INFO PRAKIRAAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN(PDPI) dari KKP [13-15 September 2013 ] : DPI Jawa Bali dan Nusa Tenggara : DPI (122’34’’21.9’’’BT, 9’12’’3.1’’’LS) Potensi (111’18’’54.2’’’BT, 8’46’’7.7’’’LS) (112’4’’59.4’’’BT, 8’27’’50.7’’’LS) (115’28’’3.7’’’, 9’7’’43.9’’’LS) (115’26’’37.2’’’BT, 9’26’’27.2’’’LS) (107’17’’23.2’’’BT, 8’0’’2.5’’’LS) DPI Kalimantan : -- DPI Maluku Papua : -- DPI Sumatera : Potensi (104’55’’48.3’’’BT, 6’27’’52.0’’’LS) DPI Sulawesi : Potensi (118’43’’55.8’’’BT, 1’45’’35.1’’’LS)

Sunday, October 30, 2011

PAKAN IKAN

PAKAN IKAN
1. SEJARAH SINGKAT
Di Indonesia belum ada jenis-jenis usaha yang menghasilkan bibit pakan ikan alami dari hasil kultur murni. Bibit-bibit pakan ikan alami umumnya merupakan hasil percobaan di laboratorium yang sifatnya sekedar untuk memenuhi kebutuhan penelitian. Dalam bidang produksi pakan ikan alami, masih terdapat kesenjangan yang cukup tajam dalam hal ketersediaan teknologi dengan penggunanya, khususnya petani ikan. Bagi masyarakat awam tidak mudah untuk memproduksi pakan ikan alami, tetapi juga bukan merupakan pekerjaan yang sulit. Persoalannya terletak pada sarana dan prasarana yang tergolong cukup mahal untuk ukuran ekonomi pedesaan dan dalam pengoperasiannya memerlukan keahlian khusus.
2. SENTRA PERIKANAN
Selama ini produksi pakan ikan alami dilakukan oleh pengusaha pembenihan ikan/udang dalam satu unit pembenihan, atau oleh Balai Budidaya milik Pemerintah. Sementara ini sentra produksi pakan ikan buatan berada di Jawa.
3. JENIS
  1. Pakan Alami
    Jenis-jenis makanan alami yang dimakan ikan sangat beragam, tergantung pada jenis ikan dan tingkat umurnya. Beberapa jenis pakan alami yang dibudidayakan adalah : (a) Chlorella; (b) Tetraselmis; (c) Dunaliella; (d) Diatomae; (e) Spirulina; (f) Brachionus; (g) Artemia; (h) Infusoria; (i) Kutu Air; (j) Jentik-jentik Nyamuk; (k) Cacing Tubifex/Cacing Rambut; dan (l) Ulat Hongkong
  2. Pakan Buatan
    Bentuk pakan buatan ditentukan oleh kebiasaan makan ikan.
    1. Larutan, digunakan sebagai pakan burayak ikan dan udang (berumur 2-30 hari). Larutan ada 2 macam, yaitu : (1) Emulsi, bahan yang terlarut menyatu dengan air pelarutnya; (2) Suspensi, bahan yang terlarut tidak menyatu dengan air pelarutnya.
    2. Tepung halus, digunakan sebagai pakan benih (berumur 20-40 hari). Tepung halus diperoleh dari remah yang dihancurkan.
    3. Tepung kasar, digunakan sebagai pakan benih gelondongan (berumur 40-80 hari). Tepung kasar juga diperoleh dari remah yang dihancurkan.
    4. Remah, digunakan sebagai pakan gelondongan besar/ikan tanggung (berumur 80-120 hari). Remah berasal dari pellet yang dihancurkan menjadi butiran kasar.
    5. Pellet, digunakan sebagai pakan ikan dewasa yang sudah mempunyai berat > 60-75 gram dan berumur > 120 hari.
    6. Waver, berasal dari emulsi yang dihamparkan di atas alas aluminium atau seng dan dkeringkan, kemudian diremas- remas.
4. MANFAAT
  1. Sebagai bahan pakan ikan, udang, atau hasil perikanan lainnya, baik dalam bentuk bibit maupun dewasa.
  2. Phytoplankton juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan alami pada budidaya zooplankton.
  3. Ulat Hongkong dapat dimanfaatkan untuk pakan ikan hias, yang dapat mencermelangkan kulitnya.
  4. Pakan buatan dapat melengkapi keberadaan pakan alami, baik dalam hal kuantitas maupun kualitas.
5. PERSYARATAN LOKASI
  1. Chlorella: salinitas 0-35 ppt dan yang optimal pada 10-20 ppt, kisaran suhu optimal 25-30°C dan maksimum pada 40 ° C.
  2. Tetraselmis: salinitas 15-36 ppt dan kisaran suhu 15-35 °C.
  3. Dunaliella: salinitas optimum 18-22 % NaCl, untuk produksi carotenoid > 27% NaCl, dan masih bertahan pada 31% NaCl; suhu optimal 20-40 ° C, pH optimal 9 dan bertahan pada pH 11.
  4. Diatomae: suhu optimal 21-28 ° C dan intensitas cahaya 1000 luks.
  5. Spirulina: pH optimal 7,2-9,5 dan maksimal 11; suhu optimal 25-35 ° C; tahan kadar garam tinggi, yaitu sampai dengan 85 gram /liter.
  6. Brachionus: suhu optimal untuk pertumbuhan dan reproduksi adalah 22-30 ° C; salinitas optimal 10-35 ppt, yang betina dapat tahan sampai 98 ppt; kisaran pH antara 5-10 dengan pH optimal 7,5-8.
  7. Artemia: kisaran suhu 25-30 ° C dan untuk Artemia kering -273-100 ° C; kadar garam optimal 30-50 ppt, untuk menghasilkan kista: 100 permil; kandungan O2 optimal adalah >3 mg/liter dengan kisaran 1 mg/liter sampai tingkat kejenuhannya 100 %; pH optimal adalah 7,5-8,5 dan kadar amonia yang baik < 80 mg/liter.
  8. Kutu Air: suhu optimal 22-31 ° C, dan pH optimal 6,6-7,4.
  9. Cacing Tubifex: cacing tubifex menyukai perairan yang berlumpur dan banyak mengandung bahan organik.                 
  10. Sumber: Menristek










