagnostik Tentacles jarang, gemuk (jarang sampai 40 mm), panjang variabel bahkan dalam satu baris radial, magenta biasanya berujung. Oral disk terletak di permukaan sedimen di mana kolom halus yang menyusup. Kolom krim umumnya pucat atau berwarna kuning, mungkin memiliki bercak kuning atau oranye yang mendalam.
            Rincian Tentacles timbul dari coklat atau keunguan disk (jarang hijau cerah) lisan sebanyak 200 mm dengan diameter yang mungkin memiliki tanda radial putih; merata meruncing ke titik atau sedikit meningkat di tengah; bagian warna yang lebih rendah sama dengan disk lisan, tetapi bagian atas mungkin memiliki cincin putih beberapa atau akhir hijau. Sangat tipis kolom dalam ekspansi; bagian atas ungu-coklat (karena zooxanthellae) dengan baris longitudinal verrucae perekat.    Anemon dapat menarik kembali sepenuhnya ke dalam sedimen; yang paling umum di dangkal, air yang tenang.

2.2                 Parameter yang mempengaruhi kesehatan anemone

Kesehatan anemone banyak dipengaruhi oleh lingkungan tempat anemone tersebut hidup. Kondisi lingkungan dapat dinilai dengan mengetahui parameter perairan. Misalnya suhu, DO, pH, salinitas, nitrit, dan lain-lain. Adapun kualitas air yang optimum untuk pemeliharaan anemon laut adalah perairan dengan suhu 24 - 29 °C. Anemon merupakan hewan laut yang membutuhkan perairan dengan oksigen terlarut 2,4 - 6 mg/l atau 4 - 7 mg/I, nitrit 0,551 - 0,552 mg/I atau 0,5 mg/I, amonia 0,01 - 0,021 mg/l atau 0,1 mg/l. Anemon dapat hidup dengan baik dengan pH perairan berkisar  pH 7,2 - 8,3 atau 8 - 8,3. Syarat hidup anemon yang baik berada pada kisaran suhu 29-32 °C dan dengan kadar salinitas berkisar antara 31 - 33 ‰. Anemon akan optimum hidup pada perairan yang memiliki intensitas cahaya matahari yang hangat dan nutrient yang melimpah, seperti pada     ekosistem
terumbu karang dimana pada ekosistem tersebut memiliki asupan nutrient yang banyak dan intensitas cahaya matahari yang tinggi (EOL, 2010).

III.                         METODOLOGI
3.1  Waktu dan Tempat
Pengamatan dilakukan pada tanggal 26 September 2011 bertempat di Laboratorium Basah, Gedung Marine Science and Technology, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan Lantai 1, FPIK-IPB.
3.2  Pengamatan Fisik Anemon
Pengamatan fisik meliputi yaitu:
-          Mukus yang dikeluarkan
-          Tentakel
-          Warna anemon
-          Mesentrial filamen
3.3  Pengamatan Kualitas Air
Untuk pengamatan kualitas air yaitu:
-          Pengukuran pH air dengan pH meter
-          Pengukuran Salinitas dengan refraktometer
-          Pengukuran Suhu dengan termometer
-          Pengukuran Amonia (mg/L)
-          Pengukuran Nitrit (mg/L)
 
IV.                          HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan secara fisik dari anemon pasir (Heteractis malu) diperoleh hasil yaitu sebagai berikut            :
Tabel 1. Pengamatan tingkah laku anemon
Parameter
Ukuran parameter
26 September 2011
Akuarium1
Akuarium 2
Akuarium 3
t.1
t.2
t.3
t.1
t.2
t.3
t.1
t.2
t.3
Mukus
Banyak