BAK PENAMPUNGAN AIR BAMBU SEMEN (KAPASITAS 10.000 LITER)

BAK PENAMPUNGAN AIR BAMBU SEMEN (KAPASITAS 10.000 LITER)
  1. PENDAHULUAN
    Untuk daerah tropis seperti Indonesia, sebuah keluarga akan membutuhan puluhan liter air bersih per hari untuk minum, membasuh mulut, mencuci, dan memasak, dan kebutuhan yang lain. Dalam sebulan akan dibutuhkan beribu-ribu liter air bersih untuk keperluan lain seperti mandi, mencuci pakaian dan
    perabotan rumah tangga.
    Untuk daerah pedesaan yang kering di musim kemarau pada waktu hujan hanya sedikit dan persediaan air dalam tanah menurun, akan sulit sekali untuk mendapatkan air yang bersih. Pada musin kemarau sumur menjadi kering, aliran sungai besar berubah menjadi kecil dengan air yang keruh, mengakibatkan timbulnya penyakit yang menuntut banyak korban. Di samping itu pada musim kemarau banyak waktu dan tenaga terbuang untuk mengambil air bersih, karena sumber air biasanya terletak jauh dari tempat tinggal.
    Masalah kebutuhan air bersih dapat ditanggulangi dengan memanfaatkan sumber air dan air hujan. Menampung air hujan dari atap rumah adalah cara lain untuk memperoleh air. Cara yang cukup mudah ini kebanyakan masih diabaikan karena atap rumah yang terbuat dari daun rumbia atau alang-alang tidak memungkinkannya. Namun pada rumah yang beratap genteng atau seng bergelombang, hal ini dengan mudah dapat dilakukan dengan memasang talang air sepanjang sisi atap dan mengalirkan air hujan itu ke dalam tempat penyimpanan.
    Ada 7 cara penyimpanan air yang biasa digunakan atau dipakai di daerah pedesaan di Indonesia. Ke-7 cara tersebut yaitu :
    1. Gentong penampungan air cara cetakan (Kapasitas 250 liter)
    2. Drum air cara kerangka kawat (Kapasitas 300 liter)
    3. Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 2.500 liter)
    4. Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 10.000 liter)
    5. Instalasi air bersih pipa bambu metode tradisional
    6. Instalasi air bersih pipa bambu sistem pengaliran tertutup
    7. Bak penampungan sumber air/mata air
      Umumnya penyimpanan air yang digunakan adalah bak penampung yang dibuat dari drum, genteng dan bambu semen. Bahan ini digunakan karena :
      relatif murah, tahan lama, konstruksi kuat, mudah dibuat, bahan baku mudah didapat dan air yang ditampung tidak mudah tercemar.
  2. URAIAN SINGKAT
    Pemakaian bambu semen cukup mudah, bahan bisa diperoleh di daerah serta teknik pembuatan hanya memerlukan keahlian teknis yang sangat minim. Kapasitas bisa mencapai 10.000 liter yang dapat dimanfaatkan oleh tiga sampai lima keluarga.
  3. BAHAN DAN PERALATAN
    1. 20 sak semen
    2. 2m 3 pasir hitam
    3. 25 batang bambu
    4. Stop kran 1 buah
    5. Elbog 1 buah
    6. Pipa pengambilan 1 buah
    7. Pipa pengurasan 1 buah
    8. Pipa peluap 1 buah
    9. Botol plastik 1 buah
    10. Pipa pengukur, lot, kerekan, snar
    11. Saringan kasa nyamuk 100 cm2 2
    12. Ijuk penyaring ½ kg
    13. Gedeg (anyaman bambu)
    14. Papan
    15. Ember
    16. Tali
    17. Sarung tangan
  4. PEMBUATAN
    1. Perlakuan sama dengan penampung air bambu semen kapasitas 2.500 liter
    2. Ukuran kerangka dasar seperti Gambar 1,2, dan 3.

      Gambar 1. Rangka anyaman tangki bambu semen kapasitas 10.000 liter

      Gambar 2. Rangka pondasi anyaman bambu kapasitas 10.000 liter

      Gambar 3. Potongan tangki bambu semen kapasitas 10.000 liter
  5. PENGGUNAAN
    Penggunaan sama dengan penampungan air bambu semen kapasitas 2.500 liter
  6. PEMELIHARAAN
    Sama dengan penampung air bambu semen kapasitas 2.500 liter
  7. PERBAIKAN
    Perbaikan sama dengan penampung air bambu semen kapasitas 2.500 liter
  8. KEUNTUNGAN
    Bisa digunakan oleh banyak keluarga dengan kapasitas penambungan air lebih banyak
  9. KERUGIAN
    Perawatan lebih sulit bila dibandingkan dengan kapasitas 2.500 liter
  10. DAFTAR PUSTAKA
    1. Rollos, Hans. Tangki air hujan bambu semen. Bandung : Institut Teknologi Bandung
    2. Bak penampungan air bambu semen. Yogyakarta : Yayasan Dian Desa
  11. INFORMASI LEBIH LANJUT
    1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250 3052 begin_of_the_skype_highlighting              +62 22 250 3052      end_of_the_skype_highlighting, 250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
    2. Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.
Publisher: Menristek