Sedang









Sedikit








Tidak ada




Tentakel
Mengembang








Setengah mengembang






Menyusut







Warna
Cerah









Agak pucat









Pucat









Memutih




Mesentrial Filamen
Abnormal









Normal



















Dari tiap akuarium yang diamati menunjukkan bahwa mukus yang dikeluarkan dari tiap anemon yang berada di akuarium 1 hingga akuarium 3 kebanyakan tidak ada mukus yang dikeluarkan hanya sedikit yaitu terjadi di akuarium pertama anemon ke-2. Hal ini menunjukkan bahwa anemon tersebut dalam kondisi yang cukup baik atau tidak mengalami stress atau gangguan yang berarti sehingga mukus atau penyengatnya tidak  dikeluarkan atau hampir tidak ada.
Untuk tingkah laku dari tentakelnya terlihat bahwa tiga dari anemon tentakelnya setengah mengembang dan satu anemon tentakelnya mengembang serta dua anemon tentakelnya menyusut yaitu pada anemon ke-3 di akuarium 1 dan anemon ke-2 di akuarium 1. Pada dasarnya kondisi dari tentakel yang baik adalah mengembang sedangkan akan menyusut ketika terjadi gangguan atau stress. Untuk kasus dari menyusutnya tentakel dari kedua anemon tersebut kemungkinan akibat dari kondisi anemon yang sudah tidak sehat dan kualitas air yang menurun. Sehingga anemon tersebut mengalami stress yang berdampak pada menyusutnya tentakel. Sedangkan untuk pengamatan dari mesentrial filamen diperoleh hasil untuk semua anemon normal tetapi untuk kondisi warnanya semua dari anemon pasir ini sudah mengalami pemutihan atau berwarna putih. Kriteria warna dari anemon pasir yang sehat ialah berwarna cokelat muda hingga cokelat gelap (EOL, 2010).

Gambar 3. Warna dan bentuk dari anemon pasir yang diamati
Dan untuk hasil pengamatan kualitas  airnya diperoleh data sebagai berikut yaitu:
Tabel 2. Pengamatan kualitas air
No
Parameter
Suhu (°C)
Salinitas ( ‰)
pH
Nitrit (mg/L)
Amonia (mg/L)
1
Akuarium 1
28
35
6.2
0.133
0.100
2
Akuarium 2
27
38.3
6.2
0.101
0.038
3
Akuarium 3
27
38.3
5.97
0.093
0.078
4
Akuarium 4
28
40
5.87
-
-

Untuk parameter suhu dari air akuarium diperoleh hasil yaitu berkisar antara 27-28 °C


Gambar 4. Grafik nilai suhu air di tiap akuarium
Sedangkan nilai suhu untuk syarat pertumbuhan anemon yang baik yaitu berkisar antara 29-32 °C (EOL, 2010). Sehingga dapat dikatakan masih belum optimal kisaran suhu yang berada di tiap akuarium tersebut.
Untuk nilai dari salinitas dan pH diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut:
Gambar 5. Grafik nilai salinitas air di tiap akuarium

Gambar 6. Grafik nilai pH air di tiap akuarium
Dari gafik tersebut terlihat bahwa nilai dari salinitas dari tiap akuarium adalah 35 ‰ untuk akuarium pertama, 38.3‰ untuk akuarium kedua dan ketiga, dan 40‰ untuk akuarium keempat. Dan untuk pH airnya yaitu berkisar antara 5.87 hingga 6.2. Hal ini masih kurang dengan kisaran pH dan salinitas yang baik bagi pertumbuhan anemon yaitu dengan pH perairan berkisar  pH 7,2 - 8,3 atau 8 - 8,3 dan dengan kadar salinitas berkisar antara 31 - 33 ‰ (EOL, 2010). Kondisi ini terjadi dapat dikarenakan lamanya air laut yang digunakan dan belum pernah diganti sehingga terjadi penguapan yang sedikit demi sedikit mengakibatkan naiknya salinitas dari air tersebut dan juga dapat dikarenakan rusak atau menurunnya kualitas dari sistem penyaring air yang terjadi karena sudah lama tidak diperbaiki sitem filtrasinya sehingga pH dari air tersebut menurun karena kotor atau menumpuknya limbah dari kotoran anemon tersebut. Sedangkan untuk nilai dari Nitrit dan Amonianya diperoleh data sebagai berikut:

Gambar 7. Grafik nilai nitrit air di tiap akuarium
Dari masing-masing akuarium diperoleh nilai dari nitrit sebesar 0.133 mg/L untuk akuarium pertama, 0.101 mg/L untuk akuarium kedua, dan 0.093 mg/L untuk akuarium ketiga. Dan juga diperoleh nilai dari amonia yaitu 0.1 mg/L untuk akuarium pertama, 0.038 mg/L untuk akuarium kedua, dan 0.078 mg/L untuk akuarium yang ketiga.

Gambar 8. Grafik nilai amonia air di tiap akuarium
Untuk kadar dari kandungan nitrit sendiri masih jauh dari kadar optimal untuk pertumbuhan yang baik bagi anemon yaitu  0,551 - 0,552 mg/I atau 0,5 mg/I (EOL, 2010).  Tetapi untuk nilai dari amonianya cukup baik untuk pertumbuhan anemon yaitu 0,01 - 0,021 mg/l atau 0,1 mg/l (EOL, 2010).
Dari parameter-parameter yang telah diamati dapat dikatakan bahwa kondisi fisik dari pertumbuhan anemon pasir yang sudah memutih cukup sehat tetapi kualitas air untuk pertumbuhan optimalnya masih kurang baik atau kualitas dari airnya sudah mengalami penurunan baik dari segi salinitas, pH, nitrit, dan suhu dari air tersebut. Sehingga untuk menjamin kelangsungan hidup dari anemon tersebut diperlukan pergantian air atau perbaikan dan pembersihan dari alat filtrasi kualitas airnya agar kondisi dari kualitas airnya dapat normal kembali atau cocok untuk mendukung pertumbuhan anemon pasir tersebut.

V.                             KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan kondisi fisik anemon pasir(Heteractis malu) dan kualitas air akuarium dapat disimpulkan bahwa kondisi anemon telah memutih dari warna awalnya tetapi cukup normal atau sehat. Sedangkan untuk kualitas air dari akuariumnya sudah mengalami penurunan atau tidak sesuai dengan kualitas optimum bagi pertumbuhan anemon yang baik sehingga diperlukan perbaikan kualitas airnya.

DAFTAR PUSTAKA
Allen, G.R. 1974. Damselfishes of the South Seas. T.FH. Publications, Inc. Sydney, Australia P:50-62.
Yudha, Indra Gumay. 2005. Aplikasi Sistem Resirkulasi Tertutup (Closed Resirculation System) dalam Pengelolaan Kualitas Air Tambak Udang Intensif. Seminar Hari Air Sedunia 2005. Lampung.
Carson, R. 1974. The Edge of The Sea Dengerous Sea Creatures. Time Life Tele-vision USA p: 90-i77.
Indra AS, Adam LN, Miswanto, Shofyan A, Ferry F, dan La Ode R A. 2010. Pemanfaatan Sistem Double Filter terhadap kelangsungan hidup anemon dalam akuarium[PKMT-2-4-1]. http://www.ipb.ac.id [2 Oktober 2011].

Wikimedia.2010. Heteractis malu, with shorter tentacles and a sturdier body. http://wikimedia.org [2 Oktober 2011].
Aorisan, Y. 2009. Anemon laut yang sudah dibudidayakan. http://www.stanford.edu [1 Oktober 2011].                        
EOL. 2010. Heteractis malu (Haddon and Shackleton, 1893). http://eol.org/pages [1 Oktober 2011].
Http: /www. o-fish.com [ 2 Oktober 2011].








Friday, October 7, 2011

BADAI TROPIS(Tropical Cyclone)



BADAI TROPIS


                 Meskipun badai itu sendiri sebenarnya sudah ada sejak puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu, kata “Badai” di telinga masyarakat Indonesia seolah-olah merupakan fenomena yang baru, aneh dan seolah-olah sama dengan badai yang terjadi di Amerika, Australia, Jepang, china dan Filipina. Ini karena badai (yang disamping dapat menimbukan kerugian material sangat besar juga dikenal menelan korban jiwa yang tidak sedikit), akhir-akhir ini seringkali dijadikan sorotan oleh media massa. Sisi positifnya, serbuan informasi tersebut menjadikan masyarakat kita menjadi lebih cerdas, kritis dan aware. Namun juga harus berhati-hati apakah informasi yang sampai kepada masyarakat adalah benar atau hanya sekedar isu. Karena informasi yang salah justru akan membingungkan dan berdampak buruk terhadap kondisi masyarakat itu sendiri.
 
Badai Tropis (disebut juga dengan Typhoon atau Hurricane atau Tropical Cyclone) merupakan pusaran angin kencang dengan diameter sampai dengan 200 km/jam, berkecepatan > 200 km serta mempunyai lintasan sejauh 1000 km. Setiap tahunnya badai tumbuh di atas perairan luas di setiap samudera yang ada di permukaan bumi. Ia bisa tumbuh ketika suhu muka laut berada di atas 27 oC dan bisa dideteksi kemungkinan tumbuhnya sejak tiga hari sebelumnya. Karena bertambahnya faktor kekasaran permukaan dan kehilangan sumber kelembabannya, badai akan melemah ketika masuk ke daratan.