BAK PENAMPUNGAN AIR BAMBU SEMEN (KAPASITAS 2.500 LITER)

BAK PENAMPUNGAN AIR BAMBU SEMEN (KAPASITAS 2.500 LITER)
  1. PENDAHULUAN
    Untuk daerah tropis seperti Indonesia, sebuah keluarga akan membutuhan puluhan liter air bersih per hari untuk minum, membasuh mulut, mencuci, dan memasak, dan kebutuhan yang lain. Dalam sebulan akan dibutuhkan beribu-ribu liter air bersih untuk keperluan lain seperti mandi, mencuci pakaian dan
    perabotan rumah tangga.
    Untuk daerah pedesaan yang kering di musim kemarau pada waktu hujan hanya sedikit dan persediaan air dalam tanah menurun, akan sulit sekali untuk mendapatkan air yang bersih. Pada musin kemarau sumur menjadi kering, aliran sungai besar berubah menjadi kecil dengan air yang keruh, mengakibatkan timbulnya penyakit yang menuntut banyak korban. Di samping itu pada musim kemarau banyak waktu dan tenaga terbuang untuk mengambil air bersih, karena sumber air biasanya terletak jauh dari tempat tinggal.
    Masalah kebutuhan air bersih dapat ditanggulangi dengan memanfaatkan sumber air dan air hujan. Menampung air hujan dari atap rumah adalah cara lain untuk memperoleh air. Cara yang cukup mudah ini kebanyakan masih diabaikan karena atap rumah yang terbuat dari daun rumbia atau alang-alang tidak memungkinkannya. Namun pada rumah yang beratap genteng atau seng bergelombang, hal ini dengan mudah dapat dilakukan dengan memasang talang air sepanjang sisi atap dan mengalirkan air hujan itu ke dalam tempat penyimpanan.
    Ada 7 cara penyimpanan air yang biasa digunakan atau dipakai di daerah pedesaan di Indonesia. Ke-7 cara tersebut yaitu :
    1. Gentong penampungan air cara cetakan (Kapasitas 250 liter)
    2. Drum air cara kerangka kawat (Kapasitas 300 liter)
    3. Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 2.500 liter)
    4. Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 10.000 liter)
    5. Instalasi air bersih pipa bambu metode tradisional
    6. Instalasi air bersih pipa bambu sistem pengaliran tertutup
    7. Bak penampungan sumber air/mata air
      Umumnya penyimpanan air yang digunakan adalah bak penampung yang dibuat dari drum, genteng dan bambu semen. Bahan ini digunakan karena : relatif murah, tahan lama, konstruksi kuat, mudah dibuat, bahan baku mudah didapat dan air yang ditampung tidak mudah tercemar.
  2. URAIAN SINGKAT
    Bambu selain dipakai untuk bahan bangunan dapat juga dipakai sebagai bak penampung air dengan istilah Bambu Semen. Konstruksi tulangnya dibuat dari bambu serta dilapisi oleh adukan mortar semen dan pasir.
  3. BAHAN DAN PERALATAN
    1. 9 (sembilan) sak semen.
    2. 1m 3 pasir.
    3. 0,2 m 3 kerikil.
    4. 12 (duabelas) batang bambu.
    5. 1 (satu) buah stop kran.
    6. 1 (satu) buah Elbog.
    7. 1 (satu) buah Pipa pengambilan.
    8. 1 (satu) buah Pipa pengurasan.
    9. 1 (satu) buah Pipa peluap.
    10. 1 (satu) buah Botol plastik.
    11. Pipa pengukur, lot, kerekan, snar.
    12. Saringan kasa nyamuk 100 cm 2.
    13. Ijuk penyaring ½ kg.
    14. Gedeg (anyaman bambu).
    15. Papan.
    16. Ember.
    17. Tali.
    18. Sarung tangan.
  4. PEMBUATAN
    1. Kerangka
      Sebelum mulai dengan pemasangan kerangka tulangan, potongan bambu dibelah menjadi bagian-bagian selebar 1-1,5 cm dan dibuat anyaman berlubang mata jala 3,5 – 4 cm.
      Pembuatan kerangka dibedakan atas 3 bagian :
      1. Tulangan dinding :
        • tulangan tegak
        • tulangan mendatar
      2. Tulangan dasar :
        • tulangan membujur
        • tulangan melintang
      3. Tulangan tutup :
        Sama dengan tulangan dasar ukuran dari masing-masing tulangan seperti terlihat pada Gambar 1, 2, 3, dan 4.

        Gambar 1. Rangka Anyaman Tangki Bambu Semen Kapasitas 2.500 liter

        Gambar 2. Rangka Pondasi Anyaman Bambu Kapasitas 2.500 liter

        Gambar 3. Rangka tutup tangki bambu semen kapasitas 2.500 dan 10.000 liter

        Gambar 4. Potongan Tangki Bambu Semen Kapasitas 2.500 liter
    2. Perakitan
      Untuk membuat kerangka dengan bentuk silindris yang bagus, buat dulu garisan berbentuk lingkaran di tanah. Kemudian letakkan kerangka dasar di atas lingkaran tadi. Kerangka dinding ditumpangkan di atas kerangka dasar dengan membentuk lingkaran seperti yang terlihat pada Gambar 5.

      Gambar 5. Perakitan Kerangka Silindris
    3. Plasteran
      1. Sebelum plasteran dimulai, buat pondasi dengan ukuran seperti Gambar 6 dan 7.

        Gambar 6. Pondasi tangki bambu semen kapasitas 2.500 Liter

        Gambar 7. Plesteran Pondasi
      2. Kerangka yang sudah jadi diselimuti dengan anyaman bambu (gedeg) sebelah luarnya diberi penguat dengan beberapa bilah papan (Gambar
        8).

        Gambar 8. Kerangka Anyaman Bambu
      3. Kerangka yang terbungkus rapi diletakkan di atas plasteran dasar tangki (Gambar 9). Kemudian plesteran pertama dilakukan dari sebelah dalam kerangka setelah ditunggu selama 2 jam supaya agak kerinng, barulah bungkus gedeg dibuka dibiarkan terbuka selama 1 jam, baru pekerjaan plaster dinding bagian luar bisa dimulai (Gambar 10 dan 11).

        Gambar 9. Kerangka di atas Plesteran

        Gambar 10. Plesteran Dinding Luar

        Gambar 11. Plesteran Dinding Luar
  5. PENGGUNAAN
    Pengambilan air dilakukan melalui kran.
  6. PEMELIHARAAN
    1. Talang harus selalu bersih dari sampah dan kotoran tikus atau burung, tidak bocor, serta berfungsi baik untuk mengalirkan air ke bak penampungan air hujan.
    2. Bersihkan saringan atau lobang tempat masuk air dari sampah atau kotoran.
    3. Periksalah keadaan dinding dan pondasi bak, apakah terdapat kebocoran yang dapat menyebabkan air merembes ke luar. Amati apakah terdapat jentik nyamuk di dalam bak. Jika ada jentik nyamuk, bak dikuras (upayakan pengurasan pada musim hujan) dan tutup lobang tempat masuknya nyamuk.
    4. Pada dasar bak harus ada air yang tertinggal, agar bak tidak pecah atau retak.
    5. Saluran pembuangan air limbah berfungsi baik, tidak terdapat genangan air yang dapat menjadi sarang nyamuk.
  7. PERBAIKAN
    1. Perbaiki segera dinding lantai yang retak atau bocor dengan campuran semen dan pasir 1:2. Selama perbaikan usahakan agar dinding bak tetap dalam keadaan basah dengan memercikkan air pada dinding agar bak tidak retak atau pecah.
    2. Ganti pipa atau kran yang rusak atau bocor.
    3. Ganti atau tambal talang air yang rusak atau bocor.
    4. Buatkan saluran baru atau perbaiki saluran lama, jika saluran pembuangan air limbah tidak berfungsi dengan baik.
  8. KEUNTUNGAN
    1. Persediaan air dapat dimanfaatkan dalam waktu yang cukup lama.
    2. Pemeliharaan mudah.
    3. Bisa dimanfaatkan untuk beberapa keluarga.
  9. DAFTAR PUSTAKA
    1. Rolloos, Hans. Tangki air hujan bambu semen. Bandung : Institut Teknologi Bandung.
    2. Bak penampungan air bambu semen. Yogyakarta : Yayasan Dian Desa.
  10. INFORMASI LEBIH LANJUT
    1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250 3052 begin_of_the_skype_highlighting              +62 22 250 3052      end_of_the_skype_highlighting, 250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
    2. Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.
Publisher: Menristek

DRUM AIR CARA KERANGKA KAWAT (KAPASITAS 300 LITER)

DRUM AIR CARA KERANGKA KAWAT (KAPASITAS 300 LITER)
  1. PENDAHULUAN
    Untuk daerah tropis seperti Indonesia, sebuah keluarga akan membutuhan puluhan liter air bersih per hari untuk minum, membasuh mulut, mencuci, dan memasak, dan kebutuhan yang lain. Dalam sebulan akan dibutuhkan beribu-ribu liter air bersih untuk keperluan lain seperti mandi, mencuci pakaian dan
    perabotan rumah tangga.
    Untuk daerah pedesaan yang kering di musim kemarau pada waktu hujan hanya sedikit dan persediaan air dalam tanah menurun, akan sulit sekali untuk mendapatkan air yang bersih. Pada musin kemarau sumur menjadi kering, aliran sungai besar berubah menjadi kecil dengan air yang keruh, mengakibatkan timbulnya penyakit yang menuntut banyak korban. Di samping itu pada musim kemarau banyak waktu dan tenaga terbuang untuk mengambil air bersih, karena sumber air biasanya terletak jauh dari tempat tinggal.
    Masalah kebutuhan air bersih dapat ditanggulangi dengan memanfaatkan sumber air dan air hujan. Menampung air hujan dari atap rumah adalah cara lain untuk memperoleh air. Cara yang cukup mudah ini kebanyakan masih diabaikan karena atap rumah yang terbuat dari daun rumbia atau alang-alang tidak memungkinkannya. Namun pada rumah yang beratap genteng atau seng bergelombang, hal ini dengan mudah dapat dilakukan dengan memasang talang air sepanjang sisi atap dan mengalirkan air hujan itu ke dalam tempat penyimpanan.
    Ada 7 cara penyimpanan air yang biasa digunakan atau dipakai di daerah pedesaan di Indonesia. Ke-7 cara tersebut yaitu :
    1. Gentong penampungan air cara cetakan (Kapasitas 250 liter)
    2. Drum air cara kerangka kawat (Kapasitas 300 liter)
    3. Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 2.500 liter)
    4. Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 10.000 liter)
    5. Instalasi air bersih pipa bambu metode tradisional
    6. Instalasi air bersih pipa bambu sistem pengaliran tertutup
    7. Bak penampungan sumber air/mata air
      Umumnya penyimpanan air yang digunakan adalah bak penampung yang dibuat dari drum, genteng dan bambu semen. Bahan ini digunakan karena : relatif murah, tahan lama, konstruksi kuat, mudah dibuat, bahan baku mudah didapat dan air yang ditampung tidak mudah tercemar.
  2. URAIAN SINGKAT
    Drum kerangka kawat yaitu drum yang dibuat dengan cara memberi kerangka kawat sebagai penguat atau pemberi bentuk pola dasar. Kerangka tersebut ditutup dengan adonan semen, pasir beton dan air.
  3. BAHAN DAN PERALATAN
    1. Semen.
    2. Pasir beton 10 ember kecil.
    3. Kawat beton 60 meter.
    4. Kawat ayam ukuran lebar 1 meter sepanjang 5 meter.
    5. Kran air dan pipa ukuran ¾ inci.
    6. Tali kawat 1 kg.
    7. Sendok adukan besar.
    8. Sendok adukan kecil.
    9. Tang dan palu.
    10. Skop, pacul dan penyaringan pasir.
  4. PEMBUATAN
    1. Pemotongan kawat beton
      1. Ukuran tinggi drum diperlukan 21 potong kawat beton dengan panjang 1,02 meter. Bagian ujung atas dilekukan sepanjang 2 cm dan bagian ujung bawah sepanjang 5 cm.
      2. Badan drum dibuat dari 10 potong kawat berukuran 2-5 cm, dibentuk menjadi 10 lingkaran masing-masing berdiameter 65 cm.
      3. Dasar drum dibuat dari 5 potong kawat dengan ukuran 205 cm, 172,90 cm, 141,50 cm; 110 cm dan 78,70 cm dan dibentuk lingkaran masing-masing berdiameter 65,55; 45,35 dan 25 cm. Dengan bantuan penguat 2 potong kawat yang dipasang silang masing-masing panjang 65 cm untuk dasar drum. Gambar 1,2, dan 3.