Sebuah sistem pusaran angin yang terbentuk di atas samudra luas belum bisa disebut badai jika belum memiliki beberapa kualifikasi. Yang utama, ia tidak akan disebut badai kecuali memiliki kecepatan angin lebih dari 34 knot (63 km/jam) dan berada diskeitra laut. Calon bibit badai ini juga belum tentu akan tumbuh menjadi badai jika tidak ada faktor-faktor meteorologis lain yang mendukung. Suatu Pusat Peringatan Siklon Tropis yang telah ditunjuk sebelumnya oleh Badan Meteorologi Internasional berwenang memberi nama badai ini dan menyebarkan peringatan ke seluruh dunia. Namun untuk sementara ini Indonesia baru akan diberi tanggung jawab sebagai salah satu Pusat Peringatan Siklon Tropis untuk wilayah 0 – 10 derajat Lintang Selatan dan 90 – 120 Bujur Timur pada awal tahun 2008.

Sumber:
www.meteo.bmg.go.id

IKAN BADUT(CLOWN FISH)

ikan-clown-fish
Ikan giru atau ikan badut adalah ikan dari anaksuku Amphiprioninae dalam suku Pomacentridae. Sekitar dua puluh delapan spesies dikenali, salah satunya adalah genus Premnas, sementara sisanya dalam genus Amphiprion. Di alam bebas mereka bersimbiosis  dengan anemon laut. Ikan giru berwarna kuning, jingga, kemerahan atau kehitaman. Spesies terbesar mencapai panjang 18 cm, sementara yang terkecil hanya mencapai 10 cm. Seluruh jenis ini merupakan famili dari Pomacentridae.  Dengan demikian, apabila ditelusuri mereka masih saudara dengan golongan damselfish seperti Chromis, Chrysiptera, dan Dascyllus.
Apabila mendengar nama ikan badut, dalam ingatan orang akan cenderung terbayang pada sosok ikan bernama latin Amphiprion ocellaris. Meskipun demikian, ikan badut sebenarnya terdiri tidak kurang dari 29 jenis. Mereka seluruhnya berpenampilan cantik dan lucu. Dua puluh delapan jenis ikan badut ini merupakan spesies dari genus Amphiprion, sedangkan satu jenis merupakan spesies dari genus Premnas. Premnas mempunyai ciri khusus, yaitu berupa “duri” preoperkularis yang dijumpai di bawah matanya.
Secara umum ikan badut berukuran kecil. Maksimal mereka dapat mencapai ukuran 10–15 cm. Berwarna cerah, tubuh lebar (tinggi), dan dilengkapi dengan mulut yang kecil. Sisiknya relatif besar dengan sirip dorsal yang unik. Pola warna pada ikan ini sering dijadikan dasar dalam proses identifikasi mereka, disamping bentuk gigi, kepala dan bentuk tubuh. Variasi warna  dapat terjadi pada spesies yang sama, khususnya berkenaan dengan lokasi sebarannya. Sebagai contoh A clarkii merupakan spesies yang mempunyai penyebaran paling luas, sehingga spesies ini mempunyai variasi warna yang paling banyak (tergantung pada tempat ditemukan) dibandingkan dengan spesies ikan badut lainnya.
Ikan badut diketahui merupakan ikan yang mempunyai daerah penyebaran relatif luas, terutama di daerah seputar Indo Pasific. Satu jenis, yaitu A bicinctus, diketahui merupakan endemik Laut Merah. Mereka, pada umumnya, dijumpai pada laguna-laguna berbatu di seputar terumbu karang, atau pada daerah koastal dengan kedalaman kurang dari 50 meter dan berair jernih. Di perairan Papua New Guinea, bisa ditemukan ikan badut tidak kurang dari 8 spesies. Di alam, ikan badut mengkonsumsi zooplankton, udang-udangan dan algae yang dijumpai di habitat mereka.
HUBUNGAN TIMBAL BALIK DARI IKAN BADUT
Popularitas ikan badut tidak lepas dari perilaku simbiosisnya dengan berbagai jenis anemon. Anemon, yang bagi jenis ikan lain beracun, bagi ikan badut merupakan tempat berlindung yang aman dan nyaman. Ikan badut kerap dijumpai bersembunyi, berselimut, dan bercengkrama diantara tentakel-tentalel anemon yang beracun. Di alam, kehadiran ikan badut pada anemon dapat melindunginya dari agresifitas beberapa jenis ikan seperti ikan angle atau ikan butterfly yang akan memangsa tentakelnya. Sebaliknya ikan badut memanfaatkan anemon tersebut sebagai tempat berlindung dari musuh alaminya.