        Gambar 1. Ukuran Drum Air dari Ferrocement

        Gambar 2. Ukuran Drum

        Gambar 3. Diameter Drum
    2. Pembuatan kerangka
      Potongan-potongan kawat tersebut di atas dibentuk dengan menggunakan tali kawat. Jarak antara satu dengan lainnya 10 cm (10 x 10 cm). (Gambar
      4).

      Gambar 4. Pembuatan Kerangka
    3. Pemasangan kawat
      Potongan kawat ayam dipasang dibagian dalam dan luar drum masing-masing berukuran 2,05 x 1 meter. Tali kawat dipakai untuk mengikat pada bagian-bagian yang diperlukan, untuk membuat ketebalan kerangka rata-rata 1,5-2 cm (Gambar 5 dan 6).

      Gambar 5. Pemasangan Kawat

      Gambar 6. Ketebalan Kerangka
    4. Pemasangan kran air dan pipa pembersih
      Kran dipasang 15 cm di atas dasar drum. Pada dasar drum dipasang pipa pembersih tepat di bawah kran air. Lihat Gambar 7.

      Gambar 7. Pemasangan Kran
    5. Plasteran/Pengacian
      1. Plasteran dilakukan 2 kali
        Plaster I : dilakukan di antara 2 kawat ayam dengan adukan semen, pasir dan air : 2:6:5 tebal kurang lebih 2 cm.
        Plaster II : berfungsi untuk menghaluskan plasteran I dengan adukan semen dan air 4 : 10, tebal 0,50 cm bagian dalam, dan 0,50 cm bagian luar.
      2. Jadi tebal keseluruhan setelah plasteran I dan II menjadi 2,5 sampai 3 cm. Kemudian supaya licin seluruh permukaan diamplas.
  5. KEUNTUNGAN
    1. Tidak mudah pecah, karena kerangka dibuat dari kawat.
    2. Pemakaiannya cukup lama.
    3. Perawatan mudah.
    4. Dapat menyimpan air dalam jumlah besar.
  6. KERUGIAN
    Apabila plasteran tidak rata dan kerangka kawat masih kelihatan, maka dalam pemakaiannya kawat akan mudah karatan, sehingga air yang tersimpan akan tercemar dan mengganggu kesehatan.
  7. DAFTAR PUSTAKA
    1. Ferro Cement untuk Wadah Air. Bandung : Pusat Informasi Dokumentasi PTP-ITB, 1977.
  8. INFORMASI LEBIH LANJUT
    1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250 3052 begin_of_the_skype_highlighting              +62 22 250 3052      end_of_the_skype_highlighting, 250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
    2. Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.
Publisher: Menristek

GENTONG PENAMPUNGAN CARA CETAKAN (KAPASITAS 250 LITER)

GENTONG PENAMPUNGAN CARA CETAKAN (KAPASITAS 250 LITER)
  1. PENDAHULUAN
    Untuk daerah tropis seperti Indonesia, sebuah keluarga akan membutuhan puluhan liter air bersih per hari untuk minum, membasuh mulut, mencuci, dan memasak, dan kebutuhan yang lain. Dalam sebulan akan dibutuhkan beribu-ribu liter air bersih untuk keperluan lain seperti mandi, mencuci pakaian dan perabotan rumah tangga.
    Untuk daerah pedesaan yang kering di musim kemarau pada waktu hujan hanya sedikit dan persediaan air dalam tanah menurun, akan sulit sekali untuk mendapatkan air yang bersih. Pada musin kemarau sumur menjadi kering, aliran sungai besar berubah menjadi kecil dengan air yang keruh, mengakibatkan timbulnya penyakit yang menuntut banyak korban. Di samping itu pada musim kemarau banyak waktu dan tenaga terbuang untuk mengambil air bersih, karena sumber air biasanya terletak jauh dari tempat tinggal.
    Masalah kebutuhan air bersih dapat ditanggulangi dengan memanfaatkan sumber air dan air hujan. Menampung air hujan dari atap rumah adalah cara lain untuk memperoleh air. Cara yang cukup mudah ini kebanyakan masih diabaikan karena atap rumah yang terbuat dari daun rumbia atau alang-alang tidak memungkinkannya. Namun pada rumah yang beratap genteng atau seng bergelombang, hal ini dengan mudah dapat dilakukan dengan memasang talang air sepanjang sisi atap dan mengalirkan air hujan itu ke dalam tempat penyimpanan.
    Ada 7 cara penyimpanan air yang biasa digunakan atau dipakai di daerah pedesaan di Indonesia. Ke-7 cara tersebut yaitu :
    1. Gentong penampungan air cara cetakan (Kapasitas 250 liter)
    2. Drum air cara kerangka kawat (Kapasitas 300 liter)
    3. Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 2.500 liter)
    4. Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 10.000 liter)
    5. Instalasi air bersih pipa bambu metode tradisional
    6. Instalasi air bersih pipa bambu sistem pengaliran tertutup
    7. Bak penampungan sumber air/mata air
      Umumnya penyimpanan air yang digunakan adalah bak penampung yang dibuat dari drum, genteng dan bambu semen. Bahan ini digunakan karena : relatif murah, tahan lama, konstruksi kuat, mudah dibuat, bahan baku mudah didapat dan air yang ditampung tidak mudah tercemar.
  2. URAIAN SINGKAT
    Penyimpanan air memakai gentong cetakan ini sangat mudah dan sederhana, baik cara pembuatan maupun pemeliharaannya.
  3. BAHAN DAN PERALATAN
    1. Semen ¾ sak
    2. Pasir beton 10 ember kecil
    3. Plat besi tebal 2,5 meter panjang 3 meter
    4. Karung bekas 3 buah ukuran 125 x 112 cm
    5. Sekam padi 2 karung
    6. Jerami dan tali karung
    7. Sendok adukan besar dan kecil
    8. Ember kecil
    9. Plat besi
    10. Skop, pacul dan penyaring pasir
  4. PEMBUATAN
    1. Pembukaan dan penyatuan kembali karung-karung. Tiga karung bekas dibuka dari jahitannya, 2 karung disatukan dengan cara dijahit pada bagian kiri dan kanan, sedang bagian atas dan bawah dibiarkan terbuka, 1 karung dipergunakan untuk alas. Ukuran gentong air seperti Gambar 1.

      Gambar 1. Ukuran Gentong Air dari Ferrocement
    2. Pembuatan patron/model cetakan
      Patron/model dijahit menurut bentuknya seperti Gambar 2 dan 3.

      Gambar 2. Gambar Patron Model Gentong Air Dijahit dengan Tali Karung.
      Dipergunakan dua karung ukuran 125 x 112 cm yang sudah dijahit kembali, kemudian balikkan arah ke dalam

      Gambar 3. Bentuk Patron yang sudah Dibalik Jahitannya
    3. Pembuatan kerangka dasar dan kerangka leher.
      Lingkaran dari plat besi dengan garis tengah 58 cm dimasukkan pada patron/model dengan cara dijahit untuk membentuk kerangka dasar, sedang
      kerangka leher menggunakan lingkaran plat besi dengan garis tengah 35 cm (Gambar 4 dan 5).

      Gambar 4. Patron/model Sesudah Diberi Kerangka Dasar.

      Gambar 5. Patron/model Sudah Diberi Kerangka Dasar dan Kerangka Leher
    4. Pengisian sekam padi atau pasir
      Patron/model dengan kerangka dasar diletakkan pada karung bekas yang dipakai sebagai dasar. Kemudian diisi sekam padi/pasir sampai rata dan padat, sehingga berbentuk gentong, lihat Gambar 6 dan 7.

      Gambar 6. Kerangka Dasar dan Kerangka Leher

      Gambar 7. Patron dengan Kerangka Dasar dan Diisi Sekam Padi
    5. Penyiraman
      Sebelum penempelan/plasteran adonan semen (semen, pasir, air), patron yang sudah diisi sekam disiram dulu dengan larutan semen encer (perbandingan semen : air = 1 : 3), guna memudahkan penempelan adonan pada patron (Gambar 8).

      Gambar 8. Cetakan Gentong
    6. Plasteran
      Adukan semen dengan perbandingan = semen : pasir : air (2:6:5) diplasterkan pada patron secara lapis demi lapis. Plasteran yang agak tebal dihindarkan untuk mencegah perontokan. Pemplasteran dihentikan setelah mencapai tebal ± 2 cm. Setelah plesteran agak kering, bagian luar dioles dengan campuran air dan semen (10:4). Kemudian mulut gentong dibentuk sesuai dengan keinginan, lihat Gambar 9 dan 10.

      Gambar 9. Gentong Air

      Gambar 10. Mulut Gentong
    7. Pengambialn isian dan cetakan
      Setelah 4 atau 5 hari diperkirakan gentong agak kuat, dengan hati-hati gentong dimiringkan untuk mengeluarkan isian dan cetakan dari bagian bawah.
    8. Pembuatan dasar gentong
      Gentong diletakkan di atas karung sebagai dasar, kemudian dasar ditutup dengan adonan semen seperti pada plasteran sampai rata dengan tebal yang sama. Mengerjakannya melalui mulut gentong.
  5. PENGGUNAAN
    Pemakaian gentong untuk penampungan :
    Dibutuhkan 4 gentong. Pemakaiannya seperti pada Gambar 11 dan 12. Pipa dipasang pada dinding gentong dengan melubangi dinding pada waktu masih basah, atau menggunakan pahat dan palu jika dinding sudah terlanjur kering. Agar tidak bocor, sela-selanya dilem semen.