Tanpa perlindungan dari anemon, ikan badut hanya dapat bertahan hidup beberapa menit saja sebelum dimangsa oleh musuhnya. Hidup bersama antara dua jenis mahluk yang jauh berbeda ini sering dijadikan contoh keharmonisan hidup bertetangga. Ikan badut sering pula melakukan tugas bersih-bersih pada tubuh anemon yaitu dengan memunguti remah-remah makanan, atau kotoran lainnya sehingga tubuh anemon bisa terbebas dari berbagai jenis parasit. Sedangkan ikan badut sendiri sering membawakan makanan bagi anemon.
Seperti halnya penghuni laut lainnya, ikan badut sebenarnya tidak memiliki kemampuan untuk melawan racun dari anemon. Meskipun demikian mereka memilki taktik yang jitu bagaimana mengatasi racun tersebut. Tentakel anemon dilapisi oleh lendir yang memiliki kandungan tertentu untuk melindunginya dari sengatan tentakel yang lain atau tersengat oleh tentakel sendiri. Lendir inilah yang dimanfaatkan oleh ikan badut untuk melindungi badannya dari sengatan tentekal anemon.
Dengan demikian, mereka akhirnya akan aman bermain dan berada diantara tentakel-tentakel anemon. Pada malam hari mereka sering tidur dengan berselimutkan tentakel-tentakel tersebut. Apabila ikan badut dipisahkan dari anemon selama beberapa jam, mereka akan segera kehilangan kekebalannya. Dan untuk menjadi kebal kembali mereka perlu beradaptasi dan memerlukan waktu seperti disebutkan diatas.
IKAN BADUT POLIANDRI
Berbeda dengan jenis ikan lainnya, perilaku kawin ikan badut menunjukkan sifat kebalikan. Apabila ikan lain, diperlukan beberapa betina untuk satu jantan, pada ikan badut justru satu betina memiliki beberapa jantan. Ikan badut diketahui bisa berubah kelamin. Selain itu merekapun memiliki hierarki sosial yang ketat. Dalam satu koloni ikan badut yang hidup dalam anemon, biasanya terdiri dari satu betina dewasa yang dominan dan beberapa jantan yang berukuran lebih kecil, serta beberapa ikan badut muda. Ikan-ikan muda ini semua berjenis kelamin jantan.
Apabila si betina mati atau menghilang, jantan dewasa secara biologi akan berganti kelamin menjadi betina. Perubahan kelamin akan berlangsungan selama dua minggu atau lebih. Kemudian jantan terbesar dan tertua yang ada dikoloni tersebut akan menjadi pasangannya. Startegi demikian diketahui mampu mempertahankan kelanjutan keberadaan spesies ikan badut tersebut. Dalam hal ini si jantan yang ditinggal mati betinanya tidak perlu mencari betina lain jauh-jauh. Seperti diketahui, di alam, ikan badut tidak bisa meninggalkan anemonnya lebih dari beberapa meter hanya untuk sekedar mencari betina lain.
Ikan badut dapat menghasilkan telur 300–700 butir. Telur tersebut diletakkan pada batu-batu dibawah mantel anemon. Telur tersebut akan dijaga oleh badut jantan hingga menetas. Telur pada umumnya akan menetas setelah enam atau tujuh hari.

. 
                   
Gambar 1. Amphiprion ocellaris Gambar 2.Premnas biaculeatus
Seluruh jenis ini merupakan famili dari Pomacentridae.  Dengan demikian, apabila ditelusuri mereka masih saudara dengan golongan damselfish seperti Chromis, Chrysiptera, dan Dascyllus.
Tabel 1. Kerabat Ikan Badut
Amphiprion akallopisos Amphiprion mccullochi
Amphiprion akindynos Amphiprion melanopus
Amphiprion allardi Amphiprion nigrisep
Amphiprion bicinctus Amphiprion ocellaris
Amphiprion chagosensi Amphiprion omanensis
Amphiprion chrysogaster Amphiprion percula
Amphiprion chrysoptarus Amphiprion perideraion
Amphiprion clarkii Amphiprion polymnus
Amphiprion ephippium Amphiprion rubrocintus
Amphiprion frenatus Amphiprion sandraracinos
Amphiprion fuscocaudatus Amphiprion sebae
Amphiprion latezonatus Amphiprion thiellei
Amphiprion latifasciatus Amphiprion tricinctus
Amphiprion leukokranos Premnas biaculeatus

Sumber : http://www.o-fish.com
              http://www.iftfishing.com