    Gambar 11. Pemakaian Gentong

    Gambar 12. Pemakaian Gentong
    1. Gentong 1
      Digunakan untuk menempatkan air kotor yang baru diambil dari sungai. Kran A dipasang pada dasar gentong untuk membersihkan endapan lumpur. Kran B diletakkan 100 mm di atas kran A, gunanya untuk mengatur aliran air yang masuk ke gentong 2. Gentong 1 diletakkan lebih tinggi dari gentong 2 agar diperoleh tekanan air yang cukup.
    2. Gentong 2
      Berfungsi sebagai saringan pertama yang mampu membersihkan 20 liter air per jam. Sebagai penyaring air paling kotor, gentong 2 harus dibersihkan tiap minggu dengan membuka kran C dan menutup kran B. Air dari gentong 2 ini sudah cukup bersih, meskipun belum cukup sehat. Jika yang dibutuhkan hanya air bersih (bukan sehat), air bisa diperoleh dari kran D.
    3. Gentong 3
      Berfungsi sebagai saringan terakhir. Dapat menyaring dan menyehatkan 20 liter air per jam. Gentong ini harus dibersihkan tiap 2-3 bulan dengan mengeruk lapisan atas pasir sedalam 2 cm.
    4. Gentong 4
      Adalah gentong penampungan air bersih dan sehat. Dari tempat ini bisa dibentuk sesuai dengan selera.
  6. KEUNTUNGAN
    Pembuatan patron/model mudah dan sederhana, karena karung yang digunakan bisa dibentuk sesuai dengan selera.
  7. KERUGIAN
    1. Pengerjaan plasteran agak rumit, karena bentuk patron/model bisa berubah dari bentuk asli gentong.
    2. Pemakaian harus hati-hati, karena mudah pecah
  8. DAFTAR PUSTAKA
    1. Ferro Cement untuk Wadah Air. Bandung : Pusat Informasi Dokumentasi PTP-ITB bekerjasama dengan BUTSI dan TOOl (T.H.E. Negeri Belanda).
    2. Gentong Penampungan Air. Tarik IV (40), 1985 : p. 9-14.
  9. INFORMASI LEBIH LANJUT
    1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250 3052 begin_of_the_skype_highlighting              +62 22 250 3052      end_of_the_skype_highlighting, 250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
    2. Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.
Publisher: Menristek

PEMBUATAN SALURAN AIR BEKAS MANDI DAN CUCI

PEMBUATAN SALURAN AIR BEKAS MANDI DAN CUCI
  1. PENDAHULUAN
    Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoranmanusia. Limbah merupakan buangan/bekas yang berbentuk cair, gas dan padat. Dalam air limbah terdapat bahan kimia sukar untuk dihilangkan dan berbahaya. Bahan kimia tersebut dapat memberi kehidupan bagi kuman-kuman penyebab penyakit disentri, tipus, kolera dsb. Air limbah tersebut harus diolah agar tidak mencemari dan tidak membahayakan kesehatan lingkungan. Air limbah harus dikelola untuk mengurangi pencemaran.
    Pengelolaan air limbah dapat dilakukan dengan membuat saluran air kotor dan bak peresapan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut ;
    1. Tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik air dipermukaan tanah maupun air di bawah permukaan tanah.
    2. Tidak mengotori permukaan tanah.
    3. Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah.
    4. Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain.
    5. Tidak menimbulkan bau yang mengganggu.
    6. Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah didapat dan murah.
    7. Jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10 m.
    Pengelolaan yang paling sederhana ialah pengelolaan dengan menggunakan pasir dan benda-benda terapung melalui bak penangkap pasir dan saringan. Benda yang melayang dapat dihilangkan oleh bak pengendap yang dibuat khusus untuk menghilangkan minyak dan lemak. Lumpur dari bak pengendap pertama dibuat stabil dalam bak pembusukan lumpur, di mana lumpur menjadi semakin pekat dan stabil, kemudian dikeringkan dan dibuang. Pengelolaan sekunder dibuat untuk menghilangkan zat organik melalui oksidasi dengan menggunakan saringan khusus. Pengelolaan secara tersier hanya untuk membersihkan saja. Cara pengelolaan yang digunakan tergantung keadaan setempat, seperti sinar matahari, suhu yang tinggi di daerah tropis yang dapat dimanfaatkan.
    Berikut ini adalah pengelolaan limbah rumah tangga untuk limbah cair, padat dan gas.

    1. Pengelolaan air limbah kakus I.
    2. Pengelolaan air limbah kakus II.
    3. Pengelolaan air limbah cucian.
    4. Pembuatan saluran bekas mandi dan cuci
    5. Pengelolaan sampah
    6. Pengelolaan limbah industri rumah tangga.
    7. Pengelolaan air limbah rumah tangga I
    8. Pengelolaan air limbah rumah tangga II
    9. Pengelolaan air limbah
  2. URAIAN SINGKAT
    Limbah air bekas mandi dan cuci dialirkan ke bak kontrol dan langsung ke sumur resapan. Air akan tersaring pada bak resapan dan air yang keluar dari bak resapan sudah bebas dari pencemaran.
  3. BAHAN
    1. Besi beton ½-25 cm
    2. Batu bata
    3. Kerikil
    4. Semen
    5. Pasir
  4. PERALATAN
    1. Gergaji
    2. Cetok
    3. Cangkul
    4. Skop
    5. Parang
    6. Ember
    7. Besi runcing
    8. Meteran
  5. PEMBUATAN
    Tempat mandi dan cuci dibuat dari batu bata, campuran semen dan pasir. Bak kontrol dibuat terutama untuk saluran yang berbelok, karena pada saluran berbelok lama-lama terjadi pengikisan ke samping sedikit demi sedikit, dan akan terjadi suatu pengendapan kotoran. Dibuat juga sumur resapan yang terbuat dari susunan batu bata kosong yang diberi kerikil dan lapisan ijuk.
    Sumur resapan diberi kerikil dan pasir. Jarak antara sumur air bersih ke sumur resapan minimum 10 m agar supaya jangan mencemarinya. Pembuatan dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2 di bawah ini.

    Gambar 1. Bak Saluran Bekas Mandi dan Cuci

    Gambar 2. Bak Saluran Bekas Mandi dan Cuci.
    Saluran air bekas mandi dan cuci :
    A : Kamar mandi dan cuci
    B : Bak kontrol
    C : Bak resapan
  6. PENGGUNAAN
    1. Untuk membuang air cucian
    2. Untuk membuang air bekas mandi
    3. Untuk membuang air kotor/bekas lainnya.
  7. PEMELIHARAAN
    1. Saluran setiap hari perlu dibersihkan dengan memakai sapu, atau alat lain.
    2. Jangan membuang benda-benda padat seperti : batu kerikil, kertas, kain, plastik dan barang-barang lainnya
    3. Semua resapan perlu sering dikontrol, agar bagian-bagian yang tersumbat dibersihkan.
  8. KEUNTUNGAN
    Pembuatannya mudah, bahan-bahan ada disekitar kita dan konstruksinya sederhana.
  9. KERUGIAN
    Pembuangan air kotor ini juga tergantung dari struktur lapisan tanah. Tanah yang liat pada musim kemarau akan bongkah-bongkah hal ini mungkin berpengaruh pada sumber air bersih. Untuk mengatasi hal ini agar jaraknya perlu lebih diperpanjang lagi.
    Catatan lain-lain :
    Secara rutin perlu dikontrol apakah ada yang rusak atau tidak.
  10. DAFTAR PUSTAKA
    Pembuatan Saluran Bekas Mandi dan Cuci. Jakarta : Direktorat Perummahan, Ditjen Cipta Karya-Departemen Pekerjaan Umum.
  11. INFORMASI LEBIH LANJUT
    1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250 3052 begin_of_the_skype_highlighting              +62 22 250 3052      end_of_the_skype_highlighting, 250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
    2. Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.
Publisher: Menristek

Saturday, October 29, 2011

PENJERNIHAN AIR DENGAN BIJI KELOR (MORINGA OLEIFERA)

PENJERNIHAN AIR DENGAN BIJI KELOR (MORINGA OLEIFERA)
  1. PENDAHULUAN
    Kebutuhan akan air bersih di daerah pedesaan dan pinggiran kota untuk air minum, memasak , mencuci dan sebagiannya harus diperhatikan. Cara penjernihan air perlu diketahui karena semakin banyak sumber air yang tercemar limbah rumah tangga maupun limbah industri.
    Cara penjernihan air baik secara alami maupun kimiawi akan diuraikan dalam bab ini. Cara-cara yang disajikan dapat digunakan di desa karena bahan dan alatnya mudah didapat. Bahan-bahannya anatara lain batu, pasir, kerikil, arang tempurung kelapa, arang sekam padi, tanah liat, ijuk, kaporit, kapur, tawas, biji kelor dan lain-lain.
  2. URAIAN SINGKAT
    Penjernihan air dengan biji kelor (Moringa Oleifera) dapat dikatakan penjernihan air dengan bahan kimia, karena tumbukan halus biji kelor dapat menyebabkan terjadinya gumpalan (koagulan) pada kotoran yang terkandung dalam air.
    Cara penjernihan ini sangat mudah dan dapat digunakan di daerah pedesaan yang banyak tumbuh pohon kelor. Bentuk daun, bunga, dan buah kelor dapat
    dilihat pada Gambar.
  3. BAHAN
    Biji kelor yang sudah tua betul dan kering


    Gambar 1. Biji Kelor
  4. PEMBUATAN
    1. Kupas biji kelor dan bersihkan kulitnya.
    2. Biji yang sudah bersih dibungkus dengan kain, kemudian ditumbuk sampai halus betul. Penumbukan yang kurang halus dapat menyebabkan kurang
      sempurnanya proses penggumpalan.
    3. Campur tumbukkan biji kelor dengan air keruh dengan perbandingan 1 biji : 1 lt air keruh.
    4. Campur tumbukkan biji kelor dengan sedikit air sampai berbentuk pasta.
      Masukkan pasta biji kelor ke dalam air kemudian diaduk.
    5. Aduklah secara cepat 30 detik, dengan kecepatan 55-60 putaran/menit.
    6. Kemudian aduk lagi secara berlahan dan beraturan selama 5 menit dengan kecepatan 15-20 putaran/menit.
    7. Setelah dilakukan pengadukan, air diendapkan selama 1-2 jam. Makin lama waktu pengendapan makin jernih air yang diperoleh.
    8. Pisahkan air yang jernih dari endapan. Pemisahan harus dilakukan dengan hati-hati agar endapan tidak naik lagi.
    9. Pada dasar bak pengendapan diberi kran yang dapat dibuka, sehingga endapan dapat dikeluarkan bersama-sama dengan air kotor.

      Gambar 2. Diagram Proses
  5. KEUNTUNGAN
    1. Caranya sangat mudah
    2. Tidak berbahaya bagi kesehatan
    3. Dapat menjernihkan air lumpur, maupun air keruh (keputih-putihan, kekuning-kuningan atau ke abu-abuan)
    4. Kualitas air lebih baik :
      1. Kuman berkurang
      2. Zat organik berkurang sehingga pencemaran kembali berkurang
      3. Air lebih cepat mendidih
  6. KERUGIAN
    1. Kelor tidak terdapat disemua daerah
    2. Air hasil penjernihan dengan kelor harus segera digunakan dan tidak dapat disimpan untuk hari berikutnya.
    3. Penjernihan dengan cara ini hanya untuk skala kecil.
  7. DAFTAR PUSTAKA
    Al Azharia Jahn, Samia. Traditional Water Purification in Tropical Developing Countries : Existing Methods and Potential Application. Eschborn : GTZ, 1981.
  8. INFORMASI LEBIH LANJUT
    1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250 3052,
      250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
    2. Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.